Wednesday, September 11, 2024

40 Hadits Seputar Kesucian Hati (Bagian 7)

 ﷽

Ustadz Yusuf Abu Ubaidah As-Sidawi hafizahullohuta'ala.

MASJID AL-AZIZ BANDUNG

(Hadist 33) Bangkrut dengan Ghibah dan
Menodai Kehormatan Manusia

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : "لَمَّا عُرِجَ بِي مَرَرْتُ بِقَوْمٍ لَهُمْ أَظْفَارٌ مِنْ نُحَاسٍ، يَخْمِشُونَ وُجُوهَهُمْ وَصُدُورَهُمْ، فَقُلْتُ: مَنْ هَؤُلاءِ يَا جِبْرِيلُ؟ قَالَ: هَؤُلاءِ الَّذِينَ يَأْكُلُونَ لُحُومَ النَّاسِ وَيَقَعُونَ فِي أَعْرَاضِهِمْ"

Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Tatkala aku dinaikkan saat Isra’ Mi’raj, aku melewati suatu kaum yang memiliki kuku-kuku dari tembaga. Mereka mencakar-cakar wajah mereka dan dada mereka sendiri. Maka aku bertanya: 'Siapa mereka ini wahai Jibril?' Jibril menjawab: 'Mereka adalah orang-orang yang memakan daging manusia (ghibah) dan mencela kehormatan mereka.'"
(HR Abu Dawud 4878)

Hadist diatas menunjukkan haramnya perbuatan ghibah ;
Ghibah adalah "kamu menyebut aib-aib saudaramu yang dia benci", ada 3 hal yang menyebabkan ghibah diumpamakan memakan daging manusia menurut para ulama :
1. Untuk membuat kita jijik dari melakukan perbuatan ghibah, sebagaimana kita jijik memakan daging bangkai manusia.
2. Karena memakan daging memerlukan aktifitas mengoyak daging, demikian pula ghibah mengoyak kehormatan seorang muslim.
3. Saat memakan daging, maka daging tersebut tidak dapat membela diri, demikian pula ghibah orang yang dighibahi tidak dapat membela dirinya.

Dalil haramnya ghibah pada Al Qur'an :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.
(QS. Al-Hujurat: 12)

Diantara tugas seorang suami adalah mengingatkan istrinya, karena diantara dosa yang banyak dilakukan oleh kaum wanita adalah ghibah.

Diantara hadist Rasulullah pernah menegur Ummul mukminin Aisyah Radhiallahu Anha.

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: قُلْتُ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: حَسْبُكَ مِنْ صَفِيَّةَ كَذَا وَكَذَا - قَالَ: غَيْرُ مُسْتَبِينَةٍ بِيَدِهَا - قَالَ: فَقَالَ: «لَقَدْ قُلْتِ كَلِمَةً لَوْ مُزِجَتْ بِمَاءِ الْبَحْرِ لَمَزَجَتْهُ

Dari Aisyah RA berkata: Aku berkata kepada Nabi SAW, “Cukuplah bagi Anda tentang Shafiyyah begini dan begini” — yang dimaksud Aisyah adalah mengisyaratkan sesuatu (kekurangan) pada Shafiyyah tanpa menyebutkan secara langsung — maka Nabi SAW bersabda, "Sungguh, engkau telah mengucapkan sebuah kata yang seandainya dicampurkan dengan air laut, niscaya ia akan merusaknya."
(HR. Ahmad 26098, Tirmidzi 2502)

Ghibah memiliki beberapa kondisi yang diperbolehkan, ada 6 yaitu :
1. Orang yang terdzalimi.
2. Untuk memberitahu orang lain (ciri/pengenal).
3. Untuk memberikan peringatan.
4. Orang yang menampakkan kefasikan.
5. Orang yang meminta fatwa (pastikan pada orang yang tepat/ahlinya).
6. Orang yang tujuannya untuk mengingkari kemungkaran.

(Hadist 34) Gelapnya Kedzaliman

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : "الظُّلْمُ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ".

Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhuma berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda ; Kedzaliman adalah kegelapan-kegelapan di hari kiamat. (HR. Bukhari 2447 dan Muslim 2579)

Dazlim berputar pada 2 hal :
1. Tidak menunaikan kewajiban pada orang lain, contohnya: adalah berhutang dan menunda pembayaran atau tidak berniat membayar.
2. Mewajibkan orang lain suatu kewajiban sesuatu yang tidak wajib baginya.

Ada 3 bentuk kedzaliman :
1. Dzalim terhadap Allah (QS. Luqman 13).
2. Dzalim kepada manusia.
3. Dzalim kepada diri sendiri.

(Hadist 35) Hinanya Dunia.

عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ السَّاعِدِيِّ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَوْ كَانَتِ الدُّنْيَا تَعْدِلُ عِنْدَ اللَّهِ جَنَاحَ بَعُوضَةٍ مَا سَقَى كَافِرًا مِنْهَا شُرْبَةَ مَاءٍ".

Dari Sahl bin Sa’ad As Saaidi berkata, Rasulullah ﷺ bersabda: "Seandainya dunia ini bernilai di sisi Allah sebanding dengan sayap seekor nyamuk, niscaya Allah tidak akan memberi minum seorang kafir darinya walaupun seteguk air."
(HR. At-Tirmidzi & Ibnu Majah)

Betapa hinanya dunia sehingga dalam hadist lain Rasulullah bersabda :

عَنْ جَابِرٍ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ -رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا-: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ مَرَّ بِالسُّوقِ دَاخِلًا مِنْ بَعْضِ الْعَالِيَةِ وَالنَّاسُ كَنَفَتَيْهِ، فَمَرَّ بِجَدْيٍ أَسَكَّ مَيِّتٍ، فَتَنَاوَلَهُ فَأَخَذَ بِأُذُنِهِ، ثُمَّ قَالَ: "أَيُّكُمْ يُحِبُّ أَنَّ هَذَا لَهُ بِدِرْهَمٍ؟" فَقَالُوا: مَا نُحِبُّ أَنَّهُ لَنَا بِشَيْءٍ وَمَا نَصْنَعُ بِهِ؟ قَالَ: "أَتُحِبُّونَ أَنَّهُ لَكُمْ؟" قَالُوا: وَاللَّهِ لَوْ كَانَ حَيًّا كَانَ عَيْبًا فِيهِ لِأَنَّهُ أَسَكُّ فَكَيْفَ وَهُوَ مَيِّتٌ؟ فَقَالَ: "فَوَاللَّهِ، لَلدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلَى اللَّهِ مِنْ هَذَا عَلَيْكُمْ".

Dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu 'anhuma, bahwa Rasulullah ﷺ melewati pasar, ketika itu beliau masuk dari arah pinggir kota, sedangkan orang-orang berada di sekelilingnya. Lalu beliau melewati bangkai anak kambing yang telinganya pendek, beliau memegang telinganya dan bersabda: "Siapa di antara kalian yang mau memiliki ini dengan satu dirham?" Mereka menjawab, "Kami tidak menyukainya sama sekali, apa yang bisa kami lakukan dengannya?" Beliau bersabda: "Apakah kalian mau jika itu menjadi milik kalian?" Mereka menjawab, "Demi Allah, kalau pun ia hidup, itu sudah menjadi cacat karena telinganya pendek, apalagi sekarang ia sudah mati." Maka Rasulullah ﷺ bersabda: "Demi Allah, dunia ini lebih hina di sisi Allah daripada bangkai kambing ini di mata kalian."
(HR. Muslim No. 2957)

Demikian agar kita tidak tertipu dan terlena dari kehidupan yang fana ini, maksudnya agar kita tidak tergila-gila mengejar dunia, hendaknya kita menyadari bahwa :
1. Dunia itu hina dan fana, kita pasti akan meninggalkannya.
عَنْ الْبَرَاءَ بْنَ عَازِبٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ."
Dari Al-Barra' bin Azib, ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau pengembara."
2. Dunia tidak sebanding dengan kenikmatan akhirat dan surga.
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "في الجنة ما لا عين رأت، ولا أذن سمعت، ولا خطر على قلب بشر."
Rasulullah SAW bersabda: "Dalam surga terdapat apa-apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga, dan tidak pernah terlintas dalam hati manusia."

Sukses menurut Al-Qur'an adalah orang yang dapat masuk surga dan selamat dari neraka.


