﷽
Ustadz Yusuf Abu Ubaidah As-Sidawi hafizahullohuta'ala
Masjid Al-Aziz Jl. Soekarno Hatta No. 662 Bandung
Hadist 11 : Doa Orangtua Buat Anaknya.
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم :
"ثَلَاثُ دَعَوَاتٍ يُسْتَجَابُ لَهُنَّ لَا شَكَّ فِيهِنَّ: دَعْوَةُ الْمَظْلُومِ، وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ، وَدَعْوَةُ الْوَالِدِ عَلَى وَلَدِهِ."
Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata : Rasulullah ﷺ bersabda :
"Tiga doa yang akan dikabulkan tanpa keraguan di dalamnya: doa orang yang terzalimi, doa seorang musafir, dan doa orang tua untuk anaknya."
(HR. Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah)
Hadist ini memberikan faidah :
1. Pentingnya doa bagi rumah tangga, dan salah satu kunci kebahagiaan rumah tangga adalah doa.
Ucapan Ibnu Taimiyah :
الدُّعَاءُ مِفْتَاحُ كُلِّ خَيْرٍ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ.
"Doa adalah kunci segala kebaikan di dunia dan akhirat."
2. Allah mengabulkan doa dan memerintahkan kita untuk berdoa. Dalil Al Qur'an :
وَقَالَ رَبُّكُمُ ٱدْعُونِىٓ أَسْتَجِبْ لَكُمْۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِى سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
"Dan Tuhanmu berfirman: 'Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.'"(QS. Ghafir: 60).
3. Orang shaleh terdahulu juga berdoa meminta hal ini
وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
Dan orang-orang yang berkata: 'Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyejuk hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.'(Surat Al-Furqan: 74)
Dalam hadist ini ada 3 golongan yang tidak ditolak doanya :
1) Doa orang terdzalimi.
اِتَّقِ دَعْوَةَ الْمَظْلُومِ، فَإِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ اللَّهِ حِجَابٌ
"Takutlah kalian terhadap doa orang yang terzalimi, karena tidak ada penghalang antara doa tersebut dengan Allah." (HR. Bukhari, no. 1496; Muslim, no. 19).
2) Doa orang musafir.
3) Doa orangtua untuk anak.
Keluarga adalah investasi yang paling berharga, dan hendaknya sering mendoakan pasangan kita, anak kita, keluarga kita dan orangtua kita. Jangan pernah mendoakan keburukan pada anak-anak kita, yang dapat merubah anak kita adalah Allah. Karena hanya Allah yang fapat memberikan hidayah
إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ ۚ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
"Sesungguhnya engkau (Muhammad) tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang engkau kasihi, tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki, dan Dia lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk."(QS. Al Qasas 56).
Hadist 12 : Anjuran Memperbanyak Keturunan
تَزَوَّجُوا الودودَ الوَلودَ، فإِنِّي مُكَاثِرٌ بِكُمُ الْأُمَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Menikahlah dengan wanita yang penyayang lagi subur, karena sesungguhnya aku akan berbangga dengan banyaknya umatku pada hari kiamat.
(HR. Ibnu Majah, no. 1405; Shahih menurut Al-Albani).
Fadillah dari hadist ini :
1) Anjuran menikah. Diantara tujuan syariat menikah adalah :
- Menyalurkan syahwat, menjadi wajib apabila ketika ditunda dapat menyebabkan mudharat.
- Memperoleh keturunan, karena anak investasi dunia akhirat.
- mendapatkan kebahagiaan dan ketenangan.
2) Anjuran memperbanyak keturunan.
3) Anjuran menikahi wanita yang penyayang & subur (juga kriteria lain yaitu akidahnya baik dan ahlaknya baik). Apabila wanita yang dinikahi adalah janda maka dapat dibuktikan dengan anak dari suami sebelumnya, namun apabila gadis maka dengan melihat dari ibunya atau keluarganya.
4) Larangan KB yang permanen, kecuali terdapat hal yang bersifat darurat, contohnya apabila dapat mengancam nyawa sang ibu apabila mengandung lagi.
كُنَّا نَعْزِلُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَبَلَغَ ذَلِكَ النَّبِيَّ فَلَمْ يَنْهَنَا
Kami melakukan azl pada masa Rasulullah ﷺ, dan hal itu sampai kepada beliau, namun beliau tidak melarang kami. (HR. Muslim, no. 1440).
