﷽
Ustadz Najmi Umar Bakar hafizahullahu ta'ala
https://www.youtube.com/live/6v__eJEV8IA?si=29fPQrturqBfZGMy
Harapan kita adalah ilmu yang kita dapat kita pelajari mendapatkan keberkahan, apa itu berkah ? ziadatul khair, bertambah kebaikan, ada orang yang mendapatkan ilmu namun tidak mendapatkan keberkahan, tidak dapat memahami dan mengamalkan ilmu yang dipelajari bertahun-tahun.
Doa yang nabi panjatkan seusai sholat subuh,
اللهُمَّ اِنِّى اَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً
Artinya: "Ya Allah, aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang halal dan baik, serta amal yang diterima."
Target kita di akhirat adalah masuk surga Allah dan berkumpul bersama nabi, sedangkan target kita yang tertinggi didunia adalah ingin menjadi orang yang bertakwa dan ketakwaan itu semakin hari semakin berkualitas, dan ketakwaan hanya dapat dicapai dengan ilmu yang berkah.
Dalil pentingnya menuntut ilmu
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
“Mencari ilmu adalah wajib bagi setiap muslim.”
◾ *AGAR ILMU MENJADI BERKAH* ◾
Setiap Muslim itu wajib berusaha untuk menuntut ilmu, dan "pasti" mereka ingin mendapatkan ilmu yang benar, barokah, dan bermanfaat. Maka diantara perkara yang mesti mereka lakukan adalah :
(1). Bertakwa kepada Allah Ta'ala
"Wahai Orang2 Yang Beriman, jika kamu *Bertakwa kepada Allah*, niscaya Dia pun akan "memberikan" padamu Al-FURQAN (kemampuan membedakan antara yang "Haq dan yang Batil"), dan Dia juga akan "Menghapus" Segala Kesalahanmu, dan *"MENGAMPUNI"* (DOSA-DOSA)mu. Dan Allah memiliki "karunia yang Besar" (QS. Al-Anfal [8]: 29)
"Dan bertakwalah kepada Allah, niscaya Allah pun akan memberikan pengajaran kepadamu, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu" (QS.Al-Baqarah [2]: 282)
وَمِنَ ٱلنَّاسِ وَٱلدَّوَآبِّ وَٱلْأَنْعَٰمِ مُخْتَلِفٌ أَلْوَٰنُهُۥ كَذَٰلِكَ ۗ إِنَّمَا يَخْشَى ٱللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ ٱلْعُلَمَٰٓؤُا۟ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ
Artinya: Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (QS. Fatir 28).
(2). Perbanyaklah menimba ilmu kepada para ulama atau para ustadz yg memiliki manhaj dan juga aqidah yang lurus, yaitu mereka yang telah mengajak umat untuk kembali kepada Manhaj (Cara Beragama Yang Benar), yang Telah DICONTOHKAN dan yang telah diajarkan oleh Rasulullah ﷺ & Para Sahabatnya serta orang-orang setelahnya yang telah mengikuti manhaj mereka dalam Kebaikan, Kebenaran dan Keutamaan.
(3). Senantiasa melihat kepada dalil atau keterangan2 yang ada di dalam al-Qur'an, as-Sunnah serta perkataan Para Sahabat yang Telah dianggap sebagai Dalil Pokok dalam pengambilan hukum. Barangsiapa yg Telah Berbicara tentang Agama tanpa adanya Dalil Yg Shahih, maka Dipastikan dia akan salah dalam memahami agama.
(4). Pahami dalil sesuai dengan apa yang diinginkan oleh "Allah dan Rasul-Nya ﷺ", serta apa yang Telah Dipahami oleh Para Sahabat, bukannya *"disesuaikan"* dengan akal, perasaan, hawa nafsu, budaya serta Ridho & Syahwat *Manusia*. Apabila salah Dalam Memahami Dalil Maka Pasti Akan bermasalah, karena setiap manusia pasti berbeda keinginan dan pemahamannya.
