Wednesday, September 11, 2024

40 Hadits Seputar Kesucian Hati (Bagian 7)

 ﷽

Ustadz Yusuf Abu Ubaidah As-Sidawi hafizahullohuta'ala.

MASJID AL-AZIZ BANDUNG

(Hadist 33) Bangkrut dengan Ghibah dan
Menodai Kehormatan Manusia

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : "لَمَّا عُرِجَ بِي مَرَرْتُ بِقَوْمٍ لَهُمْ أَظْفَارٌ مِنْ نُحَاسٍ، يَخْمِشُونَ وُجُوهَهُمْ وَصُدُورَهُمْ، فَقُلْتُ: مَنْ هَؤُلاءِ يَا جِبْرِيلُ؟ قَالَ: هَؤُلاءِ الَّذِينَ يَأْكُلُونَ لُحُومَ النَّاسِ وَيَقَعُونَ فِي أَعْرَاضِهِمْ"

Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Tatkala aku dinaikkan saat Isra’ Mi’raj, aku melewati suatu kaum yang memiliki kuku-kuku dari tembaga. Mereka mencakar-cakar wajah mereka dan dada mereka sendiri. Maka aku bertanya: 'Siapa mereka ini wahai Jibril?' Jibril menjawab: 'Mereka adalah orang-orang yang memakan daging manusia (ghibah) dan mencela kehormatan mereka.'"
(HR Abu Dawud 4878)

Hadist diatas menunjukkan haramnya perbuatan ghibah ;
Ghibah adalah "kamu menyebut aib-aib saudaramu yang dia benci", ada 3 hal yang menyebabkan ghibah diumpamakan memakan daging manusia menurut para ulama :
1. Untuk membuat kita jijik dari melakukan perbuatan ghibah, sebagaimana kita jijik memakan daging bangkai manusia.
2. Karena memakan daging memerlukan aktifitas mengoyak daging, demikian pula ghibah mengoyak kehormatan seorang muslim.
3. Saat memakan daging, maka daging tersebut tidak dapat membela diri, demikian pula ghibah orang yang dighibahi tidak dapat membela dirinya.

Dalil haramnya ghibah pada Al Qur'an :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.
(QS. Al-Hujurat: 12)

Diantara tugas seorang suami adalah mengingatkan istrinya, karena diantara dosa yang banyak dilakukan oleh kaum wanita adalah ghibah.

Diantara hadist Rasulullah pernah menegur Ummul mukminin Aisyah Radhiallahu Anha.

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: قُلْتُ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: حَسْبُكَ مِنْ صَفِيَّةَ كَذَا وَكَذَا - قَالَ: غَيْرُ مُسْتَبِينَةٍ بِيَدِهَا - قَالَ: فَقَالَ: «لَقَدْ قُلْتِ كَلِمَةً لَوْ مُزِجَتْ بِمَاءِ الْبَحْرِ لَمَزَجَتْهُ

Dari Aisyah RA berkata: Aku berkata kepada Nabi SAW, “Cukuplah bagi Anda tentang Shafiyyah begini dan begini” — yang dimaksud Aisyah adalah mengisyaratkan sesuatu (kekurangan) pada Shafiyyah tanpa menyebutkan secara langsung — maka Nabi SAW bersabda, "Sungguh, engkau telah mengucapkan sebuah kata yang seandainya dicampurkan dengan air laut, niscaya ia akan merusaknya."
(HR. Ahmad 26098, Tirmidzi 2502)

Ghibah memiliki beberapa kondisi yang diperbolehkan, ada 6 yaitu :
1. Orang yang terdzalimi.
2. Untuk memberitahu orang lain (ciri/pengenal).
3. Untuk memberikan peringatan.
4. Orang yang menampakkan kefasikan.
5. Orang yang meminta fatwa (pastikan pada orang yang tepat/ahlinya).
6. Orang yang tujuannya untuk mengingkari kemungkaran.

(Hadist 34) Gelapnya Kedzaliman

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : "الظُّلْمُ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ".

Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhuma berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda ; Kedzaliman adalah kegelapan-kegelapan di hari kiamat. (HR. Bukhari 2447 dan Muslim 2579)

Dazlim berputar pada 2 hal :
1. Tidak menunaikan kewajiban pada orang lain, contohnya: adalah berhutang dan menunda pembayaran atau tidak berniat membayar.
2. Mewajibkan orang lain suatu kewajiban sesuatu yang tidak wajib baginya.

Ada 3 bentuk kedzaliman :
1. Dzalim terhadap Allah (QS. Luqman 13).
2. Dzalim kepada manusia.
3. Dzalim kepada diri sendiri.

(Hadist 35) Hinanya Dunia.

عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ السَّاعِدِيِّ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَوْ كَانَتِ الدُّنْيَا تَعْدِلُ عِنْدَ اللَّهِ جَنَاحَ بَعُوضَةٍ مَا سَقَى كَافِرًا مِنْهَا شُرْبَةَ مَاءٍ".

Dari Sahl bin Sa’ad As Saaidi berkata, Rasulullah ﷺ bersabda: "Seandainya dunia ini bernilai di sisi Allah sebanding dengan sayap seekor nyamuk, niscaya Allah tidak akan memberi minum seorang kafir darinya walaupun seteguk air."
(HR. At-Tirmidzi & Ibnu Majah)

Betapa hinanya dunia sehingga dalam hadist lain Rasulullah bersabda :

عَنْ جَابِرٍ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ -رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا-: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ مَرَّ بِالسُّوقِ دَاخِلًا مِنْ بَعْضِ الْعَالِيَةِ وَالنَّاسُ كَنَفَتَيْهِ، فَمَرَّ بِجَدْيٍ أَسَكَّ مَيِّتٍ، فَتَنَاوَلَهُ فَأَخَذَ بِأُذُنِهِ، ثُمَّ قَالَ: "أَيُّكُمْ يُحِبُّ أَنَّ هَذَا لَهُ بِدِرْهَمٍ؟" فَقَالُوا: مَا نُحِبُّ أَنَّهُ لَنَا بِشَيْءٍ وَمَا نَصْنَعُ بِهِ؟ قَالَ: "أَتُحِبُّونَ أَنَّهُ لَكُمْ؟" قَالُوا: وَاللَّهِ لَوْ كَانَ حَيًّا كَانَ عَيْبًا فِيهِ لِأَنَّهُ أَسَكُّ فَكَيْفَ وَهُوَ مَيِّتٌ؟ فَقَالَ: "فَوَاللَّهِ، لَلدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلَى اللَّهِ مِنْ هَذَا عَلَيْكُمْ".

Dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu 'anhuma, bahwa Rasulullah ﷺ melewati pasar, ketika itu beliau masuk dari arah pinggir kota, sedangkan orang-orang berada di sekelilingnya. Lalu beliau melewati bangkai anak kambing yang telinganya pendek, beliau memegang telinganya dan bersabda: "Siapa di antara kalian yang mau memiliki ini dengan satu dirham?" Mereka menjawab, "Kami tidak menyukainya sama sekali, apa yang bisa kami lakukan dengannya?" Beliau bersabda: "Apakah kalian mau jika itu menjadi milik kalian?" Mereka menjawab, "Demi Allah, kalau pun ia hidup, itu sudah menjadi cacat karena telinganya pendek, apalagi sekarang ia sudah mati." Maka Rasulullah ﷺ bersabda: "Demi Allah, dunia ini lebih hina di sisi Allah daripada bangkai kambing ini di mata kalian."
(HR. Muslim No. 2957)

Demikian agar kita tidak tertipu dan terlena dari kehidupan yang fana ini, maksudnya agar kita tidak tergila-gila mengejar dunia, hendaknya kita menyadari bahwa :
1. Dunia itu hina dan fana, kita pasti akan meninggalkannya.
عَنْ الْبَرَاءَ بْنَ عَازِبٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ."
Dari Al-Barra' bin Azib, ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau pengembara."
2. Dunia tidak sebanding dengan kenikmatan akhirat dan surga.
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "في الجنة ما لا عين رأت، ولا أذن سمعت، ولا خطر على قلب بشر."
Rasulullah SAW bersabda: "Dalam surga terdapat apa-apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga, dan tidak pernah terlintas dalam hati manusia."

Sukses menurut Al-Qur'an adalah orang yang dapat masuk surga dan selamat dari neraka.


(Hadist 36) Ingat Mati

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم :
أكثروا من ذكر هادم اللذات - يعني الموت.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan," yaitu kematian.
(HR At-Tirmidzi)

Hal ini adalah yang harus sering/perbanyak kita ingat, bahwa setiap yang bernyawa akan mati.

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ ثُمَّ إِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
Tiap-tiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kemudian hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan.
(QS Al Ankabut 57).

Diantara faidah-faidah dalam mengingat kematian :
1. Menjadikan seseorang lebih semangat dalam beribadah.
2. Membuat seseorang segera bertaubat pada Allah.
3. Menjadikan sikap qonaah dalam hati.

Bagaimana cara untuk mengingat kematian :
1. Sering mempelajari ilmu agama.
2. Ziarah kubur.
3. Banyak membaca dan mentadaburi Al Qur'an.