Hadist 13 : Keluarga Adalah Tanggung Jawab Bersama.
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم :
"كلكم راعٍ وكلكم مسؤولٌ عن رعيته، الإمام راعٍ ومسؤولٌ عن رعيته، والرجل راعٍ في أهله ومسؤولٌ عن رعيته، والمرأة راعيةٌ في بيت زوجها ومسؤولةٌ عن رعيتها، والخادم راعٍ في مال سيده ومسؤولٌ عن رعيته، فكلُّكم راعٍ وكلكم مسؤولٌ عن رعيته."
Rasulullah SAW bersabda: "Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban mengenai kepemimpinannya. Penguasa adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban mengenai rakyatnya. Seorang suami adalah pemimpin dalam keluarganya dan akan dimintai pertanggungjawaban mengenai keluarganya. Seorang istri adalah pemimpin dalam rumah tangganya dan akan dimintai pertanggungjawaban mengenai rumah tangganya. Seorang budak adalah pemimpin dalam harta tuannya dan akan dimintai pertanggungjawaban mengenai harta tuannya. Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban mengenai kepemimpinannya." (Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim)
Dalam hadist ini masing-masing kita adalah pemimpin yang akan dimintai pertanggung jawabannya, dan kepemimpinan itu bertingkat-tingkat, kepemimpinan ada yang luas dan ada yang kecil, maka hendaknya setiap kita meniatkan untuk ibadah dan fokus pada tanggung jawab kita, terlepas dari yang lain menjalankan tugasnya ataupun tidak (tidak menunggu timbal balik). Contohnya adalah istri fir'aun yaitu Asiyah yang menjalankan kewajiban sebagai seorang istri, begitu juga Nabi Nuh dan Nabi Luth yang tetap menjalankan tugasnya sebagai seorang suami meskipun istrinya kafir dan tidak menjalankan kewajibannya sebagai istri. Kelak kita akan diminta pertanggung jawaban atas kewajiban masing-masing.
وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَىٰ
"Dan tidaklah seorang yang berdosa memikul dosa orang lain." (Al-Isra' 17:15)
Diantara kewajiban Suami :
1) Menafkahi keluarganya, dengan nafkah yang halal
2) Melindungi anak dan istrinya, terutama dari api neraka.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوْا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيْكُمْ نَارًا وَقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُوْنَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ
Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang keras lagi garang, yang tidak mendurhakai Allah atas apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka, dan selalu melaksanakan apa yang diperintahkan.(At-Tahrim 6)
3) Berahlak baik pada keluarga.
Diantara kewajiban Istri :
1) Menunaikan hak suami atas dirinya.
2) Menyenangkan suami.
3) Bersyukur atas kebaikan suaminya.
Hadist 14 : Memilih Nama Terbaik Untuk Anak.
عَنْ مُسَيْبِ بْنِ حَزْنٍ قَالَ: "إِنَّ أَبِي حَزْنًا رَجَعَ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ: مَا اسْمُكَ؟ فَقَالَ: حَزْنٌ، فَقَالَ: "أَنْتَ سَهْلٌ". فَقَالَ : "لَا أُحِبُّ أَنْ أُغَيِّرَ اسْمَ أَبِي". فَقَالَ إِبْنُ مُسَيْبٍ: "فَفَجَعَتْنَا الْمُصِيبَةُ بَعْدَ ذَٰلِكَ".
Dari Musayyib bin Hazn, ia berkata: "Ayahku datang kepada Nabi صلى الله عليه وسلم, lalu Nabi bertanya kepadanya: 'Siapa namamu?' Ia menjawab: 'Hazn (kesedihan)'. Kemudian Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda: 'Engkau adalah Sahl (kemudahan)'. Ayahku menjawab: 'Saya tidak akan mengubah nama pemberian ayahku'. Ibnul Musayyib berkata: 'Oleh karenanya, kesedihan selalu menyelimuti kami setelah itu'."
Hadist ini menunjukkan pentingnya memilih nama dengan makna yang baik, karena nama adalah bentuk dari doa.
Diantara contoh nama yang baik :
1) Disandarkan kepada nama-nama Allah.
2) Nama-nama para Nabi.
3) Nama-nama para Sahabat.