(Hadist 36) Ingat Mati

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم :
أكثروا من ذكر هادم اللذات - يعني الموت.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan," yaitu kematian.
(HR At-Tirmidzi)

Hal ini adalah yang harus sering/perbanyak kita ingat, bahwa setiap yang bernyawa akan mati.

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ ثُمَّ إِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
Tiap-tiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kemudian hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan.
(QS Al Ankabut 57).

Diantara faidah-faidah dalam mengingat kematian :
1. Menjadikan seseorang lebih semangat dalam beribadah.
2. Membuat seseorang segera bertaubat pada Allah.
3. Menjadikan sikap qonaah dalam hati.

Bagaimana cara untuk mengingat kematian :
1. Sering mempelajari ilmu agama.
2. Ziarah kubur.
3. Banyak membaca dan mentadaburi Al Qur'an.

(Hadist 37) Bagaikan Pengembara.
عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَا لِي وَلِلدُّنْيَا؟! مَا أَنَا فِي الدُّنْيَا إِلَّا كَرَاكِبٍ استَظَلَّ بَسَطَةً ثُمَّ رَحَلَ وَتْرَكَهَا
Apa urusanku dengan dunia? Aku di dunia ini tidak lain seperti seorang pengembara yang berteduh di bawah pohon, kemudian dia pergi meninggalkan pohon tersebut."
(HR. At-Tirmidzi).

Hadist ini turun disebabkan suatu saat Umar bin Khattab masuk kerumah Rasulullah, dan Rasulullah baru bangun dari tidur dan pada pipi beliau terlihat bekas tikar/alas tidur beliau.

Faidah dari hadist ini :
1. Kita tidak boleh tertipu oleh dunia.
2. Kita harus mempersiapkan perbekalan dalam perjalanan menuju akhirat.

(Hadist 38) Siapkan Bekal Terbaikmu.
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ، قَالَ: كُنْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَأَتَى رَجُلٌ مِنَ الْأَنْصَارِ فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيُّ الْمُؤْمِنِينَ أَفْضَلُ؟ قَالَ: أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا. قَالَ: فَأَيُّ الْمُؤْمِنِينَ أَكْيَسُ؟ قَالَ: أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا، وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا، أُولَـٰئِكَ هُمْ الْأَكْيَسُ.
Dari Abdullah bin Umar r.a., dia berkata: "Aku pernah bersama Nabi Muhammad saw., lalu datang seorang lelaki dari kaum Anshar dan mengucapkan salam kepada Nabi.
Kemudian dia bertanya, 'Wahai Rasulullah, orang beriman manakah yang paling baik?' Nabi menjawab, 'Yang paling baik akhlaknya.'
Orang tersebut bertanya lagi, 'Lalu orang beriman manakah yang paling berakal (cerdas)?' Nabi menjawab, 'Yang paling banyak mengingat kematian dan paling baik persiapannya setelah kematian, merekalah yang paling berakal.'"
(HR. Ibnu Majah)

Orang cerdas menurut Rasulullah adalah orang yang mengingat mati dan semangat menyiapkan bekal menuju negeri akhirat. Sebaliknya betapapun tinggi pendidikannya dan lalai dari akhirat negeri yang abadi maka sejatinya dia orang yang bodoh.

Bekal yang perlu dipersiapkan untuk negeri akhirat :
1. Tauhid.
2. Ilmu (agama), agar dapat beribadah dan beramal dengan benar.
3. Takwa (menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya).
4. Sabar (menjalankan perintah Allah, menjauhi larangannya dan menghadapi ujian).

(Hadist 39) Istiqomah Selamanya.
عَنْ أَبِي عَمْرٍو (وَكَانَ يُقَالُ أَبُو عَمْرٍو) سُفْيَانَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ قُلْتُ : يَا رَسُولَ اللَّهِ قُلْ لِي فِي الْإِسْلَامِ قَوْلًا لَا أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَدًا بَعْدَكَ، قَالَ: قُلْ آمَنْتُ بِاللَّهِ ثُمَّ اسْتَقِمْ.
Dari Abu ‘Amr (dan ada yang mengatakan Abu Amroh) Sufyan bin Abdillah berkata, "Saya berkata: 'Wahai Rasulullah, katakanlah padaku tentang Islam suatu ucapan yang saya tidak akan menanyakannya kepada seorang pun selain engkau.' Rasulullah menjawab: 'Katakanlah, Aku beriman kepada Allah, kemudian beristiqamahlah.'"
(HR. Muslim)

Hal yang paling berat diantaranya adalah istiqomah diatas ketaatan pada Allah, karena godaan dari luar dan dari dalam diri kita.