Syaikh Muqbil bin Hadi رحمه الله berkata :
من الناس من يستفتي أهل العلم، فإن كانت الفتوى توافق هواه قبلها، وإلا أعرض عنها، وهذه صفة من صفات اليهود
"Sebagian orang ada yg "meminta fatwa" kepada Para Ulama, maka apabila Fatwa tersebut sesuai dengan Hawa Nafsunya, maka dia pun menerimanya, dan apabila tidak sesuai maka dia Berpaling darinya. Dan sifat yang semacam ini TERMASUK dari Sifat Yahudi" (Riyaadhul Jannah 17)
Tugas rasul dalam Islam, termasuk menjelaskan ajaran Allah yang tertuang dalam Al-Qur'an, secara umum ditegaskan dalam beberapa ayat. Salah satu ayat yang sering dikutip untuk menjelaskan tugas rasul adalah:
Surah An-Nahl (16:44)
وَأَنزَلْنَا إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
Yang artinya:
"Dan Kami turunkan kepadamu Al-Dzikr (Al-Qur'an) agar kamu menjelaskan kepada manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka, supaya mereka berpikir."
Ayat ini menjelaskan bahwa salah satu tugas rasul adalah menjelaskan dan memberikan pemahaman yang benar mengenai ayat-ayat Al-Qur'an kepada umat manusia. Ini adalah peran esensial dari seorang rasul, untuk tidak hanya menyampaikan wahyu, tapi juga untuk memastikan bahwa wahyu tersebut dipahami dengan benar.
(5). Menjauhkan diri dari dosa & maksiat.
Sesungguhnya "dosa dan maksiat" dapat Menghalangi Ilmu Yang Bermanfaat, dan bahkan dapat mematikan "hati", merusak kehidupan, dan mendatangkan "siksaan".
Orang bertakwa bukan hanya menjauhi yang diharamkan, perkara yang makruh dan subhat ditinggalkan, bahkan yang mubah pun dibatasi.
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِۦ عِلْمٌ ۚ إِنَّ ٱلسَّمْعَ وَٱلْبَصَرَ وَٱلْفُؤَادَ كُلُّ أُو۟لَٰٓئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔولًا
Artinya: Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (QS Al-Isra 36).
Rasulullah bersabda:
لا يزيدُ في العمُرِ إلَّا البرُّ ولا يردُّ القدَرَ إلَّا الدُّعاءُ وإنَّ الرَّجلَ لَيُحرَمُ الرِّزقَ بالذَّنبِ يصيبُهُ
“Tidak ada yang dapat memperpanjang umur seseorang kecuali dengan amal yang baik, dan tidak ada yang dapat mengubah takdir kecuali dengan doa. Bahkan, seseorang bisa terhalang rezekinya karena dosa yang dia lakukan.” (HR. Ibnu Majah No. 3264)
Dengan adanya taufik dan hidayah dari Allah semakin mudah menghindari dosa dan maksiat, Allah menjadikan agama Islam ini mudah.
(6). Memahami dan melaksanakan adab, etika, serta akhlak dalam menuntut ilmu
(lihatlah "12 Adab Bagi Penuntut Ilmu" di Channel Telegram Najmi Umar Bakkar)
(7). Mengamalkan ilmu yang dipelajari
Imam asy-Syafi'i رحمه الله berkata :
*العلم ما نفع، ليس العلم ما حفظ*
"Ilmu yang sesungguhnya adalah ilmu yg memberikan manfaat, bukan yang hanya dihafal" (Hilyatul Auliyaa' IX/123)
Imam al-'Utsaimin رحمه الله berkata :
"Dan Ilmu Yang Berfaidah adalah Ilmu yg Teraplikasikan Dengan *"Amalan"*, dimana ilmu tersebut akan nampak pengaruhnya pada raut wajah, perilaku, dan akhlaknya, ibadah, ketenangan, rasa takut, dan yang lainnya. Dan ini merupakan perkara yang penting" (Asy-Syarhul Mumti' VII/166)
Tidak mengamalkan ilmu dalam hal yang wajib adalah sebuah dosa, sedangkan meninggalkan ilmu dalam yang sunnah adalah sebuah kerugian.