Hadist ini juga menunjukkan anjuran untuk mengubah nama-nama yang memiliki makna yang buruk, atau nama orang kafir dan simbol kekufuran.
Hadist 15 : Sebaik Baik Istri
أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "خَيْرُ النِّسَاءِ الَّتِي تَسُرُّك إِذَا نَظَرْتَ إِلَيْهَا، وَتُطِيعُك إِذَا أَمَرْتَهَا، وَتَحْفَظُكَ فِي نَفْسِهَا وَمَالِكَ."
Dari Abu Hurairah, ia berkata: "Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda: 'Istri yang terbaik adalah yang menyenankanmu ketika kamu melihatnya, yang taat kepadamu ketika kamu memerintahkannya, dan yang menjaga kehormatan dirinya serta harta suaminya.'"
Kriteria istri sholehah (sholehah : baik dalam agamanya & baik dengan sesama manusia) :
1) Taat kepada suaminya, selama perintah suami tidak melanggar syariat. Perintah suami terbagi menjadi 3 :
- Perintah sesuai dengan perintah Allah dan Rasulnya.
- Perintah bertentangan dengan perintah Allah dan Rasulnya.
- Perintah yang tidak ada dalam syariat namun juga tidak dilarang syariat.
Ketaatan istri pada suami adalah faktor utama masuk surga
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
"إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا، وَصَامَتْ شَهْرَهَا، وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا، وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا، قِيلَ لَهَا: ادْخُلِي الْجَنَّةَ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ."
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata : Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
"Apabila seorang wanita mendirikan shalat lima waktunya, berpuasa pada bulan (Ramadhan), menjaga kemaluannya, dan taat kepada suaminya, maka akan dikatakan kepadanya: 'Masuklah ke dalam surga dari pintu mana saja yang engkau kehendaki.'"
2) Menyenangkan tatkala suami memandang, maksudnya :
- Berdandan untuk suaminya.
- Ramah dan tersenyum menyambut suami.
3) Menjaga kehormatannya, terutama ketika ditinggal pergi suaminya.
فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ
Maka wanita-wanita yang saleh adalah mereka yang taat dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada, karena Allah telah menjaga (mereka).(QS An Nisa 34)
4) Pandai mengatur keuangan, yakni tidak boros dan tidak pelit.
وَالَّذِينَ إِذَا أَنفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَٰلِكَ قَوَامًا
Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.(QS Al Furqan 67)
Barakallahu fikum
Jazakumullahu khair
Wednesday, December 18, 2024
40 Hadist Seputar Keluarga Samawa (Bagian 3)
Saturday, December 7, 2024
Daurah Kitab Ushul Sunnah - Imam Al Humaidi
﷽
Kitab Ushul Sunnah, Imam Abu Bakar Al Humaidi Rahimahullah.
Ustadz Abdullah Roy hafizahullohuta'ala.
Masjid Al Aziz
Soekarno - Hatta
Menuntut ilmu agama adalah sebuah kewajiban bagi setiap muslim dan muslimah.
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
"Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap Muslim."
Dan yang paling penting adalah ilmu akidah yang dengannya dengan keyakinannya dia beragama dan mengikat hatinya, dan akidah yang bermanfaat adalah akidah yang shahihah, dan akidah yang shahih adalah yang ada pada Al-Qur'an dan sunnah Rasulullah.
Imam Al-Humaidi adalah diantara penulis kitab akidah yang meninggal pada tahun 209 hijriah, yang merupakan imam ahlu Sunnah, dan diantara guru beliau adalah Fudhail bin Iyadh dan Sufyan bin Uyainah, dan diantara gurunya adalah Waqi bin Jarrah dan diantara muridnya adalah Imam Al Bukhari. Dan dikarenakan kedudukannya yang tinggi maka Imam al Bukhari disebutkan sebagai syaikh yang disebutkan pertama kali yaitu hadist Umar bin Khattab :
إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى.
"Sesungguhnya setiap amal tergantung pada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan."
As Sunnah yang dimaksud disini adalah Al Aqidah, banyak para ulama menggunakan kalimat Sunnah yang menjelaskan masalah aqidah, diantaranya Imam Al Muzani dengan Syarhu Sunnah.
Kitab ini membahas permasalahan yang mencakup pokok-pokok aqidah, yang barangsiapa memiliki hal tersebut maka akan terhindar dari aqidah-aqidah yang sesat.
