Saturday, February 17, 2024

Cermin Utama Akhlak Mulia



Ustadz Rizal Yuliar Putrananda Hafidhahullohuta'ala

SABTU, 17 Februari 2024
08 Sya'ban 1445 H, 09:00 - Selesai

Masjid Al-Aziz
Jl. Soekarno Hatta No. 662 Kota Bandung
Maps:
https://maps.app.goo.gl/Z9iGjHgRQL3k7iGw7

https://www.youtube.com/live/w7RI0f0_ZoM?si=V-iGKBofjb0aUsEM

Selama kita masih hidup dan nadi masih berdetak, kita harus senantiasa bersyukur pada Allah, karena dengan bersyukur maka nikmat akan langgeng dan lestari, dan dengan bersyukur kita dapat menghindari adzab Allah.

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". [QS Ibrahim 7]

Semoga Allah mengumpulkan kita kelak di surga firdaus bersama Rasulullah ... Aamiin.

Kita berkumpul ditempat yang mulia, diwaktu yang mulia, dalam majelis yang mulia (menuntut ilmu), maka hadirkan kemurnian niat ikhlas untuk menuntut ilmu dan pahala dari Allah.

 إِلَى الْمَسْجِدِ لَا يُرِيدُ إِلَّا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يُعَلِّمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حِجَّتُهُ

"Siapa yang bersegera pergi ke masjid hanya untuk tujuan belajar kebaikan atau mengajarkannya maka ia mendapatkan pahala seperti orang yang haji secara sempurna."
[Shahih: HR. Ath-Thabrani no. 7473 dalam Al-Mu'jam Al-Kabir]
 
Dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ

“Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah membaca Kitabullah dan saling mengajarkan satu dan lainnya melainkan akan turun kepada mereka sakinah (ketenangan), akan dinaungi rahmat, akan dikeliling para malaikat dan Allah akan menyebut-nyebut mereka di sisi makhluk yang dimuliakan di sisi-Nya.”
[HR. Muslim, no. 2699]

Dari hadist diatas terdapat 4 faidah menuntut ilmu dalam majelis ilmu syar'i :

1. Diberikan sakinah / ketenangan dalam hidup.
2. Mendapatkan rahmat Allah.
3. Dikelilingi oleh malaikat yang menjaga.
4. Allah puji dihadapan para malaikat.

Namun tidak semua orang dapat mendapatkan faidah diatas kecuali yang datang dengan niat yang ikhlas dalam menuntut ilmu.

Masih sering kita jumpai bahwa ahlak mulia hanya penghias atau pelengkap, sehingga tanpa ahlak yang penting sholat dan berpuasa ramadhan sudah cukup, namun hal ini ternyata salah karena ternyata ahlak adalah salah satu inti ajaran dari Rasulullah.

هُوَ ٱلَّذِى بَعَثَ فِى ٱلْأُمِّيِّۦنَ رَسُولًا مِّنْهُمْ يَتْلُوا۟ عَلَيْهِمْ ءَايَٰتِهِۦ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ ٱلْكِتَٰبَ وَٱلْحِكْمَةَ وَإِن كَانُوا۟ مِن قَبْلُ لَفِى ضَلَٰلٍ مُّبِينٍ

Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata,
[Al Jum'ah 2]

Rasulullah hidup dijaman orang mengelu-elukan ketinggian dan kefasihan sastra, sedangkan Rasulullah tidak dapat membaca dan menulis hal ini menjadi istimewa dan sebagai tanda, bahwa Al Qur'an adalah firman Allah dan bukanlah buatan Rasulullah.

Dari surat diatas menurut ulama kalimat "mensucikan mereka" adalah mengajarkan ahlak yang mulia, membentuk pribadi menjadi ahlak yang luhur.

Dalam hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu,  Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاقِ

“Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan keshalihan akhlak.”
[HR. Al-Baihaqi].

وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ

Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.
[QS Al Qalam 4]

Ayat ini ditafsirkan oleh Abdullah ibnu Abbas maksudnya adalah berada diatas agama yang agung, sehingga ahlak yang mulia adalah tuntunan agama, maka apabila seseorang banyak menuntut ilmu agama namun ahlaknya tidak benar, maka perhatikan hal ini :
1. Mungkin ilmu yang dipelajari keliru.
2. Mungkin niatnya yang rusak dalam menuntut ilmu.

Contoh ahlak mulia Rasulullah :

1. Suatu waktu sahabat Syuraihah menanyakan tentang pekerjaan apa yang dilakukan pertama kali oleh Rasulullah ketika masuk ke dalam rumah. Aisyah pun menjawab pertanyaan Syuraihah itu bahwa yang pertama kali dilakukan Rasulullah ketika masuk rumah adalah bersiwak. Keterangan ini dapat ditemukan dalam Sunan Nasai nomor hadits 8. Berikut redaksi lengkap haditsnya.  

