Saturday, December 30, 2023

Agar Ilmu Menjadi Berkah



Ustadz Najmi Umar Bakar hafizahullahu ta'ala

https://www.youtube.com/live/6v__eJEV8IA?si=29fPQrturqBfZGMy

Harapan kita adalah ilmu yang kita dapat kita pelajari mendapatkan keberkahan, apa itu berkah ? ziadatul khair, bertambah kebaikan, ada orang yang mendapatkan ilmu namun tidak mendapatkan keberkahan, tidak dapat memahami dan mengamalkan ilmu yang dipelajari bertahun-tahun.

Doa yang nabi panjatkan seusai sholat subuh,

اللهُمَّ اِنِّى اَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً

Artinya: "Ya Allah, aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang halal dan baik, serta amal yang diterima."

Target kita di akhirat adalah masuk surga Allah dan berkumpul bersama nabi, sedangkan target kita yang tertinggi didunia adalah ingin menjadi orang yang bertakwa dan ketakwaan itu semakin hari semakin berkualitas, dan ketakwaan hanya dapat dicapai dengan ilmu yang berkah.

Dalil pentingnya menuntut ilmu

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

“Mencari ilmu adalah wajib bagi setiap muslim.”

◾ *AGAR ILMU MENJADI BERKAH* ◾

Setiap Muslim itu wajib berusaha untuk menuntut ilmu, dan "pasti" mereka ingin mendapatkan ilmu yang benar, barokah, dan bermanfaat. Maka diantara perkara yang mesti mereka lakukan adalah :

(1). Bertakwa kepada Allah Ta'ala

"Wahai Orang2 Yang Beriman, jika kamu *Bertakwa kepada Allah*, niscaya Dia pun akan "memberikan" padamu Al-FURQAN (kemampuan membedakan antara yang "Haq dan yang Batil"), dan Dia juga akan "Menghapus" Segala Kesalahanmu, dan *"MENGAMPUNI"* (DOSA-DOSA)mu. Dan Allah memiliki "karunia yang Besar" (QS. Al-Anfal [8]: 29)

"Dan bertakwalah kepada Allah, niscaya Allah pun akan memberikan pengajaran kepadamu, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu" (QS.Al-Baqarah [2]: 282)

وَمِنَ ٱلنَّاسِ وَٱلدَّوَآبِّ وَٱلْأَنْعَٰمِ مُخْتَلِفٌ أَلْوَٰنُهُۥ كَذَٰلِكَ ۗ إِنَّمَا يَخْشَى ٱللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ ٱلْعُلَمَٰٓؤُا۟ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ

Artinya: Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (QS. Fatir 28).

(2). Perbanyaklah menimba ilmu kepada para ulama atau para ustadz yg memiliki manhaj dan juga aqidah yang lurus, yaitu mereka yang telah mengajak umat untuk kembali kepada Manhaj (Cara Beragama Yang Benar), yang Telah DICONTOHKAN dan yang telah diajarkan oleh Rasulullah ﷺ & Para Sahabatnya serta orang-orang setelahnya yang telah mengikuti manhaj mereka dalam Kebaikan, Kebenaran dan Keutamaan.

(3). Senantiasa melihat kepada dalil atau keterangan2 yang ada di dalam al-Qur'an, as-Sunnah serta perkataan Para Sahabat yang Telah dianggap sebagai Dalil Pokok dalam pengambilan hukum. Barangsiapa yg Telah Berbicara tentang Agama tanpa adanya Dalil Yg Shahih, maka Dipastikan dia akan salah dalam memahami agama.

(4). Pahami dalil sesuai dengan apa yang diinginkan oleh "Allah dan Rasul-Nya ﷺ", serta apa yang Telah Dipahami oleh Para Sahabat, bukannya *"disesuaikan"* dengan akal, perasaan, hawa nafsu, budaya serta Ridho & Syahwat *Manusia*. Apabila salah Dalam Memahami Dalil Maka Pasti Akan bermasalah, karena setiap manusia pasti berbeda keinginan dan pemahamannya.