Diantara yang beliau bahas dalam kitab ini adalah :
1. Aqidah ahlu sunnah dalam beriman dengan takdir.
Aqidah menurut kami adalah seseorang beriman dengan takdir yang baik dan yang buruk, baik yang manis maupun yang pahit
Surah Al-Qamar (54:49) :
"إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ"
"Sesungguhnya, Kami telah menciptakan segala sesuatu dengan takdir."
Tidak beriman seseorang hingga meyakini 4 tingkatan keimanan :
1) Beriman bahwa Allah maha mengetahui segala sesuatu, sebelum terjadinya, sebelum adanya musibah, sebelum turunnya rezeki.
Surah Al-Baqarah (2:233) :
"وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا"
"Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana."
2) Beriman bahwa Allah telah menulis segala sesuatu sebelum terjadinya.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: "إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ مقاديرَ الخَلَائِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ".
Dari Abu Hurairah r.a., bahwa Rasulullah SAW bersabda: 'Sesungguhnya Allah telah menuliskan takdir semua makhluk 50.000 tahun sebelum Dia menciptakan langit dan bumi.'
3) Beriman bahwa Allah yang menghendaki segala sesuatu.
Surah Al-Insan (Surah 76), ayat 30:
وَمَا تَشَاءُونَ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ
"Dan kamu tidak dapat menginginkan sesuatu, kecuali jika Allah menghendakinya, Tuhan semesta alam."
4) Beriman bahwa Allah yang menciptakan segala sesuatu.
Surah Al-Baqarah (Surah 2), Ayat 117:
بَدِيعُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖ وَإِذَا قَضَى أَمْرًۭا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُن فَيَكُونُ
"Dialah Pencipta langit dan bumi; dan jika Dia telah menentukan suatu perkara, Dia hanya berkata kepadanya: 'Jadilah!' Maka terjadilah."
Aqidah ahlu sunnah wal jamaah adalah beriman dengan takdir, yang baik maupun yang buruk. Apa yang sudah ditulis dilauhul mahfudz pasti akan menimpanya.
Sekte Qodariyah yang ekstrim mengatakan bahwa Allah tidak mengetahui segala sesuatu kecuali setelah terjadi, yang dibawah itu mengatakan bahwa Allah tidak menciptakan perbuatan manusia.
Fadhillah mengimani takdir :
1) Seseorang akan tenang dalam kehidupannya, karena mengetahui bahwa rezekinya telah diatur oleh Allah.
2) Menjadikan seseorang bersabar karena dia yakin bahwa musibah terjadi dengan kehendak Allah, dan Allah tidak menzalimi manusia.
3) Bersyukur ketika mendapatkan kenikmatan, karena tidaklah sampai kepadanya kenikmatan kecuali datangnya dari Allah.
4) Memiliki tawakal yang kuat pada Allah, dan tidak yakut pada mahluk, karena seluruh mahluk berada dibawah kekuasaan Allah.
2. Aqidah ahlu sunnah dalam masalah iman.
Bahwasannya Iman adalah ucapan dan perbuatan, ini adalah Aqidah ahlu Sunnah. Iman itu a) Diyakini dalam hati, b) Diucapkan dengan lisan dan c) Dilakukan dengan perbuatan.
Ucapan lisan (ucapan) diatas yang dimaksud :
Ucapan hati : Pembenaran keyakinan.
Ucapan lisan : Ucapan dua kalimat syahadat.
Amalan (perbuatan) diatas yang dimaksud :
Amalan hati : Rasa cinta, takut, harap dan tawakal pada Allah.
Amalan lisan : Amalan yang tidak dapat diamalkan kecuali dengan lisan.
Amalan Anggota badan : Seperti sholat dan lain lain.
Sekte Murjiah meyakini Amal bukan termasuk iman, yang paling ekstrim bahwasannya iman cukup dengan mengenal sang pencipta dan tidak diharuskan menjalankan syariat. Ada pula yang mengatakan iman cukup dengan lisan, adapula yang menggabungkan keduanya. Murjiah dari kata irja (mengakhirkan/ mengesampingkan) karena menurut mereka amalan tidaklah termasuk dalam keimanan.
Hadist Rasulullah bahwasannya amalan termasuk bagian dari iman.