(8). Menyebarkan ilmu yang diketahui
Imam al-'Utsaimin رحمه الله berkata :
وصدقة العلم أبقى دواماً وأقل كلفةً ، لأنه ربما تكلم العالم بكلمة ، ينتفع بها أجيال من الناس
"Sedekah Ilmu lebih bisa Kekal Bertahan kontinuitasnya, & Lebih sedikit biayanya. Karena Terkadang seorang yang Berilmu itu "berbicara" dengan sebuah kalimat yg dapat Diambil *Manfaatnya* oleh manusia (selama) sekian generasi" (Syarah Hilyah Thalibul Ilmi I/258)
وَاتَّقُوا اللَّهَ وَيُعَلِّمُكُمُ اللَّهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيم
“Dan bertakwalah kepada Allah; Allah akan mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu” (Qs. Al-Baqarah(2) : 282).
(9). Banyak berdoa kepada ALLAH Ta'ala agar terus diberikan "hidayah dan taufik", sehingga dapat terhindar dari kesesatan dan kesalahan.
*اَللّٰهُمَّ انْفَعْنَا بِمَا عَلَّمْتَنَا وَعَلِّمْنَا مَا يَنْفَعُنَا وَزِدْنَا عِلْمًا*
*"Ya Allah,* Berikan Manfaat kepada kami atas ilmu yang Engkau ajarkan kepada kami dan Ajarkanlah hal-hal yang Bermanfaat untuk kami, serta tambahkanlah kepada kami ilmu"
Dari Zaid bin Arqam, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca doa:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُبِكَ مِنْ عِلْمٍ لاَ يَنْفَعُ وَمِنْ قَلْبٍ لاَ يَخْشَعُ وَمِنْ دَعْوَةٍ لاَ يُسْتَجَابُ لَهَا
Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyu’, dan dari jiwa yang tidak pernah merasa kenyang, serta dari doa yang tidak dikabulkan [HR. Muslim].
(10). Dengan cara bersungguh-sungguh mengamalkan "ke 9 point" di atas, insya Allah Penuntut Ilmu akan mudah dalam memahami Islam & As-Sunnah, mampu untuk membedakan antara yang Tauhid dan Syirik, Sunnah dan Bid'ah, yang Haq dan yang Bathil, serta Ilmu itu pun Akan menjadi berkah dan juga bermanfaat.
وَٱلَّذِينَ جَٰهَدُوا۟ فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا ۚ وَإِنَّ ٱللَّهَ لَمَعَ ٱلْمُحْسِنِينَ
Artinya: Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. (QS Al Ankabut 69).
وَمَنْ أَرَادَ ٱلْءَاخِرَةَ وَسَعَىٰ لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُو۟لَٰٓئِكَ كَانَ سَعْيُهُم مَّشْكُورًا
Artinya: Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik. (QS Al Isra 19)
✍ Ustadz Najmi Umar Bakkar
https://telegram.me/najmiumar
Instagram : @najmiumar_official
Youtube : najmi umar official
Barakallahu fiikum.
Saturday, December 30, 2023
Agar Ilmu Menjadi Berkah
Saturday, December 23, 2023
Tazqiyatun Nafs (Penyucian Jiwa Dalam Islam) - Pertemuan 2
﷽
Ustadz AHMAD BAZHER hafizahullahu ta'ala
Pembahasan Kitab: Tazqiyatun Nafs (Penyucian Jiwa Dalam Islam) - Pertemuan 2
Karya: DR AHMAD FARID hafizahullahu ta'ala.