Syaikh Muqbil bin Hadi رحمه الله berkata :

من الناس من يستفتي أهل العلم، فإن كانت الفتوى توافق هواه قبلها، وإلا أعرض عنها، وهذه صفة من صفات اليهود

"Sebagian orang ada yg "meminta fatwa" kepada Para Ulama, maka apabila Fatwa tersebut sesuai dengan Hawa Nafsunya, maka dia pun menerimanya, dan apabila tidak sesuai maka dia Berpaling darinya. Dan sifat yang semacam ini TERMASUK dari Sifat Yahudi" (Riyaadhul Jannah 17)

Tugas rasul dalam Islam, termasuk menjelaskan ajaran Allah yang tertuang dalam Al-Qur'an, secara umum ditegaskan dalam beberapa ayat. Salah satu ayat yang sering dikutip untuk menjelaskan tugas rasul adalah:

Surah An-Nahl (16:44)
وَأَنزَلْنَا إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ

Yang artinya:
"Dan Kami turunkan kepadamu Al-Dzikr (Al-Qur'an) agar kamu menjelaskan kepada manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka, supaya mereka berpikir."

Ayat ini menjelaskan bahwa salah satu tugas rasul adalah menjelaskan dan memberikan pemahaman yang benar mengenai ayat-ayat Al-Qur'an kepada umat manusia. Ini adalah peran esensial dari seorang rasul, untuk tidak hanya menyampaikan wahyu, tapi juga untuk memastikan bahwa wahyu tersebut dipahami dengan benar.

(5). Menjauhkan diri dari dosa & maksiat.
Sesungguhnya "dosa dan maksiat" dapat Menghalangi Ilmu Yang Bermanfaat, dan bahkan dapat mematikan "hati", merusak kehidupan, dan mendatangkan "siksaan".

Orang bertakwa bukan hanya menjauhi yang diharamkan, perkara yang makruh dan subhat ditinggalkan, bahkan yang mubah pun dibatasi.

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِۦ عِلْمٌ ۚ إِنَّ ٱلسَّمْعَ وَٱلْبَصَرَ وَٱلْفُؤَادَ كُلُّ أُو۟لَٰٓئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔولًا

Artinya: Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (QS Al-Isra 36).

Rasulullah bersabda:

لا يزيدُ في العمُرِ إلَّا البرُّ ولا يردُّ القدَرَ إلَّا الدُّعاءُ وإنَّ الرَّجلَ لَيُحرَمُ الرِّزقَ بالذَّنبِ يصيبُهُ

“Tidak ada yang dapat memperpanjang umur seseorang kecuali dengan amal yang baik, dan tidak ada yang dapat mengubah takdir kecuali dengan doa. Bahkan, seseorang bisa terhalang rezekinya karena dosa yang dia lakukan.” (HR. Ibnu Majah No. 3264)

Dengan adanya taufik dan hidayah dari Allah semakin mudah menghindari dosa dan maksiat, Allah menjadikan agama Islam ini mudah.

(6). Memahami dan melaksanakan adab, etika, serta akhlak dalam menuntut ilmu

(lihatlah "12 Adab Bagi Penuntut Ilmu" di Channel Telegram Najmi Umar Bakkar)

(7). Mengamalkan ilmu yang dipelajari

Imam asy-Syafi'i رحمه الله berkata :

*العلم ما نفع، ليس العلم ما حفظ*

"Ilmu yang sesungguhnya adalah ilmu yg memberikan manfaat, bukan yang hanya dihafal" (Hilyatul Auliyaa' IX/123)

Imam al-'Utsaimin رحمه الله berkata :
"Dan Ilmu Yang Berfaidah adalah Ilmu yg Teraplikasikan Dengan *"Amalan"*, dimana ilmu tersebut akan nampak pengaruhnya pada raut wajah, perilaku, dan akhlaknya, ibadah, ketenangan, rasa takut, dan yang lainnya. Dan ini merupakan perkara yang penting" (Asy-Syarhul Mumti' VII/166)

Tidak mengamalkan ilmu dalam hal yang wajib adalah sebuah dosa, sedangkan meninggalkan ilmu dalam yang sunnah adalah sebuah kerugian.