"الإيمان بضع وستون شعبة، أفضلها قول لا إله إلا الله، وأدناها إماطة الأذى عن الطريق، والحياء شعبة من الإيمان."
"Iman itu ada enam puluh lebih cabang. Yang paling utama adalah mengucapkan ‘Tidak ada Tuhan selain Allah’, dan yang paling rendah adalah menghilangkan gangguan dari jalan. Rasa malu juga merupakan cabang dari iman."
Fadhillah meyakini amalan bagian dari iman :
1) Memperbanyak amalan.
2) Menghindari perbuatan atau amalan yang buruk.
Ahlu sunnah wal jamaah meyakini bahwa iman bertambah dan berkurang, berdasarkan dalil :
"إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّـهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إيمَانًا ۖ وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ."
"Sesungguhnya, orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah, bergetarlah hati mereka; dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambah iman mereka, dan kepada Tuhan mereka mereka bertawakkal." (QS. Al-Anfal: 2)
Al khawarij meyakini bahwa iman hanya satu, sehingga pelaku dosa besar keluar dari islam.
Diantara urutan dosa - dosa yang dapat mempengaruhi iman :
- Syirik.
- Bidah.
- Dosa besar.
- Dosa kecil.
Fadhillah :
Iman adalah modal mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat, sehingga seseorang berusaha memperbanyak amalan untuk menambah keimanan.
Niat mempengaruhi diterima atau tidaknya sebuah amalan.
عَنْ أُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ الله ﷺ:
"إنما الأعمال بالنيات، وإنما لكل امرئ ما نوى. فمن كانت هجرته إلى الله ورسوله، فهجرته إلى الله ورسوله، ومن كانت هجرته لدنيا يصيبها، أو امرأة ينكحها، فهجرته إلى ما هاجر إليه."
Dari Umar bin Khattab ra. berkata: Rasulullah ﷺ bersabda, "Sesungguhnya amalan itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan balasan sesuai dengan niatnya. Barangsiapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa hijrahnya karena dunia yang ingin diperolehnya atau karena wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya kepada apa yang dia hijrahkan."
Seseorang beramal dan berucap dengan niat yang baik, namun tidak sesuai dengan Sunnah maka tidak akan bermanfaat. Ini menunjukkan keharusan kita mempelajari tata cara kita dalam beragama dan beramal yang sesuai dengan Sunnah Rasulullah.
3. Aqidah ahlu sunnah tentang masalah para sahabat nabi.
Mereka mendoakan dengan rahmat para sahabat nabi, maka tidak dianggap beriman seseorang yang mencela maupun merendahkan sahabat Rasulullah.
Sahabat Rasulullah adalah setiap orang yang bertemu dengan Rasulullah, beriman dengan Rasulullah dan meninggal diatas keimanan.
أفضل الناس قرني ثم الذين يلونهم ثم الذين يلونهم.
"Sebaik-baik manusia adalah generasiku, kemudian orang-orang yang mengikuti mereka, kemudian orang-orang yang mengikuti mereka."
Imam Al-Humaidi menjelaskan tentang kewajiban mendoakan para sahabat, maka barangsiapa mencela, menghinakan salah satu saja dari mereka maka sudah cukup mengeluarkan mereka dari Ahlu Sunnah wal Jamaah.
Surah At-Taubah, Ayat 100 :
وَٱلَّذِينَ سَبَقُوهُمْ إِلَى ٱلْإِيمَـانِ مِن قَبْلُ ۚ أُو۟لَـٰئِكَ هُمُ ٱلصَّـٰدِقُونَ
"Dan orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari kalangan Muhajirin dan Ansar, dan (juga) orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah meridhai mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya. Itulah kemenangan yang besar."
Aliran Syi'ah Rafidhah meyakini bahwa Abu Bakar dan Umar bin Khattab adalah kafir dan masuk kedalam neraka.
4. Aqidah ahlu sunnah tentang Al Qur'an kalamullah.
Al-Qur'an adalah firman Allah, Allah yang pertama kali mengucapkan, kemudian dibawa oleh malaikat Jibril dan disampaikan kepada Rasulullah, kemudian Rasulullah menyampaikan kepada para Sahabat dan ditulis dan dihapal oleh Sahabat.