Cara agar dapat istiqomah :
1. Ikhlaskan semua amal ibadah kita (banyak yang gugur dalam hijrah karena niatnya yang salah).
2. Mencari teman yang baik, yang dapat mengingatkan kita.
3. Perbanyak doa.

(Hadist 40) Menggapai Husnul Khatimah.
عَن سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ السَّاعِدِيِّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيمِ."
Dari Sahl bin Sa’ad As-Saa’idi, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, 'Amalan itu tergantung pada akhirnya.
(HR. Bukhari 6607)

Hendaknya bagi kita berupaya menggapai husnul khotimah, jangan pernah merasa aman dengan keadaan kita sekarang, betapa banyak orang yang lebih hebat dari kita dan tergelincir diakhir jalan.

Barakallahu fikum.
Wa Jazakumullahu khair.

Saturday, September 7, 2024

Kajian Orangtua Kuttab Labib.

 ﷽

Orangtua Adalah Pendidik

Ustadz Beni Sarbeni LC hafizahullohuta'ala.

1. Apa itu pendidikan ?.
2. Apa itu pendidikan Islam ?.
3. Apa perbedaan antara pendidik dan pengajar ?.
4. Apa peran Orangtua sebagai pendidik ?.

Al Imam Baidhowi : Pendidikan adalah proses mengantarkan peserta didik menuju titik kesempurnaan secara bertahap.

Tabligh adalah proses :
- Harus jelas awal dan tujuan akhirnya.
- Diperlukan usaha dalam setiap prosesnya, setiap pendidik memahami bahwa hidayah adalah milik Allah.

Titik 0 sekaligus modal, kehebatan anak-anak kita adalah diatas fitrah, ketika dialam rahim telah ditanya :

وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنۢ بَنِىٓ ءَادَمَ مِن ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ ۖ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ ۖ قَالُوا۟ بَلَىٰ شَهِدْنَآ ۛ أَن تَقُولُوا۟ يَوْمَ ٱلْقِيَـٰمَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَـٰذَا غَـٰفِلِينَ

Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): 'Bukankah Aku ini Tuhanmu?' Mereka menjawab, 'Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.' (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan, 'Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan).'"
(QS. Al-A'raf: 172)

كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ

Setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.
(HR. Bukhari no. 1358, Muslim no. 2658)

Modal dalam mendidik :
1. Sabar.
2. Syukur.
3. Tawakal.

Keadaan anak kita hanya 2 :
1. Menyenangkan.
2. Tidak menyenangkan.

Rasulullah memberikan tips untuk dua keadaan diatas :

عَنْ صُهَيْبٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: "عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ."

Dari Shuhaib r.a., ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda, "Sungguh menakjubkan perkara seorang mukmin. Sesungguhnya segala urusannya itu baik baginya, dan hal itu tidaklah dimiliki kecuali oleh seorang mukmin. Jika ia mendapat kebaikan (kenikmatan), ia bersyukur, maka hal itu baik baginya. Dan jika ia ditimpa kesusahan, ia bersabar, maka hal itu baik baginya."
(HR. Muslim No. 2999)

Sempurnanya sesuatu apabila telah sesuai dengan tujuan penciptaannya, sehingga kesempurnaan manusia adalah ketika mengenal dan mengamalkan tauhid. Karena tujuan utama penciptaan manusia adalah untuk beribadah pada Allah.

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.
(Adh-Dhariyat 56)

Pendidikan memiliki sifat dalam prosesnya yaitu dilakukan secara bertahap.

مَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُوتِيَهُ اللَّهُ الْكِتَـٰبَ وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّةَ ثُمَّ يَقُولَ لِلنَّاسِ كُونُوا عِبَادًا لِي مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلَٰكِن كُونُوا رَبَّانِيِّينَ بِمَا كُنتُمْ تُعَلِّمُونَ الْكِتَـٰبَ وَبِمَا كُنتُمْ تَدْرُسُونَ

Tidak layak bagi seseorang yang telah diberi Allah Al-Kitab, hikmah, dan kenabian, lalu ia mengatakan kepada manusia, 'Jadilah kamu penyembah-penyembahku selain Allah,' tetapi, 'Jadilah kamu orang-orang yang rabbani (ilahi), karena kamu selalu mengajarkan Al-Kitab dan karena kamu selalu mempelajarinya.'
(QS. Al-Imran 79)

Rabbani ; Adalah orang yang mampu mendidik orang lain dari proses yang mudah hingga ke yang sulit.

Proses dalm management pendidikan :
Tujuan : Memahami dan menjalankan Tauhid
Program : Proses pendidikan
Proses : Memanusiakan manusia.
Evaluasi : Evaluasi hasil dari setiap proses pendidikan.

Dalam proses pendidikan harus diperhatikan hal berikut pada anak :
Fisik : Memperhatikan makan dan minum.
Akal : Memperhatikan kecenderungan akalnya.
Perasaan : Memperhatikan interaksi positif dengan anak.

Tanggung jawab pendidikan yang utama adalah pada orangtua (dalam keluarga) :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوْا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُوْنَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُوْنَ

Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; di atasnya ada malaikat-malaikat yang kasar dan keras, yang tidak mendurhakai Allah dalam apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
(QS At Tahrim 6)

Pada tafsir At Tobari, menjaga atau memelihara menurut sahabat Ali Radhiyallahu Anhu maksudnya adalah mendidik dan mengajarkan mereka. Maka pendidikan dirumah tidak dapat dibandingkan dengan pendidikan disekolah, karena durasi pertemuan dan banyaknya interaksi lebih banyak dirumah dengan keluarga.

Cara-cara dan metode mendidik :
1. Cara mendidik berdasarkan wahyu (berdasarkan Al Qur'an dan Sunnah).
2. Cara mendidik berdasarkan penelitian (diperbolehkan selama tidak melanggar batasan syariat)

Barakallahu fiikum.
Jazakumullahu khair.



Wednesday, September 4, 2024

40 Hadits Seputar Kesucian Hati (Bagian 6)

 ﷽

Ustadz Yusuf Abu Ubaidah As-Sidawi hafizahullohuta'ala.

MASJID AL-AZIZ BANDUNG

(Hadits 25) Manfaat Berteman dengan Orang Shalih.

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّمَا مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السُّوءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا طَيِّبَةً، وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً.

Rasulullah ﷺ bersabda: “Perumpamaan teman duduk yang baik dan teman duduk yang buruk adalah seperti penjual minyak wangi dan peniup api (pandai besi). Penjual minyak wangi, mungkin ia akan memberikan minyaknya kepadamu, atau kamu membeli darinya, atau setidaknya kamu mendapatkan aroma harum darinya. Adapun peniup api, bisa jadi dia akan membakar pakaianmu, atau kamu akan mencium bau yang tidak sedap darinya.”
(HR. Bukhari no. 2101, Muslim no. 2628)

Faidah berteman dengan orang Sholeh :

1. Termotivasi untuk beramal kebaikan.
2. Malu untuk melakukan maksiat.
3. Tegar diatas agama.

Menurut Imam Ibnul Qayyim, teman yang baik bermanfaat memberikan perubahan :

- Dari Ragu menjadi Yakin
- Dari Riya menjadi ikhlas
- Dari Lalai menjadi mengingat Allah.
- Dari Mengejar dunia menjadi mengejar akhirat.
- Dari Kesombongan menjadi tawadhu.

(Hadist 26) Bermunajat di Penghujung Malam.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ قَالَ : يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا، حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ، فَيَقُولُ: مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ؟ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ؟ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ.

Dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda: "Rabb kita Tabaraka wa Ta'ala turun ke langit dunia setiap malam ketika tersisa sepertiga malam terakhir, lalu Dia berfirman: 'Siapa yang berdoa kepada-Ku, maka Aku akan mengabulkannya. Siapa yang meminta kepada-Ku, maka Aku akan memberinya. Siapa yang memohon ampun kepada-Ku, maka Aku akan mengampuninya.
(HR. Imam Bukhari 1145 dan Imam Muslim 758).