(8). Menyebarkan ilmu yang diketahui

Imam al-'Utsaimin رحمه الله berkata :

وصدقة العلم أبقى دواماً وأقل كلفةً ، لأنه ربما تكلم العالم بكلمة ، ينتفع بها أجيال من الناس

"Sedekah Ilmu lebih bisa Kekal Bertahan kontinuitasnya, & Lebih sedikit biayanya. Karena Terkadang seorang yang Berilmu itu "berbicara" dengan sebuah kalimat yg dapat Diambil *Manfaatnya* oleh manusia (selama) sekian generasi" (Syarah Hilyah Thalibul Ilmi I/258)


وَاتَّقُوا اللَّهَ وَيُعَلِّمُكُمُ اللَّهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيم

“Dan bertakwalah kepada Allah;  Allah akan mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu” (Qs. Al-Baqarah(2) : 282).

(9). Banyak berdoa kepada ALLAH Ta'ala agar terus diberikan "hidayah dan taufik", sehingga dapat terhindar dari kesesatan dan kesalahan.

*اَللّٰهُمَّ انْفَعْنَا بِمَا عَلَّمْتَنَا وَعَلِّمْنَا مَا يَنْفَعُنَا وَزِدْنَا عِلْمًا*

*"Ya Allah,* Berikan Manfaat kepada kami atas ilmu yang Engkau ajarkan kepada kami dan Ajarkanlah hal-hal yang Bermanfaat untuk kami, serta tambahkanlah kepada kami ilmu"

Dari Zaid bin Arqam, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca doa:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُبِكَ مِنْ عِلْمٍ لاَ يَنْفَعُ وَمِنْ قَلْبٍ لاَ يَخْشَعُ وَمِنْ دَعْوَةٍ لاَ يُسْتَجَابُ لَهَا

Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyu’, dan dari jiwa yang tidak pernah merasa kenyang, serta dari doa yang tidak dikabulkan [HR. Muslim].

(10). Dengan cara bersungguh-sungguh mengamalkan "ke 9 point" di atas, insya Allah Penuntut Ilmu akan mudah dalam memahami Islam & As-Sunnah, mampu untuk membedakan antara yang Tauhid dan Syirik, Sunnah dan Bid'ah, yang Haq dan yang Bathil, serta Ilmu itu pun Akan menjadi berkah dan juga bermanfaat.

وَٱلَّذِينَ جَٰهَدُوا۟ فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا ۚ وَإِنَّ ٱللَّهَ لَمَعَ ٱلْمُحْسِنِينَ

Artinya: Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. (QS Al Ankabut 69).

وَمَنْ أَرَادَ ٱلْءَاخِرَةَ وَسَعَىٰ لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُو۟لَٰٓئِكَ كَانَ سَعْيُهُم مَّشْكُورًا

Artinya: Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik. (QS Al Isra 19)

✍ Ustadz Najmi Umar Bakkar
https://telegram.me/najmiumar
Instagram : @najmiumar_official
Youtube : najmi umar official

Barakallahu fiikum.

Saturday, December 23, 2023

Tazqiyatun Nafs (Penyucian Jiwa Dalam Islam) - Pertemuan 2

Ustadz AHMAD BAZHER hafizahullahu ta'ala

Pembahasan Kitab: Tazqiyatun Nafs (Penyucian Jiwa Dalam Islam) - Pertemuan 2

Karya: DR AHMAD FARID hafizahullahu ta'ala. 