At-Tawbah, Ayat 6 :
وَإِنْ أَحَدٌ مِّنَ ٱلْمُشْرِكَينَ ٱستَجَارَكَ فَأَجِرْهُ حَتَّىٰ يَسْمَعَ كَلَـٰمَ ٱللَّهِ ثُمَّ أَبْلِغْهُ مَأْمَنَهُ ۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَّا يَعْلَمُونَ
"Dan jika salah seorang dari orang-orang musyrik meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah dia agar ia mendengar Firman Allah, kemudian hantarkanlah ia ke tempat yang aman. Yang demikian itu adalah karena mereka adalah kaum yang tidak mengetahui."
Menunjukkan bahwa Al Qur'an adalah Kalamullah, ini adalah keyakinan ahlu sunnah wal jamaah, barangsiapa mengatakan Al Qur'an adalah mahluk maka dia adalah seorang Mubtadi / ahlu bidah.
Diantara sekte yang meyakini Al Qur'an adalah mahluk adalah sekte Jahmiyah dan sekte Mutazillah. Hal ini adalah perkara yang besar, diantara yang mengalami tekanan oleh penguasa yang terpengaruh paham tersebut adalah Imam Ahmad bin Hambal, pada saat itu beliau berpegang teguh pada sunnah tidak mau mengatakan Al Qur'an adalah mahluk, namun beliau tidak mau memberontak pada penguasa, karena menganggap penguasa terpengaruh syubhat ulama Mutazillah dan masih Islam.
Al Imam Al Bukhari bertemu lebih dari 1000 orang guru namun tidak ada satupun yang mengatakan bahwa Al Qur'an adalah mahluk.
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قال:
"أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ مِن شَرِّ مَا خَلَقَ."
"Rasulullah SAW bersabda: 'Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan makhluk-Nya.'"
Hadist ini menunjukkan Rasulullah berlindung pada Kalimat Allah yang berarti Al Qur'an bukanlah mahluk, karena berlindung pada mahluk adalah sebuah kesyirikan dan tidak mungkin Rasulullah mengajarkan kesyirikan.
5. Aqidah ahlu sunnah dalam masalah ru'yatullah.
Iman adalah ucapan dan perbuatan, dapat bertambah dan berkurang, dan dengan sebab kesyirikan iman dapat berkurang hingga tidak tersisa.
Salah satu dari aqidah ahlu sunnah bahwa orang-orang beriman pada hari kiamat akan melihat wajah Allah, dalil juga menunjukkan bahwasanya orang beriman didalam surga (al husna) akan diberikan kenikmatan paling besar yaitu melihat wajah Allah (ziyadah).
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah :
"إِنَّكُمْ سَتَرَوْنَ رَبَّكُمْ كَمَا تَرَوْنَ الْقَمَرَ لَيْلَةَ الْبَدْرِ، فَلَا تَضَامُّونَ فِي رُؤْيَتِهِ."
“Sesungguhnya kalian akan melihat Allah, seperti kalian melihat bulan purnama, dan tidak ada satu pun yang saling berdesak-desakan dalam melihat-Nya.” (Riwayat Bukhari dan Muslim)
"وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَّاعِمَةٌ، لِّرَبِّهَا نَاظِرَةٌ"
"Pada hari itu, wajah-wajah (orang-orang beriman) berseri-seri, kepada Rabb mereka melihat." (QS. Al-Ghashiyah: 8-9)
Perkara ini diingkari oleh sekte yang sesat diantaranya Mutazillah dan Syi'ah Rafidhah, menyelisihi dalil dan hadist Rasulullah.
Didunia ini Allah tidak menghendaki ada mahluk yang dapat melihat Allah, sehingga nabi Musa pun tidak dapat melihat Allah didunia ini, begitu pula Rasulullah saat miraj tidak dapat melihat Allah.
متن الحديث :
"هل رأيت ربك؟ فقال: رأيت نوراً."
"أتى رجل إلى النبي صلى الله عليه وسلم، فقال: يا رسول الله، هل رأيت ربك؟ قال: رأيت نوراً."
"Seorang lelaki datang kepada Nabi SAW dan bertanya : 'Wahai Rasulullah, apakah engkau melihat Rabbmu?' Nabi menjawab: 'Aku melihat cahaya.'"
6. Aqidah ahlu sunnah dalam masalah Tangan Allah.
Masalah penetapan sifat bagi Allah, yaitu diantaranya sifat tangan Allah.