أَخْبَرَنَا عَلِيُّ بْنُ خَشْرَمٍ قَالَ حَدَّثَنَا عِيسَى وَهُوَ ابْنُ يُونُسَ عَنْ مِسْعَرٍ عَنْ الْمِقْدَامِ وَهُوَ ابْنُ شُرَيْحٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ قُلْتُ لِعَائِشَةَ بِأَيِّ شَيْءٍ كَانَ يَبْدَأُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ بَيْتَهُ قَالَتْ بِالسِّوَاكِ

Telah mengabarkan kepada kami Ali bin Khasram dia berkata: telah menceritakan kepada kami Isa yaitu Ibnu Yunus dari Mis'ar dari Miqdam yaitu Ibnu Syuraih dari Ayahnya dia berkata: "Aku bertanya kepada Aisyah 'Apa yang pertama kali Rasulullah  kerjakan ketika masuk ke dalam rumahnya? Aisyah berkata: "Bersiwak."

2. Doa sesuai sunnah saat keluar dari kamar mandi membaca 'Ghufronaka ... "

كَانَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اِذَاأَرَادَدُخُوْلَ الْخَلَا ءِقَالَ : بِسْمِ اللَّهِ اَللَّهُمَّ اِنِّى أَعُوْذُبِكَ مِنَ الْخُبُثِ وَالْخَبَائِثِ وَكَانَ يَقُوْلُ اِنَّ هَذِهِ الْحُشُوْشُ مُخْتَضِرَةٌ .وَكَانَ اِذَاخَرَجَ قَالَ غُفْرَانَكَ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ أَذْهَبَ عَنِّى الْاَذَى وَعَافَانِى وَيَقُوْلُ عِنْدَالفْرَاَغِ مِنَ الْاِسْتِنْجَاءِاَللَّهُمَّ طَهِّرْقَلْبِىْ مِنَ النِّفَاقِ وَحَصِّنْ فَرْجِىْ مِنَ الْفَوَاحِشِ وَيَدْلُكَ يَدَهُ بِحَائِطٍ اَوْبِالْاَرْضِ اِزَالَةً لِلرَّائِحَةِ اِنْ بَقَيَتْ.

Artinya: Rasulullah , jika ingin masuk jamban nabi mengucapkan: Bismillahi Allahumma Inni A'udzubika Minal Khubutsi wal Khobaaitsi (Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang, Ya Allah, sungguh aku berlindung kepada-Mu dari setan jantan dan setan betina). Dan Nabi bersabda sungguh jamban-jamban ini di datangi jin. Dan apabila Nabi keluar dari jamban, nabi berucap: Ghufronaka alhamdulillahi ladziy adzhaba 'annil adza wa 'afaniiy (Aku Mohon Ampun pada-Mu, segala puji bagi Allah, yang telah menghilangkan dari ku rasa sakit dan telah menyelamatkanku). Dan berucap ketika setelah istinja: Allahumma tohir qolbiy minan nifaqi wa hashin farjiy minal fawaahisy (Ya Allah sucikan lah aku dari sifat munafik. Dan jaga lah kemaluanku dari perjinahan).  

Membaca doa keluar jamban tersebut adalah salah satu bentuk ahlak yaitu bersyukur pada Allah yang memberikan kemudahan dan nikmat dari membuang air besar / kecil.

Dalil dari Hadist tentang pentingnya ahlak :

1. Dari Abu Ad-Darda’ radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا شَىْءٌ أَثْقَلُ فِى مِيزَانِ الْمُؤْمِنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ خُلُقٍ حَسَنٍ وَإِنَّ اللَّهَ لَيَبْغَضُ الْفَاحِشَ الْبَذِىءَ

“Tidak ada sesuatu pun yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin selain akhlak yang baik. Sungguh, Allah membenci orang yang berkata keji dan kotor.”
[HR. Tirmidzi, no. 2002. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini sahih]

2. Diriwayatkan dari Mak-hul, dari Abu Sa'labah :

عَنْ مَكْحُولٍ، عَنْ أَبِي ثَعْلَبَةَ مَرْفُوعًا: "إِنَّ أَحَبَّكُمْ إليَّ وَأَقْرَبَكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا، أَحَاسِنَكُمْ أَخْلَاقًا، وَإِنَّ أَبْغَضَكُمْ إليَّ وَأَبْعَدَكُمْ مِنِّي مَنْزِلًا فِي الْجَنَّةِ مُسَاوِيكُمْ أَخْلَاقًا، الثَّرْثَارُونَ الْمُتَشَدِّقُونَ الْمُتَفَيْهِقُونَ"

Diriwayatkan dari Mak-hul, dari Abu Sa'labah secara marfu': Sesungguhnya orang yang paling aku sukai dari kalian dan paling dekat kedudukannya denganku adalah orang-orang yang paling baik akhlaknya. Dan sesungguhnya orang yang paling aku benci dari kalian dan paling jauh kedudukannya dariku di surga nanti adalah orang-orang yang paling buruk akhlaknya, yaitu orang-orang yang banyak bicara, suka membual (menyakiti orang lain melalui lisannya), lagi angkuh.