KEUTAMAAN ILMU & ULAMA

https://www.youtube.com/live/DNIF6rb2Cvk?si=rSfOibvYfmRk_xbm


Sabtu, 23 Desember 202


Diriwayatkan dalam shahihain, dari sahabat Mu’awiyah radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : 


مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ


“ Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan baginya, maka Allah akan memberikan kefaqihan (pemahaman) agama baginya. “ (Muttafaqun ‘alaihi)


Faidah-faidah dari hadist ini :


1. Segala sesuatu terjadi atas kehendak Allah.

Allah Ta’ala berfirman:


وَمَا تَوْفِيقِي إِلاَّ بِاللّهِ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُ


“ Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali. “ (Huud:88)


2. Pentingnya bertawakal kepada Allah dan meminta pertolongan kepada Allah. Salah satu inti dan hikmah dari tauhid adalah menghilangkan kebergantungan terhadap mahluk.


اِحْـرِصْ عَـلَـى مَا يَـنْـفَـعُـكَ وَاسْتَعِنْ بِاللهِ وَلَا تَـعْجَـزْ

Bersungguh-sungguhlah untuk mendapatkan apa yang bermanfaat bagimu

dan mintalah pertolongan kepada Allah (dalam segala urusanmu) serta janganlah sekali-kali engkau merasa lemah. (HR. Muslim)


عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ رضي الله عنه أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخَذَ بِيَدِهِ وَقَالَ: يَا مُعَاذُ ! وَاللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّكَ، فَقَالَ : أُوصِيكَ يَا مُعَاذُ لَا تَدَعَنَّ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ تَقُولُ : اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ


Artinya: "Dari Muadz bin Jabal radliyallahu anhu, sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengambil tangannya, lalu bersabda, ’Hai Muadz, demi Allah, sesungguhnya aku mencintaimu.’


Setelah mengatakan demikian, Rasulullah bersabda kembali, ‘Aku berpesan kepadamu, wahai Muadz: Jangan sampai kamu meninggalkan setiap selesai melaksanakan shalat supaya membaca:


اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ

Allâhumma aínnî 'alâ dzikrika wa syukrika wa husni 'ibâdatik


Artinya: 'Ya Allah, semoga Engkau memberi pertolongan kepada kami untuk bisa selalu ingat (dzikir) kepada-Mu, syukur kepada-Mu, dan beribadah dengan baik kepada-Mu’." (Al-Hâfidz Abȗ Dâwud bin al-Asy'ats al-Azdiy as-Sijistâniy, Sunan Abî Dâwud, Dârur Risâlah al-Alamiyyah, Beirut, 2009, juz 2, halaman 631).


3. Pentingnya doa bagi kehidupan para penuntut ilmu. Penting bagi penuntut ilmu untuk senantiasa berdoa memohon ilmu.


 إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً


Artinya: "Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang halal, dan amal yang diterima."


(Doa ini diriwayatkan Ahmad [6/294], Ibnu Majah [925], Ibnu Sinni [108], dan Nasa'i [102] dari Ummu Salamah. Di mana dikatakan bahwa Nabi SAW mengucapkan doa tersebut sesudah sholat Subuh.)



4. Kemudahan langkah seseorang dalam menuntut ilmu, kelapangan dadanya penerimaan jiwanya dalam mempelajari dan memahami agama Allah merupakan tanda-tanda kebaikan baginya.


مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ


“ Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan baginya, maka Allah akan memberikan kefaqihan (pemahaman) agama baginya. “ (Muttafaqun ‘alaihi)


Perbedaan otang yang orientasinya dunia semata(Al Qashas 79) dan ilmu (akhirat)(Al Qashas 80), Allah tunjukkan dalam Al Qur'an :


فَخَرَجَ عَلَىٰ قَوْمِهِۦ فِى زِينَتِهِۦ ۖ قَالَ ٱلَّذِينَ يُرِيدُونَ ٱلْحَيَوٰةَ ٱلدُّنْيَا يَٰلَيْتَ لَنَا مِثْلَ مَآ أُوتِىَ قَٰرُونُ إِنَّهُۥ لَذُو حَظٍّ عَظِيمٍ