متن الحديث :
"قَالَتِ الْيَهُودُ: يَدُ اللَّهِ مَغْلُولَةٌ، فَأَنزَلَ اللَّهُ : قُلَتْ أَيْدٍهِمْ مَغْلُولَةٌ بَلْ يَدَاهُ مَبْسُوطَتَانِ يُنفِقُ كَيْفَ يَشَاءُ."
"Orang-orang Yahudi berkata: 'Tangan Allah terbelenggu.' Maka Allah menurunkan ayat: 'Katakanlah, 'Tangan-tangan mereka yang terbelenggu, tetapi kedua tangan-Nya terbuka. Dia memberi nafkah dengan melimpah sesuai kehendak-Nya.'"(Hadist Imam Bukhari)
Allah membantah orang yahudi yang mensifati Allah bakhil, namun tidak membantah bahwa Allah memiliki sifat tangan, kata Al Yad dalam bahasa arab dikenal dengan makna tangan, dan tangan Allah tidaklah sama dengan tangan mahluk, sifat tangan Allah adalah sesuai dengan keagungan Allah dan tidak ada yang serupa dengan Allah.
Surah Ash-Shura, ayat 11 :
ٱلَّذِي خَلَقَ ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ ۗ أَنتُمۡ أَحَدٌۭ مِّن خَلْقِهِۦ ۖ لَا كَمِثْلِهِۦ شَيۡءٌۭ ۖ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ
"Dia yang menciptakan langit dan bumi. Tiada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya, dan Dia yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat."
Melakukan takwil terhadap sifat Allah dapat mengakibatkan beberapa pelanggaran :
1. Menyamakan Allah dengan mahluk, sedangkan tangan Allah tidaklah sama dengan tangan mahluk.
2. Takwil berakibat hilangnya makna asli dan menyelisihi dalil.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ قَالَ :
كُلُّ يَدٍ اللَّهِ يَمِينٌ
"Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: 'Semua tangan Allah adalah tangan kanan.'"
Tidak boleh kita menambah sifat yang tidak ada dalam Al Qur'an dan hadits.
7. Aqidah ahlu sunnah dalam masalah Istiwa.
Allah beristiwa diatas arsy sebagaimana dalil Al Qur'an dan Hadist, dan tidak boleh kita serupakan dengan Istiwa mahluk.
Surah Al-A'raf (7): 54
إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ
"Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia beristiwa di atas Arsy."
Tidak ada para sahabat yang mendengar Istiwa Allah kemudian menanyakan bagaimananya ataupun mentakwilnya, karena para sahabat telah meyakini dan diajarkan bahwa Allah tidaklah serupa dengan mahluknya.
8. Aqidah ahlu sunnah dalam masalah Pelaku dosa besar.
Ahlu sunnah berpendapat para pelaku dosa besar tidaklah keluar dari islam selama meyakini 5 hal sesuai hadist.
عَنْ أَبِي عَبْدِ اللَّهِ مَالِكِ بْنِ أَنسٍ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِنَّ الإِسْلَامَ بُنِيَ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، وَإِقَامِ الصَّلَاةِ، وَإِتَاءِ الزَّكَاةِ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ، وَحَجِّ الْبَيْتِ مَنْ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا."
"Dari Abu Abdullah Malik bin Anas, bahwa Rasulullah SAW bersabda: 'Sesungguhnya Islam dibangun di atas lima perkara:
1. Mengucapkan dua kalimat syahadat: "Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah."
2. Melaksanakan shalat.
3. Memberikan zakat.
4. Berpuasa di bulan Ramadan.
5. Menunaikan haji ke Baitullah bagi yang mampu.'" (HR. Bukhari dan Muslim)
Dosa-dosa besar adalah dosa yang Allah ancam dengan neraka contohnya : zina & riba, orang khawarij berkeyakinan pelaku dosa besar keluar dari islam, sedangkan ahlu sunnah meyakini pelaku dosa besar adalah "orang yang beriman dengan keimanannya dan orang yang fasik dengan dosanya", dan juga sebagai bantahan untuk orang murjiah yang meyakini pelaku dosa besar sempurna keimanannya.