(Hadist 37) Bagaikan Pengembara.
عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَا لِي وَلِلدُّنْيَا؟! مَا أَنَا فِي الدُّنْيَا إِلَّا كَرَاكِبٍ استَظَلَّ بَسَطَةً ثُمَّ رَحَلَ وَتْرَكَهَا
Apa urusanku dengan dunia? Aku di dunia ini tidak lain seperti seorang pengembara yang berteduh di bawah pohon, kemudian dia pergi meninggalkan pohon tersebut."
(HR. At-Tirmidzi).

Hadist ini turun disebabkan suatu saat Umar bin Khattab masuk kerumah Rasulullah, dan Rasulullah baru bangun dari tidur dan pada pipi beliau terlihat bekas tikar/alas tidur beliau.

Faidah dari hadist ini :
1. Kita tidak boleh tertipu oleh dunia.
2. Kita harus mempersiapkan perbekalan dalam perjalanan menuju akhirat.

(Hadist 38) Siapkan Bekal Terbaikmu.
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ، قَالَ: كُنْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَأَتَى رَجُلٌ مِنَ الْأَنْصَارِ فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيُّ الْمُؤْمِنِينَ أَفْضَلُ؟ قَالَ: أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا. قَالَ: فَأَيُّ الْمُؤْمِنِينَ أَكْيَسُ؟ قَالَ: أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا، وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا، أُولَـٰئِكَ هُمْ الْأَكْيَسُ.
Dari Abdullah bin Umar r.a., dia berkata: "Aku pernah bersama Nabi Muhammad saw., lalu datang seorang lelaki dari kaum Anshar dan mengucapkan salam kepada Nabi.
Kemudian dia bertanya, 'Wahai Rasulullah, orang beriman manakah yang paling baik?' Nabi menjawab, 'Yang paling baik akhlaknya.'
Orang tersebut bertanya lagi, 'Lalu orang beriman manakah yang paling berakal (cerdas)?' Nabi menjawab, 'Yang paling banyak mengingat kematian dan paling baik persiapannya setelah kematian, merekalah yang paling berakal.'"
(HR. Ibnu Majah)

Orang cerdas menurut Rasulullah adalah orang yang mengingat mati dan semangat menyiapkan bekal menuju negeri akhirat. Sebaliknya betapapun tinggi pendidikannya dan lalai dari akhirat negeri yang abadi maka sejatinya dia orang yang bodoh.

Bekal yang perlu dipersiapkan untuk negeri akhirat :
1. Tauhid.
2. Ilmu (agama), agar dapat beribadah dan beramal dengan benar.
3. Takwa (menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya).
4. Sabar (menjalankan perintah Allah, menjauhi larangannya dan menghadapi ujian).

(Hadist 39) Istiqomah Selamanya.
عَنْ أَبِي عَمْرٍو (وَكَانَ يُقَالُ أَبُو عَمْرٍو) سُفْيَانَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ قُلْتُ : يَا رَسُولَ اللَّهِ قُلْ لِي فِي الْإِسْلَامِ قَوْلًا لَا أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَدًا بَعْدَكَ، قَالَ: قُلْ آمَنْتُ بِاللَّهِ ثُمَّ اسْتَقِمْ.
Dari Abu ‘Amr (dan ada yang mengatakan Abu Amroh) Sufyan bin Abdillah berkata, "Saya berkata: 'Wahai Rasulullah, katakanlah padaku tentang Islam suatu ucapan yang saya tidak akan menanyakannya kepada seorang pun selain engkau.' Rasulullah menjawab: 'Katakanlah, Aku beriman kepada Allah, kemudian beristiqamahlah.'"
(HR. Muslim)

Hal yang paling berat diantaranya adalah istiqomah diatas ketaatan pada Allah, karena godaan dari luar dan dari dalam diri kita.

Cara agar dapat istiqomah :
1. Ikhlaskan semua amal ibadah kita (banyak yang gugur dalam hijrah karena niatnya yang salah).
2. Mencari teman yang baik, yang dapat mengingatkan kita.
3. Perbanyak doa.

(Hadist 40) Menggapai Husnul Khatimah.
عَن سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ السَّاعِدِيِّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيمِ."
Dari Sahl bin Sa’ad As-Saa’idi, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, 'Amalan itu tergantung pada akhirnya.
(HR. Bukhari 6607)

Hendaknya bagi kita berupaya menggapai husnul khotimah, jangan pernah merasa aman dengan keadaan kita sekarang, betapa banyak orang yang lebih hebat dari kita dan tergelincir diakhir jalan.

Barakallahu fikum.
Wa Jazakumullahu khair.

No comments:

40 Hadist Seputar Keluarga Samawa (Bagian 4)

﷽ Ustadz Yusuf Abu Ubaidah As-Sidawi hafizahullohuta'ala https://www.youtube.com/live/ts-51lTpN5g?si=ObiH9E8Z8YrxkRzm Masjid Al-Aziz  Jl...