 Maka keluarlah Karun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: “Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Karun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar”. (Al Qashas 79)


فَخَسَفْنَا بِهِۦ وَبِدَارِهِ ٱلْأَرْضَ فَمَا كَانَ لَهُۥ مِن فِئَةٍ يَنصُرُونَهُۥ مِن دُونِ ٱللَّهِ وَمَا كَانَ مِنَ ٱلْمُنتَصِرِينَ

Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: “Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang-orang yang sabar”. (Al Qashas 80)


فَخَسَفْنَا بِهِۦ وَبِدَارِهِ ٱلْأَرْضَ فَمَا كَانَ لَهُۥ مِن فِئَةٍ يَنصُرُونَهُۥ مِن دُونِ ٱللَّهِ وَمَا كَانَ مِنَ ٱلْمُنتَصِرِينَ

Maka Kami benamkanlah Karun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya). (Al Qashas 81)


تِلْكَ ٱلدَّارُ ٱلْءَاخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِينَ لَا يُرِيدُونَ عُلُوًّا فِى ٱلْأَرْضِ وَلَا فَسَادًا ۚ وَٱلْعَٰقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ

Dan jadilah orang-orang yang kemarin mencita-citakan kedudukan Karun itu, berkata: “Aduhai, benarlah Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hambanya dan menyempitkannya; kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang yang mengingkari (nikmat Allah)”. (Al Qashas 82)


Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah berkata :


الناس إلى العلم أحوج منهم إلى الطعام والشراب لأن الرجل يحتاج إلى الطعام والشراب في اليوم مرة أو مرتين وحاجته إلى العلم بعدد أنفاسه


"Manusia lebih membutuhkan ilmu (tentang Ad-Dien) dibanding makan dan minum, karena seseorang dalam sehari hanya membutuhkan makan minum satu atau dua kali saja. Sedangkan ia membutuhkan ilmu dalam setiap helaan nafasnya."


Diantara dalil keutamaan dari ilmu dan orang yang berilmu :


وَعَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا ، عَنِ النَّبيِّ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ، قَالَ : (( لاَ حَسَدَ إِلاَّ في اثْنَتَيْنِ : رَجُلٌ آتَاهُ اللهُ القُرْآنَ ، فَهُوَ يَقُومُ بِهِ آنَاء اللَّيْلِ وَآنَاءَ النَّهَارِ ، وَرَجُلٌ آتَاهُ اللهُ مَالاً ، فَهُوَ يُنْفِقُهُ آنَاءَ اللَّيْلِ وَآنَاءَ النَّهَارِ )) متفقٌ عَلَيْهِ .


(( والآنَاءُ )) : السَّاعَاتُ .


Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak boleh hasad kecuali pada dua perkara: seseorang yang diberikan kepandaian Al-Qur’an oleh Allah, lalu ia membaca dan mengamalkannya pada malam dan siang hari, dan seseorang yang diberi harta oleh Allah, lalu ia menginfakkannya pada malam dan siang hari.” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 5025 dan Muslim, no. 815] 


Hasad dimaksud dari hadist diatas adalah ghibtoh, hasad adalah haram dan dosa karena menginginkan hilangnya kebaikan dari orang yang dihasadi bahkan berpindah kepadanya, sedangkan ghibtah adalah menginginkan kebaikan/nikmat semisal yang dimiliki orang lain dengan tanpa menghilangkan kebaikan/nikmat yang ada pada orang lain tersebut.


Dan salah satu nikmat dan keutamaan memiliki ilmu agama yang diamalkan adalah amal yang terus mengalir meskipun pemiliknya telah meninggal dunia.