Hadist ini menandakan bahwa Allah benar-benar turun ke langit dunia pada 1/3 malam terakhir, dan hendaknya orang-orang yang beriman bermunajat pada waktu-waktu tersebut untuk berdoa dan beristighfar pada Allah.

Tips menjalankan sholat malam :
1. Mengilmui Fadhilah atau manfaat dari sholat malam.
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ سَلَامٍ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ يَقُولُ: "يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَفْشُوا السَّلَامَ، وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ، وَصِلُوا الْأَرْحَامَ، وَصَلُّوا بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ، تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ بِسَلَامٍ"
Dari Abdullah bin Salam, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: "Wahai manusia, sebarkanlah salam, berikanlah makanan, sambunglah silaturahmi, dan shalatlah di malam hari ketika orang-orang sedang tidur, niscaya kalian akan masuk surga dengan selamat."
(HR. Tirmidzi).
2. Tidak tidur terlalu malam.
3. Meninggalkan dosa / maksiat, dosa dan maksiat adalah beban yang memberatkan langkah kita dalam melakukan ketaatan pada Allah.
4. Melawan hawa nafsu kita.
5. Ta'awun, saling membantu, contohnya : antara istri dengan suami saling mengingatkan dan mengajak sholat malam.

(Hadist 27) Menggapai Derajat Wali Allah

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ : إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى قَالَ: مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ، وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُهُ عَلَيْهِ، وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ، وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ، وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا، وَلَئِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ، وَلَئِنْ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ.
Rasulullah ﷺ bersabda: “Sesungguhnya Allah berfirman: ‘Barangsiapa yang memusuhi wali-Ku, maka Aku umumkan perang terhadapnya. Tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada apa yang telah Aku wajibkan atasnya. Dan hamba-Ku terus mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan sunnah hingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, maka Aku akan menjadi pendengarannya yang dengannya ia mendengar, penglihatannya yang dengannya ia melihat, tangannya yang dengannya ia memukul, dan kakinya yang dengannya ia berjalan. Jika ia meminta kepada-Ku, pasti akan Aku beri, dan jika ia memohon perlindungan kepada-Ku, pasti akan Aku lindungi.’”
(HR. Imam Bukhari Shahih Bukhari 6502)

Hadist diatas menjelaskan dalil pada Al Qur'an Surat Yunus Ayat 62-64.

Diantara para wali-wali Allah :
1. Para Nabi dan Rasul.
2. Para Sahabat Rasulullah.
3. Para ulama-ulama.

Ciri wali-wali Allah :
1. Semangat melaksanakan amalan-amalan yang wajib (diperintahkan oleh syariat).
2. Semangat melaksanakan amalan-amalan yang sunnah.

Keutamaan wali-wali Allah :
1. Dijaga anggota tubuhnya oleh Allah subhanahu wa taala.
2. Doanya akan Allah kabulkan (mustajab).

Wali-wali Allah tidaklah terbatas jumlahnya, siapapun dapat menjadi wali Allah, syarat menjadi wali Allah :
1. Beriman dan bertakwa.
2. Maka hendaknya kita menuntut ilmu.
3. Ikhlas dan itiba.

(Hadist 28) Meraih kelezatan iman.

ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ: أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ بَعْدَ إِذْ أَنْقَذَهُ اللَّهُ مِنْهُ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ.

Tiga hal, apabila ada pada diri seseorang, maka dia akan merasakan lezatnya (manisnya) iman: (1) Allah dan Rasul-Nya lebih dia cintai daripada selain keduanya; (2) mencintai seseorang hanya karena Allah; dan (3) membenci untuk kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkannya darinya, sebagaimana dia benci untuk dilemparkan ke dalam api.
(HR. Bukhari 1/22 & Muslim 1/66)

Kiat agar kita dapat merasakan nikmatnya iman :
1. Mendahulukan Allah dan Rasulnya dibandingkan hawa nafsu kita.
2. Mencintai dan bersahabat karena Allah, membenci dan bermusuhan karena Allah.
3. Membenci kekufuran sebagaimana bencinya masuk kedalam neraka.