KEUTAMAAN ILMU & ULAMA
https://www.youtube.com/live/DNIF6rb2Cvk?si=rSfOibvYfmRk_xbm
Sabtu, 23 Desember 202
Diriwayatkan dalam shahihain, dari sahabat Mu’awiyah radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ
“ Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan baginya, maka Allah akan memberikan kefaqihan (pemahaman) agama baginya. “ (Muttafaqun ‘alaihi)
Faidah-faidah dari hadist ini :
1. Segala sesuatu terjadi atas kehendak Allah.
Allah Ta’ala berfirman:
وَمَا تَوْفِيقِي إِلاَّ بِاللّهِ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُ
“ Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali. “ (Huud:88)
2. Pentingnya bertawakal kepada Allah dan meminta pertolongan kepada Allah. Salah satu inti dan hikmah dari tauhid adalah menghilangkan kebergantungan terhadap mahluk.
اِحْـرِصْ عَـلَـى مَا يَـنْـفَـعُـكَ وَاسْتَعِنْ بِاللهِ وَلَا تَـعْجَـزْ
Bersungguh-sungguhlah untuk mendapatkan apa yang bermanfaat bagimu
dan mintalah pertolongan kepada Allah (dalam segala urusanmu) serta janganlah sekali-kali engkau merasa lemah. (HR. Muslim)
عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ رضي الله عنه أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخَذَ بِيَدِهِ وَقَالَ: يَا مُعَاذُ ! وَاللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّكَ، فَقَالَ : أُوصِيكَ يَا مُعَاذُ لَا تَدَعَنَّ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ تَقُولُ : اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
Artinya: "Dari Muadz bin Jabal radliyallahu anhu, sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengambil tangannya, lalu bersabda, ’Hai Muadz, demi Allah, sesungguhnya aku mencintaimu.’
Setelah mengatakan demikian, Rasulullah bersabda kembali, ‘Aku berpesan kepadamu, wahai Muadz: Jangan sampai kamu meninggalkan setiap selesai melaksanakan shalat supaya membaca:
اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
Allâhumma aínnî 'alâ dzikrika wa syukrika wa husni 'ibâdatik
Artinya: 'Ya Allah, semoga Engkau memberi pertolongan kepada kami untuk bisa selalu ingat (dzikir) kepada-Mu, syukur kepada-Mu, dan beribadah dengan baik kepada-Mu’." (Al-Hâfidz Abȗ Dâwud bin al-Asy'ats al-Azdiy as-Sijistâniy, Sunan Abî Dâwud, Dârur Risâlah al-Alamiyyah, Beirut, 2009, juz 2, halaman 631).
3. Pentingnya doa bagi kehidupan para penuntut ilmu. Penting bagi penuntut ilmu untuk senantiasa berdoa memohon ilmu.
إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً
Artinya: "Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang halal, dan amal yang diterima."
(Doa ini diriwayatkan Ahmad [6/294], Ibnu Majah [925], Ibnu Sinni [108], dan Nasa'i [102] dari Ummu Salamah. Di mana dikatakan bahwa Nabi SAW mengucapkan doa tersebut sesudah sholat Subuh.)
4. Kemudahan langkah seseorang dalam menuntut ilmu, kelapangan dadanya penerimaan jiwanya dalam mempelajari dan memahami agama Allah merupakan tanda-tanda kebaikan baginya.
مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ
“ Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan baginya, maka Allah akan memberikan kefaqihan (pemahaman) agama baginya. “ (Muttafaqun ‘alaihi)
Perbedaan otang yang orientasinya dunia semata(Al Qashas 79) dan ilmu (akhirat)(Al Qashas 80), Allah tunjukkan dalam Al Qur'an :
فَخَرَجَ عَلَىٰ قَوْمِهِۦ فِى زِينَتِهِۦ ۖ قَالَ ٱلَّذِينَ يُرِيدُونَ ٱلْحَيَوٰةَ ٱلدُّنْيَا يَٰلَيْتَ لَنَا مِثْلَ مَآ أُوتِىَ قَٰرُونُ إِنَّهُۥ لَذُو حَظٍّ عَظِيمٍ
Maka keluarlah Karun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: “Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Karun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar”. (Al Qashas 79)
فَخَسَفْنَا بِهِۦ وَبِدَارِهِ ٱلْأَرْضَ فَمَا كَانَ لَهُۥ مِن فِئَةٍ يَنصُرُونَهُۥ مِن دُونِ ٱللَّهِ وَمَا كَانَ مِنَ ٱلْمُنتَصِرِينَ
Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: “Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang-orang yang sabar”. (Al Qashas 80)
فَخَسَفْنَا بِهِۦ وَبِدَارِهِ ٱلْأَرْضَ فَمَا كَانَ لَهُۥ مِن فِئَةٍ يَنصُرُونَهُۥ مِن دُونِ ٱللَّهِ وَمَا كَانَ مِنَ ٱلْمُنتَصِرِينَ
Maka Kami benamkanlah Karun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya). (Al Qashas 81)
تِلْكَ ٱلدَّارُ ٱلْءَاخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِينَ لَا يُرِيدُونَ عُلُوًّا فِى ٱلْأَرْضِ وَلَا فَسَادًا ۚ وَٱلْعَٰقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ
Dan jadilah orang-orang yang kemarin mencita-citakan kedudukan Karun itu, berkata: “Aduhai, benarlah Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hambanya dan menyempitkannya; kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang yang mengingkari (nikmat Allah)”. (Al Qashas 82)
Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah berkata :
الناس إلى العلم أحوج منهم إلى الطعام والشراب لأن الرجل يحتاج إلى الطعام والشراب في اليوم مرة أو مرتين وحاجته إلى العلم بعدد أنفاسه
"Manusia lebih membutuhkan ilmu (tentang Ad-Dien) dibanding makan dan minum, karena seseorang dalam sehari hanya membutuhkan makan minum satu atau dua kali saja. Sedangkan ia membutuhkan ilmu dalam setiap helaan nafasnya."
Diantara dalil keutamaan dari ilmu dan orang yang berilmu :
وَعَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا ، عَنِ النَّبيِّ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ، قَالَ : (( لاَ حَسَدَ إِلاَّ في اثْنَتَيْنِ : رَجُلٌ آتَاهُ اللهُ القُرْآنَ ، فَهُوَ يَقُومُ بِهِ آنَاء اللَّيْلِ وَآنَاءَ النَّهَارِ ، وَرَجُلٌ آتَاهُ اللهُ مَالاً ، فَهُوَ يُنْفِقُهُ آنَاءَ اللَّيْلِ وَآنَاءَ النَّهَارِ )) متفقٌ عَلَيْهِ .
(( والآنَاءُ )) : السَّاعَاتُ .
Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak boleh hasad kecuali pada dua perkara: seseorang yang diberikan kepandaian Al-Qur’an oleh Allah, lalu ia membaca dan mengamalkannya pada malam dan siang hari, dan seseorang yang diberi harta oleh Allah, lalu ia menginfakkannya pada malam dan siang hari.” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 5025 dan Muslim, no. 815]
Hasad dimaksud dari hadist diatas adalah ghibtoh, hasad adalah haram dan dosa karena menginginkan hilangnya kebaikan dari orang yang dihasadi bahkan berpindah kepadanya, sedangkan ghibtah adalah menginginkan kebaikan/nikmat semisal yang dimiliki orang lain dengan tanpa menghilangkan kebaikan/nikmat yang ada pada orang lain tersebut.
Dan salah satu nikmat dan keutamaan memiliki ilmu agama yang diamalkan adalah amal yang terus mengalir meskipun pemiliknya telah meninggal dunia.