Hadist mengenai pembagian 4 jenis manusia/hamba didunia :


إِنَّمَا الدُّنْيَا لِأَرْبَعَةِ نَفَرٍ: عَبْدٍ رَزَقَهُ اللهُ مَالًا وَعِلْمًا فَهُوَ يَتَّقِي فِيْهِ رَبَّهُ وَيَصِلُ فِيْهِ رَحِـمَهُ وَيَعْلَمُ ِللهِ فِيْهِ حَقًّا فَهَذَا بِأَفْضَلِ الْـمَنَازِلِ، وَعَبْدٍ رَزَقَهُ اللهُ عِلْمًا وَلَـمْ يَرْزُقْهُ مَالًا فَهُوَ صَادِقُ النِّـيَّـةِ يَقُوْلُ: لَوْ أَنَّ لِـيْ مَالًا لَعَمِلْتُ بِعَمَلِ فُلاَنٍ فَهُوَ بِنِيَّتِهِ فَأَجْرُهُـمَا سَوَاءٌ، وَعَبْدٍ رَزَقَهُ اللهُ مَالاً وَلَـمْ يَرْزُقْهُ عِلْمًـا فَهُوَ يَخْبِطُ فِي مَالِهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ لَا يَتَّقِي فِيْهِ رَبَّهُ وَلَا يَصِلُ فِيْهِ رَحِـمَهُ وَلَا يَعْلَمُ ِللهِ فِيْهِ حَقًّا فَهَذَا بِأَخْبَثِ الْـمَنَازِلِ وَعَبْدٍ لَـمْ يَرْزُقْهُ اللهُ مَالًا وَلَا عِلْمًـا فَهُوَ يَقُولُ: لَوْ أَنَّ لِـيْ مَالًا لَعَمِلْتُ فِيْهِ بِعَمَلِ فُلاَنٍ فَهُوَ بِنِيَّتِهِ فَوِزْرُهُـمَا سَوَاءٌ.


“…..Sesungguhnya dunia diberikan untuk empat orang: (1) seorang hamba yang Allah berikan ilmu dan harta, kemudian dia bertaqwa kepada Allah dalam hartanya, dengannya ia menyambung silaturahmi, dan mengetahui hak Allah di dalamnya. Orang tersebut kedudukannya paling baik (di sisi Allah). (2) Seorang hamba yang Allah berikan ilmu namun tidak diberikan harta, dengan niatnya yang jujur ia berkata, ‘Seandainya aku memiliki harta, aku pasti mengerjakan seperti apa yang dikerjakan Si Fulan.’ Ia dengan niatnya itu, maka pahala keduanya sama. (3) Seorang hamba yang Allah berikan harta namun tidak diberikan ilmu. Lalu ia tidak dapat mengatur hartanya, tidak bertaqwa kepada Allah dalam hartanya, tidak menyambung silaturahmi dengannya, dan tidak mengetahui hak Allah di dalamnya. Kedudukan orang tersebut adalah yang paling jelek (di sisi Allah). Dan (4) seorang hamba yang tidak Allah berikan harta tidak juga ilmu, ia berkata, ‘Seandainya aku memiliki harta, aku pasti mengerjakan seperti apa yang dikerjakan Si Fulan.’ Ia berniat seperti itu dan keduanya sama dalam mendapatkan dosa.” [Ahmad (IV/230-231), at-Tirmidzi (no. 2325), dan Ibnu Majah (no. 4228)]



حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ حَدَّثَنَا مَعْمَرٌ عَنْ عَاصِمِ بْنِ أَبِي النَّجُودِ عَنْ زِرِّ بْنِ حُبَيْشٍ قَالَ أَتَيْتُ صَفْوَانَ بْنَ عَسَّالٍ الْمُرَادِيَّ فَقَالَ مَا جَاءَ بِكَ قَالَ فَقُلْتُ جِئْتُ أَطْلُبُ الْعِلْمَ قَالَ فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَا مِنْ خَارِجٍ يَخْرُجُ مِنْ بَيْتٍ فِي طَلَبِ الْعِلْمِ إِلَّا وَضَعَتْ لَهُ الْمَلَائِكَةُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا بِمَا يَصْنَعُ ...