(Hadist 29) Menangis karena takut pada Allah.

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «عَيْنَانِ لَا تَمَسُّهُمَا النَّارُ: عَيْنٌ بَكَتْ مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ، وَعَيْنٌ سَهِرَتْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, ia berkata : Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Dua mata yang tidak akan tersentuh api neraka adalah: mata yang menangis karena takut kepada Allah, dan mata yang berjaga di jalan Allah."
(HR. Tirmidzi 1639)

Sifat ini adalah salah satu sifat orang beriman, dan salah satu sifat dari orang yang mendapatkan naungan dimana tidak ada naungan kecuali naungan Allah.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: "سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ في ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ، الإِمَامُ العَادِلُ، وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ اللَّهِ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ بِالْمَسَاجِدِ، وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ، وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ: إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ
Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, ia berkata : Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: 'Ada tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan Allah pada hari di mana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya. Yaitu: seorang imam yang adil, seorang pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Allah, seorang yang hatinya selalu terpaut dengan masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah dan berkumpul serta berpisah karena-Nya, seorang lelaki yang diajak oleh wanita yang memiliki kedudukan dan kecantikan lalu ia berkata, ‘Sesungguhnya aku takut kepada Allah,’ seorang yang bersedekah secara sembunyi-sembunyi sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang dikeluarkan oleh tangan kanannya, dan seorang yang mengingat Allah dalam keadaan sendirian hingga menetes air matanya.’
(HR. Bukhari 661 & Muslim 1031)

Agar hati kita lembut dan mudah meneteskan airmata :
1. Menjauhi dosa.
2. Banyak mengingat kematian.
3. Banyak mengingat dosa yang telah dilakukan.

(Hadist 30) Tiga hal yang membinasakan.

عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِيَّاكُمْ وَثَلاَثًا، شُحًّا مُطَاعًا، وَهَوًى مُتَّبَعًا، وَإِعْجَابًا بِالنَّفْسِ

Dari Nabi ﷺ, beliau bersabda: 'Jauhilah tiga perkara, yaitu: bakhil yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti, dan merasa puas dengan diri sendiri.'
(HR. Ibnu Majah 4214)

2 hal yang membinasakan menurut Ibnu Mas'ud :
1. Ujub.
2. Putus asa dari rahmat Allah.

(Hadist 31) Petaka lisan.

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أَكْثَرُ خَطَايَا ابْنِ آدَمَ فِي لِسَانِهِ.

Abdullah bin Amr berkata: Rasulullah SAW bersabda: 'Kebanyakan kesalahan anak Adam bersumber dari lisannya.'
(HR. Ath Tabrani 534)

(Hadiat 32) Jangan banyak makan.

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَامِرٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : "لَا يَمْلَأُ آدَمِيٌّ شَرْبٌ أَشَرَّ مِن بَطْنِهِ، حَسْبُ ابْنِ آدَمَ لُقَيْمَاتٌ يُقِيمْنَ صُلْبَهُ، فَإِنْ كَانَ لَا بُدَّ، فَثُلُثٌ لِلطَّعَامِ وَثُلُثٌ لِلشَّرَابِ وَثُلُثٌ لِلنَّفَسِ.

Dari Abdullah bin 'Amr, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, 'Tidaklah seorang anak Adam memenuhi tempatnya yang paling jelek daripada perutnya. Cukuplah baginya beberapa suap sekadar untuk menegakkan tulang punggungnya. Apabila tidak mungkin, maka sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya, dan sepertiga untuk pernafasannya.'
(HR. Tirmidzi 2380)

Perusak hati menurut Imam Ibnul Qayyim:
1. Banyak makan.
2. Banyak tidur.
3. Banyak bergaul.
4. Banyak berbicara.

Barakallahu fiikum.
Jazakumullahu khair.

40 Hadist Seputar Keluarga Samawa (Bagian 3)

 ﷽ Ustadz Yusuf Abu Ubaidah As-Sidawi hafizahullohuta'ala Masjid Al-Aziz  Jl. Soekarno Hatta No. 662 Bandung Hadist 11 : Doa Orangtua Bu...