Dalilnya QS. Al-Hujurat: 9 :
وَإِن طَائِفَتَانِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ اقْتَتَلُوا فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا ۖ فَإِن بَغَتْ إِحْدَاهُمَا عَلَى الْأُخْرَىٰ فَقاتِلُوا الَّتِي تَبْغِي حَتَّى تَفِيئَ إِلَى أَمْرِ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ سَمِيعًا عَلِيمًا
"Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mukmin berperang, maka damaikanlah di antara keduanya. Jika salah satu dari keduanya menganiaya yang lain, maka perangilah golongan yang menganiaya itu hingga ia kembali kepada perintah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."
Allah menyebutkan 2 golongan sebagai mukmin meskipun bertikai dengan berperang dan saling membunuh, membunuh seorang muslim adalah termasuk dosa besar.
9. Aqidah ahlu sunnah dalam masalah orang yang meninggalkan salah satu dari rukun islam.
عَنْ أَبِي عَبْدِ اللَّهِ مَالِكِ بْنِ أَنسٍ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِنَّ الإِسْلَامَ بُنِيَ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، وَإِقَامِ الصَّلَاةِ، وَإِتَاءِ الزَّكَاةِ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ، وَحَجِّ الْبَيْتِ مَنْ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا."
"Dari Abu Abdullah Malik bin Anas, bahwa Rasulullah SAW bersabda: 'Sesungguhnya Islam dibangun di atas lima perkara:
1. Mengucapkan dua kalimat syahadat: "Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah."
2. Melaksanakan shalat.
3. Memberikan zakat.
4. Berpuasa di bulan Ramadan.
5. Menunaikan haji ke Baitullah bagi yang mampu.'" (HR. Bukhari dan Muslim)
Meninggalkan 2 kalimat syahadat sebagai rukun islam yang pertama maka statusnya jelas sebagai kafir, sedangkan para ulama berselisih pendapat dengan orang yang meninggalkan 4 perkara yang lain.
Perselisihan ulama dalam perkara orang yang meninggalakan salah satu dari 4 rukun islam setelah 2 kalimat syahadat :
Pendapat 1 ; Kekafiran orang yang meninggalkan salah satu dari 4 rukun islam.
Pendapat 2 ; Tidak kafir ketika meninggalkan salah satu dari 4 rukun islam yang penting dia menetapkan/meyakini tentang kewajibannya.
Pendapat 3 ; Tidak kafir kecuali apabila meninggalkan sholat.
Pendapat 4 ; Kafir apabila meninggalkan sholat dan zakat.
Pendapat 5 ; Kafir apabila meninggalkan sholat, meninggalkan zakat diiringi dengan memerangi penguasa dalam menegakkan syariat.
Menurut beliau orang yang meninggalkan syahadat, sholat dan puasa maka tidak usah didebat karena sudah jelas kekafirannya.
إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَّوْقُوتًا
"Sesungguhnya, shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya bagi orang-orang yang beriman." (QS. An-Nisa: 103)
Adapun zakat, kapan saja ditunaikan maka telah mencukupi walaupun seseorang berdosa karena menahan atau menangguhkan waktunya.
Adapun masalah haji, yang seseorang telah wajib dan memiliki kemampuan, maka dia wajib segera melakukan, dan memiliki niat untuk melakukan, dan seandainya diakhirkan dia tidak berdosa, berbeda dengan zakat yang terkait dengan hak orang lain, haji adalah hubungan antara seseorang dengan Allah. Meskipun demikian seandainya seseorang meninggal dunia dalam keadaan belum berhaji padahal telah mampu berhaji maka ia akan menyesal dan akan meminta kepada Allah dikembalikan kedunia untuk dapat berhaji. Dan wajib bagi keluarga orang yang meninggal dan dalam keadaan mampu untuk menghajikan orang yang meninggal dalam keadaan mampu dan belum berhaji tersebut.
Barakallahu fikum wa Jazakumullahu khair.
40 Hadist Seputar Keluarga Samawa (Bagian 3)
﷽ Ustadz Yusuf Abu Ubaidah As-Sidawi hafizahullohuta'ala Masjid Al-Aziz Jl. Soekarno Hatta No. 662 Bandung Hadist 11 : Doa Orangtua Bu...
-
﷽ This is just a 5 minutes article on howto install Anydesk on Debian based Linux (Kali/Parrot/Ubuntu). # Update and preparation : $ s...
-
﷽ Walkthrough WebGoat Assignment Crypto Basics #8 : First run the docker as requested : docker run -d webgoat/assignments:findthesecret ...