Telah menceritakan kepada kami [Abdurrazaq] telah menceritakan kepada kami [Ma'mar] dari [Ashim bin Abu An Najud] dari [Zir bin Hubaisy] ia berkata, "Saya datang menemui [Shafwan bin Assal Al Muradi], lalu ia bertanya, "Apa yang menyebabkanmu datang kemari?" Saya menjawab, "Saya datang untuk menuntut ilmu." Ia berkata, "Sungguh, saya telah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidaklah seorang yang keluar dari rumahnya untuk menuntut ilmu, kecuali para malaikat akan meletakkan sayap untuk menaunginya karena ia ridla terhadap apa yang dilakukannya ... [Hadits Ahmad Nomor 17398]




عَنْ أَبي هُرَيْرَةَ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – : (( إنَّ للهِ تَعَالَى مَلائِكَةً يَطُوفُونَ فِي الطُّرُقِ يَلْتَمِسُونَ أهْلَ الذِّكْرِ ، فِإِذَا وَجَدُوا قَوْمَاً يَذْكُرُونَ اللهَ – عَزَّ وَجَلَّ – ، تَنَادَوْا : هَلُمُّوا إِلَى حَاجَتِكُمْ ، فَيَحُفُّونَهُمْ بِأَجْنِحَتِهِم إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا ، فَيَسْألُهُمْ رَبُّهُمْ – وَهُوَ أعْلَم – : مَا يَقُوْلُ عِبَادِي ؟ قَالَ : يَقُوْلُوْنَ : يُسَبِّحُونَكَ ، ويُكبِّرُونَكَ ، وَيَحْمَدُونَكَ ، ويُمَجِّدُونَكَ ، فَيَقُوْلُ : هَلْ رَأَوْنِي ؟ فَيَقُوْلُوْنَ : لاَ وَاللهِ مَا رَأَوْكَ . فَيَقُوْلُ : كَيْفَ لَوْ رَأوْنِي ؟! قَالَ : يقُولُونَ : لَوْ رَأوْكَ كَانُوا أَشَدَّ لَكَ عِبَادَةً ، وَأَشَدَّ لَكَ تَمْجِيداً ، وَأَكْثَرَ لَكَ تَسْبِيحاً . فَيقُولُ : فَمَاذَا يَسْأَلُونَ ؟ قَالَ : يَقُولُونَ : يَسْألُونَكَ الجَنَّةَ . قَالَ : يَقُوْلُ : وَهَلْ رَأَوْها ؟ قَالَ : يَقُوْلُوْنَ : لاَ وَاللهِ يَا رَبِّ مَا رَأَوْهَا . قَالَ : يَقُوْلُ : فَكيفَ لَوْ رَأوْهَا ؟ قَالَ : يَقُوْلُوْنَ : لَوْ أنَّهُمْ رَأوْهَا كَانُوا أشَدَّ عَلَيْهَا حِرْصاً ، وَأَشَدَّ لَهَا طَلَباً ، وَأَعْظَمَ فِيهَا رَغْبَةً . قَالَ : فَمِمَّ يَتَعَوَّذُونَ ؟ قَالَ : يَقُوْلُوْنَ : يَتَعَوَّذُونَ مِنَ النَّارِ ؛ قَالَ : فَيَقُوْلُ : وَهَلْ رَأوْهَا ؟ قَالَ : يَقُوْلُوْنَ : لاَ وَاللهِ مَا رَأوْهَا . فَيَقُولُ : كَيْفَ لَوْ رَأوْهَا ؟! قَالَ : يَقُوْلُوْنَ : لَوْ رَأوْهَا كَانُوا أَشَدَّ مِنْهَا فِرَاراً ، وَأَشَدَّ لَهَا مَخَافَةً . قَالَ : فَيَقُوْلُ : فَأُشْهِدُكُمْ أَنِّي قَدْ غَفَرْتُ لَهُم ، قَالَ : يَقُوْلُ مَلَكٌ مِنَ المَلاَئِكَةِ : فِيْهِمْ فُلاَنٌ لَيْسَ مِنْهُمْ ، إنَّمَا جَاءَ لِحَاجَةٍ ، قَالَ : هُمُ الجُلَسَاءُ لاَ يَشْقَى بِهِمْ جَلِيسُهُمْ )) . مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ


Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah memiliki malaikat yang berkeliling jalan-jalan mencari ahli dzikir. Jika mereka menemukan satu kaum yang sedang mengingat Allah, mereka berseru, ‘Marilah kalian menuju kebutuhan kalian.’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Lalu para malaikat itu mengelilingi mereka dengan sayap-sayapnya sampai langit dunia.”


