﷽
Ustadz Ahmad Bazher hafizahullohuta'ala.
Masjid Al Aziz
https://www.youtube.com/live/MA2uRq2HBDQ
Terdapat beberapa ciri dari Qalbun Salim :
1) Mencintai Allah.
Surah Asy-Syu’ara’: 88-89 :
يَوْمَ لَا يَنفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ. إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
"Pada hari ketika harta dan anak-anak tidak lagi berguna, kecuali orang yang datang kepada Allah dengan hati yang bersih (qolbun salim)."
2) Mengikuti Rasulullah shalallahu alaihi wasallam dalam beragama.
Ali Imron 31 :
قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَٱتَّبِعُونِى يُحْبِبْكُمُ ٱللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْۗ وَٱللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
Katakanlah (Muhammad), “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintai dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Hadist :
عَنْ أَبِي نَجِيحٍ الْعِرْبَاضِ بْنِ سَارِيَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
«عَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ، تَمَسَّكُوا بِهَا، وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ، وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ، فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ
Dari Al-'Irbadh bin Sariyah radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
“Wajib bagi kalian untuk mengikuti sunnahku dan sunnah Khulafaur Rasyidin yang diberi petunjuk. Berpegang teguhlah dengannya dan gigitlah ia dengan gigi geraham. Dan hati-hatilah kalian terhadap perkara-perkara yang diada-adakan (dalam agama), karena setiap perkara yang diada-adakan adalah bid'ah, dan setiap bid'ah adalah kesesatan.”
(HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi, dan dinilai sahih oleh Al-Albani).
Terdapat 5 perkara yang apabila selamat kita darinya maka akan mendapatkan qalbun salim :
- Selamat dari kesyirikan yang membatalkan tauhid.
- Selamat dari kebidahan yang menyelisihi sunnah.
- Selamat dari syahwat yang buruk yang menyelisihi syariat.
- Selamat dari kelalaian yang bertentangan dengan dzikir pada Allah.
- Selamat dari hawa nafsu yang menyelisihi ihlas dan ittiba pada nabi.
3) Benci kepada dosa dan maksiat.
Nabi mendefinisikan dosa dalam hadist :
الْإِثْمُ مَا حَاكَ فِي صَدْرِكَ وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ
"Dosa adalah sesuatu yang menggelisahkan hatimu dan kamu tidak suka jika orang lain mengetahuinya." (HR. Muslim no. 2553)
Al Hujurat ayat 7 :
وَاعْلَمُوٓا أَنَّ فِيكُمْ رَسُولَ اللَّهِ ۚ لَوْ يُطِيعُكُمْ فِى كَثِيرٍ مِّنَ ٱلْأَمْرِ لَعَنِتُّمْ وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ ٱلْإِيمَٰنَ وَزَيَّنَهُۥ فِى قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ ٱلْكُفْرَ وَٱلْفُسُوقَ وَٱلْعِصْيَانَ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلرَّٰشِدُونَ
"Dan ketahuilah bahwa di tengah-tengah kamu ada Rasulullah. Kalau ia menuruti (kemauan) kamu dalam banyak urusan, benar-benar kamu akan mendapat kesulitan, tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus."
4) Sedih jika terluput dari amal shaleh.
Ketika seseorang terluput dari amal shaleh atau ibadah maka ia akan merasa sangat sedih dibandingkan kehilangan perkara dunia.
Pada masa perang Tabuk, adalah masa paceklik dan ekonomi dikota Madinah sedang paceklik saat itu, jarak ke Tabuk 750 km dan perang untuk menghadapi pasukan Romawi, Rasulullah memotivasi untuk bersedekah dan berangkat berjihad, dan terdapat 7 orang yang tak dapat berangkat jihad karena tidak mendapatkan perbekalan dan kendaraan sehingga sedih dan bercucuran air mata karena terluput untuk ikut berpartisipasi dalam perang.