Cerminan ahlak mulia seorang hamba :

1. Menjaga lisan, dengan berkata yang baik atau diam dan menangisi dosa-dosa kita.

Dari Abu Hurairah, ia berkata,

سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ الْجَنَّةَ فَقَالَ « تَقْوَى اللَّهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ ». وَسُئِلَ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ النَّارَ فَقَالَ « الْفَمُ وَالْفَرْجُ »

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya mengenai perkara yang banyak memasukkan seseorang ke dalam surga, beliau menjawab, “Takwa kepada Allah dan berakhlak yang baik.” Beliau ditanya pula mengenai perkara yang banyak memasukkan orang dalam neraka, jawab beliau, “Perkara yang disebabkan karena mulut dan kemaluan.” (HR. Tirmidzi no. 2004 dan Ibnu Majah no. 4246. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih).

إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مَا يَتَبَيَّنُ مَا فِيهَا يَهْوِى بِهَا فِى النَّارِ أَبْعَدَ مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ

“Sesungguhnya ada seorang hamba yang berbicara dengan suatu perkataan yang tidak dipikirkan bahayanya terlebih dahulu, sehingga membuatnya dilempar ke neraka dengan jarak yang lebih jauh dari pada jarak antara timur dan barat.” (HR. Muslim no. 2988)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada dua buah mata yang tidak akan tersentuh api neraka; mata yang menangis karena merasa takut kepada Allah, dan mata yang berjaga-jaga di malam hari karena menjaga pertahanan kaum muslimin dalam [jihad] di jalan Allah.”
(HR. Tirmidzi [1639], disahihkan Syaikh al-Albani dalam Sahih Sunan at-Tirmidzi [1338]).

2. Meninggalkan segala sesuatu yang bukan urusan.

وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صلى الله عليه و سلم : “مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ، تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيْهِ.” رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ، وَقَالَ: حَسَنٌ.

Dari Abū Hurairah radhiyallāhu ‘anhu, beliau berkata: Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:
“Diantara keelokan Islam seseorang adalah meninggalkan apa yang bukan urusannya.”
[HR Tirmidzi]

3. Tidak marah (Menahan amarah).

عن أبي هريرة رضي الله عنه : أن رجلًا قال للنبي -صلى الله عليه وآله وسلم-: أوصني، قال لا تَغْضَبْ فردَّدَ مِرارًا، قال لا تَغْضَبْ».
[صحيح] - [رواه البخاري]

Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan secara marfū': "Seseorang berkata kepada Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, "Berilah aku wasiat!" Beliau bersabda, "Janganlah engkau marah!" Orang itu mengulangi permintaannya berkali-kali. Beliau bersabda, "Janganlah engkau marah!"
[Hadist Bukhari]

عن أبي هريرة رضي الله عنه مرفوعاً: «ليس الشديد بالصُّرَعة، إنما الشديد الذي يملك نفسه عند الغضب».
[صحيح] - [متفق عليه]

Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan secara marfū’: "Orang kuat itu bukanlah orang yang menang bergulat, namun ‎orang kuat ialah orang yang dapat menahan dirinya ketika marah.‎‎"‎
[Hadist sahih - Muttafaq 'alaih]

Dalil pada Al Qur'an :

ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِى ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَٱلْكَٰظِمِينَ ٱلْغَيْظَ وَٱلْعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِ ۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلْمُحْسِنِينَ
(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
[QS Al Imron 134]

4. Kejernihan Qalbu, kelapangan dada.

عن أنس بن مالك رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: «لا يؤمنُ أحدُكم حتى يحبَّ لأخيه ما يحبُّ لنفسِه».
[صحيح] - [متفق عليه]

Dari Anas bin Malik -raḍiyallāhu 'anhu-, dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, beliau bersabda, "Tidak sempurna iman salah seorang di antara kalian sehingga ia mencintai untuk saudaranya apa yang ia mencintai dirinya sendiri."
[Hadist sahih - Muttafaq 'alaih]

وَٱلَّذِينَ جَآءُو مِنۢ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا ٱغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَٰنِنَا ٱلَّذِينَ سَبَقُونَا بِٱلْإِيمَٰنِ وَلَا تَجْعَلْ فِى قُلُوبِنَا غِلًّا لِّلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ رَبَّنَآ إِنَّكَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ

Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: "Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang".
[QS. Al Hasyr 10]


سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ ، أشْهَدُ أنْ لا إلهَ إِلاَّ أنْتَ ، أسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إلَيْكَ
Mahasuci Engkau, wahai Allah, dan dengan memuji-Mu, aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Engkau. Aku meminta ampun kepada-Mu dan aku bertaubat kepada-Mu.




40 Hadist Seputar Keluarga Samawa (Bagian 3)

 ﷽ Ustadz Yusuf Abu Ubaidah As-Sidawi hafizahullohuta'ala Masjid Al-Aziz  Jl. Soekarno Hatta No. 662 Bandung Hadist 11 : Doa Orangtua Bu...