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan, “Kemudian Rabb mereka bertanya kepada mereka,–dan Dia lebih tahu dari mereka–, ‘Apa yang dikatakan hamba-hamba-Ku?’ Mereka berkata, ‘Mereka bertasbih memahasucikan-Mu, bertakbir mengagungkan-Mu, bertahmid memuji-Mu, dan memuliakan-Mu.’ Lalu Allah berkata, ‘Apakah mereka melihat-Ku?’ Mereka menjawab, ‘Tidak, demi Allah, mereka tidak melihat-Mu.’ Allah berkata, ‘Bagaimana seandainya mereka melihat-Ku?’ Mereka menjawab, ‘Seandainya mereka melihat-Mu, pasti mereka sangat bersungguh-sungguh beribadah kepada-Mu, sangat bersungguh-sungguh memuliakan-Mu, dan lebih banyak bertasbih kepada-Mu.’”


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan, “Allah berkata, ‘Lalu apa yang mereka minta kepada-Ku?’ Mereka menjawab, ‘Mereka meminta surga kepada-Mu.’ Allah berkata, ‘Apakah mereka melihat surga?’ Mereka menjawab, “Tidak, demi Allah, wahai Rabb, mereka tidak melihatnya.’ Allah berkata, ‘Bagaimana seandainya mereka melihatnya?’ Mereka menjawab, ‘Seandainya mereka melihatnya, mereka pasti sangat bersungguh-sungguh untuk mendapatkannya, sangat bersungguh-sungguh untuk memintanya, dan sangat menginginkannya.’”


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Allah berkata, ‘Lalu dari apa mereka meminta perlindungan?’ Mereka menjawab, ‘Dari api neraka.’ Allah berkata, ‘Apakah mereka melihatnya?’ Mereka menjawab, ‘Tidak, demi Allah, mereka tidak melihatnya.’ Allah berkata, ‘Bagaimana seandainya mereka melihatnya?’ Mereka menjawab, ‘Seandainya mereka melihatnya, pasti mereka sangat bersungguh-sungguh lari darinya dan sangat takut kepadanya.’”


Beliau melanjutkan, “Allah berkata, ‘Maka Aku persaksikan kepada kalian sesungguhnya Aku telah mengampuni mereka.’ Salah satu malaikat pun berkata, ‘Namun, di antara mereka ada si fulan dan ia bukan bagian dari mereka. Ia datang hanya karena ada keperluan.’ Allah menjawab, ‘Mereka semua adalah teman duduk, dan tidak ada sengsara orang yang duduk bermajelis bersama dengan mereka.’” (Muttafaqun ‘alaih) (HR. Bukhari, no. 6408 dan Muslim, no. 2689)


Dari hadist diatas bahkan orang yang datang karena ada hajat tertentu bukan untuk menuntut ilmu pun mendapatkan faidah ampunan dari Allah.


مَْن سَلَكَ طَرِْيقًا َيلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ طَرِيْقًا ِإلىَ اْلجَنَّةِ

 

Barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga (HR Muslim).

Barakallahu fiikum.

40 Hadist Seputar Keluarga Samawa (Bagian 3)

 ﷽ Ustadz Yusuf Abu Ubaidah As-Sidawi hafizahullohuta'ala Masjid Al-Aziz  Jl. Soekarno Hatta No. 662 Bandung Hadist 11 : Doa Orangtua Bu...