﷽
Ustadz Yusuf Abu Ubaidah As-Sidawi hafizahullohuta'ala
# Pertemuan 3
Al Quran Adalah Kalam Allah dan
Bukan Makhluk.
22) Diantara keyakinan ahlus sunnah bahwasanya kalam-Nya, adalah lafadz dan maknanya sekaligus yang penuh kebaikan,
23) Dan kalam-Nya Allah bukanlah makhluk karena bagaimana mungkin makhluk, berbicara seperti berbicara-Nya Allah karena kalam Allah sangatlah agung.
Keyakinan ahlussunah meyakini bahwa Allah berbicara, dan Al Qur'an adalah firman Allah, dalil Al Qur'an :
وَرُسُلًا قَدْ قَصَصْنَٰهُمْ عَلَيْكَ مِن قَبْلُ وَرُسُلًا لَّمْ نَقْصُصْهُمْ عَلَيْكَ ۚ وَكَلَّمَ ٱللَّهُ مُوسَىٰ تَكْلِيمًا
Dan (Kami telah mengutus) rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu. Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung. (QS An Nisa 164)
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ البَصِيرُ
“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Asy-Syuura 11)
Zaman dahulu telah muncul keyakinan menyimpang bahwa Al Qur'an adalah mahluk, dan para ulama melakukan pembelaan sebagaimana dilakukan oleh imam Ahmad bin Hambal. Hal ini menggambarkan bahwa keyakinan ini adalah perkara yang besar, hingga ulama berpegang teguh pada pendapat ini walaupun disiksa dan dipenjarakan oleh pemimpin-pemimpin berakidah mu'tazilah.
Mengapa keyakinan bahwa Al Qur'an adalah mahluk bukan firman Allah berbahaya ? :
1. Mendustakan Al Qur'an dan hadist, karena didalam Qur'an menyebutkan bahwa Allah berbicara.
2. Mencela Allah, karena mengatakan Allah tidak mampu berbicara.
3. Membuka peluang orang-orang zindiq untuk merendahkan Al Qur'an dan menimbulkan keraguan pada Qur'an.
4. Setiap mahluk akan mati, maka apabila al Qur'an adalah mahluk, maka Al Qur'an akan mati.
Allah menantang untuk mendatangkan yang semisal dengan Al Qur'an :
قُل لَّئِنِ ٱجْتَمَعَتِ ٱلْإِنسُ وَٱلْجِنُّ عَلَىٰٓ أَن يَأْتُوا۟ بِمِثْلِ هَٰذَا ٱلْقُرْءَانِ لَا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِۦ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا
Katakanlah: “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain”. (QS Al Isra 88)
وَإِن كُنتُمْ فِى رَيْبٍ مِّمَّا نَزَّلْنَا عَلَىٰ عَبْدِنَا فَأْتُوا۟ بِسُورَةٍ مِّن مِّثْلِهِۦ وَٱدْعُوا۟ شُهَدَآءَكُم مِّن دُونِ ٱللَّهِ إِن كُنتُمْ صَٰدِقِينَ
Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar. (QS Al Baqarah 23)
24) Segala Sesuatu Dengan Taqdir
Allah.
Kami bersaksi (menetapkan) bahwasanya kebaikan dan keburukan semuanya
Dengan taqdir Allah sementara hamba berusaha dan bersungguh-sungguh (beramal).
Iman mengenai takdir mewajibkan mengimani 4 hal :
1. Mengimani ilmu Allah, Allah mengetahui segala sesuatu, tidak ada yang Allah tidak ketahui.
2. Mengimani tentang kitaba, bahwa Allah menulis semua takdir 50 ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.
كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الخَلَائِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ
“Allah telah menuliskan takdir seluruh makhluk 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi”.
(HR.Muslim no.2653)
3. Mengimani tentang masyiah/kehendak Allah, dan apa yang Allah kehendaki pasti terjadi begitu juga sebaliknya.
4. Mengimani tentang Allah sebagai sang Haliq, bahwa Allah adalah maha pencipta.
Setiap takdir Allah adalah yang terbaik, walaupun dimata mahluk adalah sebaliknya. Iman kepada takdir adalah masalah yang penting, yang akan menjadikan kita orang yang tawakal kepada Allah, menjadi orang yang berani.