Surat At Taubah 92 :
وَلَا عَلَى ٱلَّذِينَ إِذَا مَآ أَتَوْكَ لِتَحْمِلَهُمْ قُلْتَ لَآ أَجِدُ مَآ أَحْمِلُكُمْ عَلَيْهِ تَوَلَّوا۟ وَّأَعْيُنُهُمْ تَفِيضُ مِنَ ٱلدَّمْعِ حَزَنًا أَلَّا يَجِدُوا۟ مَا يُنفِقُونَ
"Dan tidak ada (pula dosa) atas orang-orang yang apabila mereka datang kepadamu supaya kamu memberi mereka kendaraan (untuk pergi berjihad), lalu kamu berkata, 'Aku tidak memperoleh kendaraan untuk membawamu,' lalu mereka kembali, sedang mata mereka bercucuran air mata karena kesedihan, disebabkan mereka tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan."
Pada perang ini Ustman bersedekah 100 ekor unta beserta pelana dan karpetnya, hal ini diulanginya sebanyak 3 kali. Hingga Rasulullah turun dari mimbar dan mengatakan sejak saat ini bebas apapun yang dilakukan Ustman ibn Affan. ( Sekira 10000 dinar yang disumbangkan).
Pada saat yang sama Umar bin Khattab pun berkata hari ini aku akan mengalahkan Abu Bakar dengan menyumbangkan setengah kekayaannya, namun disaat yang sama Abu Bakar menyumbangkan seluruh kekayaannya.
5) Semakin zuhud pada dunia dan semakin mendekatkan diri pada akhirat.
Al Imam Ibnu Rajab berkata dalam kitabnya Jami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam : Amalan sunnah yang paling sering dilakukan Rasulullah dan sahabatnya adalah dengan membersihkan hati, manggantungkan hati hanya pada Allah dan berharap hanya pada Allah, dan Zuhud pada dunia.
Zuhud adalah amalan hati, apa rahasia zuhud Imam Hasan Al Basri terhadap dunia :
1. Aku mengetahui bahwa rizkiku tidak akan mungkin diambil orang lain, maka aku tenang dalam mencarinya.
2. Aku mengetahui bahwa amalanku tidak mungkin dilakukan oleh orang lain, maka aku akan sibukkan diriku dengan amal shaleh tersebut.
3. Aku mengetahui bahwa Allah selalu mengawasiku, maka aku malu berbuat maksiat kepada-nya.
4. Aku mengetahui bahwa kematian pasti mengintaiku, maka aku mempersiapkan bekal untuk bertemu dengan Allah.
6) Memiliki ahlak yang mulia.
Ilmu agama yang bermanfaat akan memberikan hasil amal shaleh dan semakin mulia adab dan akhlaknya.
Hadist :
قِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَفْضَلُ النَّاسِ؟ قَالَ: كُلُّ مَخْمُومِ الْقَلْبِ صَدُوقِ اللِّسَانِ. قَالُوا: صَدُوقُ اللِّسَانِ نَعْرِفُهُ، فَمَا مَخْمُومُ الْقَلْبِ؟ قَالَ: هُوَ النَّقِيُّ التَّقِيُّ، لَا إِثْمَ فِيهِ وَلَا بَغْيَ وَلَا غِلَّ وَلَا حَسَدَ.
Dikatakan kepada Rasulullah SAW, "Wahai Rasulullah, siapa manusia yang paling utama?" Beliau menjawab, "Setiap orang yang hatinya mahmum (bersih) dan lisannya jujur." Mereka bertanya, "Kami tahu tentang lisan yang jujur, tetapi apa itu hati yang mahmum?" Beliau menjawab, "Yaitu hati yang bersih, bertakwa, tidak ada dosa di dalamnya, tidak melampaui batas, tidak ada kedengkian, dan tidak ada hasad (iri hati)."(HR. Ibnu Majah, no. 4216; Ahmad, no. 12513)
Barakallahu fikum
Wa Jazakumullahu khair.
No comments:
Post a Comment