Tidak boleh beralasan dengan takdir untuk melakukan maksiat, seorang pencuri pada zaman Khalifah Umar bin Khattab saat hendak di hukum potong tangan, ia berdalih dengan takdir
Ulama berpendapat : Takdir dapat dijadikan hujjah dalam musibah namun tidak dalam masalah dosa dan maksiat.
Pembahasan Iman
25) Dan kayakinan kami tentang iman adalah perkataan dan perbuatan serta niat
Berupa kebaikan dan keta’atan sebagai pembatasan
Ahlusunah wal jama'ah, meyakini iman meliputi :
1. Ucapan.
2. Perbuatan.
3. Keyakinan.
عن أبي هريرة رضي الله عنه مرفوعاً: «الإيمانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ أو بِضْعٌ وسِتُّونَ شُعْبَةً: فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ: لا إله إلا الله، وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ، وَالحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الإِيمَانِ
Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū', (Nabi bersabda), "Iman itu memiliki tujuh puluhan lebih atau enam puluhan lebih cabang; cabang yang paling utama ialah ucapan Lā ilāha illallāh (tiada Ilah yang berhak disembah selain Allah), dan cabang yang paling rendah ialah menyingkirkan duri dari jalan, dan malu adalah salah satu cabang dari iman."
(Hadis sahih - Muttafaq 'alaih)
26) Iman bertambah dengan keta’atan dan meninggalkan perkara yang dilarang
Serta secara pasti iman berkurang dengan sebab maksiat dan merusak (iman).
Ahlussunah meyakini iman dapat bertambah dan berkurang, diantara dalilnya :
إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ ٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ ءَايَٰتُهُۥ زَادَتْهُمْ إِيمَٰنًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.(QS Al Anfal 2)
Diantara faktor yang dapat menambah iman :
1. Menuntut ilmu agama.
2. Membaca Al Qur'an.
3. Beramal shaleh.
4. Sering mengingat kematian dan akhirat.
5. Bersahabat dengan orang shaleh
Hindari yang dapat melemahkan iman :
1. Kebodohan.
2. Maksiat dan dosa.
3. Cinta dunia, hingga lalai pada akhirat.
4. Teman-teman yang buruk.
5. Lalai dari mengingat Allah, kematian dan hari akhir.
Keadaan Hari Kiamat
27) Kami menetapkan terhadap keadaan hari kiamat semuanya
Dan mencakup seluruh peristiwa di hari akhir dengan penuh keyakinan dan persaksian
Hampir semua pembahasan akidah keimanan kepada Allah dan hari akhir seringkali disandingkan karena, Iman kepada Allah menimbulkan sikap Rodja sehingga sehingga memperbanyak beramal shaleh dan iman pada hari akhir menimbulkan Khauf sehingga takut dan menghindari larangan-larangan Allah.
Mengingat hari akhir bermanfaat :
1. Memotivasi beramal.
2. Memotivasi bertaubat.
3. Menjadikan sikap qona'ah
Bukti kekuasaan Sang Pencipta
28) Renungilah (tafakkur) terhadap tanda tanda kebesaran Allah di alam semesta dan sekelilingnya
(kebesaran) Kerajaan-Nya yang agung semoga engkau mendapat petunjuk
29) Tidaklah engkau memperhatikan malam ketika datang gelap
Diikuti dengan cahaya subuh yang mengusir kegelapan
30) Perhatikanlah gugusan langit semuanya
Dengan bintang gemintangnya yang bercahaya lagi bergerak.
31) Bukankah semua kejadian alam semesta menunjukan adanya Pengatur
Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui serta Maha Esa
32) Tentu, demi Allah yang Maha Benar dan penciptaan-Nya sungguh sangat sempurna
Menampakan keagungan ayat-ayat-Nya yang tersembunyi agar engkau menyaksikan (kebesaran ayat-ayat-Nya)
Bārakallāhu fiikum.
No comments:
Post a Comment