Hadist mengenai pembagian 4 jenis manusia/hamba didunia :
إِنَّمَا الدُّنْيَا لِأَرْبَعَةِ نَفَرٍ: عَبْدٍ رَزَقَهُ اللهُ مَالًا وَعِلْمًا فَهُوَ يَتَّقِي فِيْهِ رَبَّهُ وَيَصِلُ فِيْهِ رَحِـمَهُ وَيَعْلَمُ ِللهِ فِيْهِ حَقًّا فَهَذَا بِأَفْضَلِ الْـمَنَازِلِ، وَعَبْدٍ رَزَقَهُ اللهُ عِلْمًا وَلَـمْ يَرْزُقْهُ مَالًا فَهُوَ صَادِقُ النِّـيَّـةِ يَقُوْلُ: لَوْ أَنَّ لِـيْ مَالًا لَعَمِلْتُ بِعَمَلِ فُلاَنٍ فَهُوَ بِنِيَّتِهِ فَأَجْرُهُـمَا سَوَاءٌ، وَعَبْدٍ رَزَقَهُ اللهُ مَالاً وَلَـمْ يَرْزُقْهُ عِلْمًـا فَهُوَ يَخْبِطُ فِي مَالِهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ لَا يَتَّقِي فِيْهِ رَبَّهُ وَلَا يَصِلُ فِيْهِ رَحِـمَهُ وَلَا يَعْلَمُ ِللهِ فِيْهِ حَقًّا فَهَذَا بِأَخْبَثِ الْـمَنَازِلِ وَعَبْدٍ لَـمْ يَرْزُقْهُ اللهُ مَالًا وَلَا عِلْمًـا فَهُوَ يَقُولُ: لَوْ أَنَّ لِـيْ مَالًا لَعَمِلْتُ فِيْهِ بِعَمَلِ فُلاَنٍ فَهُوَ بِنِيَّتِهِ فَوِزْرُهُـمَا سَوَاءٌ.
“…..Sesungguhnya dunia diberikan untuk empat orang: (1) seorang hamba yang Allah berikan ilmu dan harta, kemudian dia bertaqwa kepada Allah dalam hartanya, dengannya ia menyambung silaturahmi, dan mengetahui hak Allah di dalamnya. Orang tersebut kedudukannya paling baik (di sisi Allah). (2) Seorang hamba yang Allah berikan ilmu namun tidak diberikan harta, dengan niatnya yang jujur ia berkata, ‘Seandainya aku memiliki harta, aku pasti mengerjakan seperti apa yang dikerjakan Si Fulan.’ Ia dengan niatnya itu, maka pahala keduanya sama. (3) Seorang hamba yang Allah berikan harta namun tidak diberikan ilmu. Lalu ia tidak dapat mengatur hartanya, tidak bertaqwa kepada Allah dalam hartanya, tidak menyambung silaturahmi dengannya, dan tidak mengetahui hak Allah di dalamnya. Kedudukan orang tersebut adalah yang paling jelek (di sisi Allah). Dan (4) seorang hamba yang tidak Allah berikan harta tidak juga ilmu, ia berkata, ‘Seandainya aku memiliki harta, aku pasti mengerjakan seperti apa yang dikerjakan Si Fulan.’ Ia berniat seperti itu dan keduanya sama dalam mendapatkan dosa.” [Ahmad (IV/230-231), at-Tirmidzi (no. 2325), dan Ibnu Majah (no. 4228)]
حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ حَدَّثَنَا مَعْمَرٌ عَنْ عَاصِمِ بْنِ أَبِي النَّجُودِ عَنْ زِرِّ بْنِ حُبَيْشٍ قَالَ أَتَيْتُ صَفْوَانَ بْنَ عَسَّالٍ الْمُرَادِيَّ فَقَالَ مَا جَاءَ بِكَ قَالَ فَقُلْتُ جِئْتُ أَطْلُبُ الْعِلْمَ قَالَ فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَا مِنْ خَارِجٍ يَخْرُجُ مِنْ بَيْتٍ فِي طَلَبِ الْعِلْمِ إِلَّا وَضَعَتْ لَهُ الْمَلَائِكَةُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا بِمَا يَصْنَعُ ...
Telah menceritakan kepada kami [Abdurrazaq] telah menceritakan kepada kami [Ma'mar] dari [Ashim bin Abu An Najud] dari [Zir bin Hubaisy] ia berkata, "Saya datang menemui [Shafwan bin Assal Al Muradi], lalu ia bertanya, "Apa yang menyebabkanmu datang kemari?" Saya menjawab, "Saya datang untuk menuntut ilmu." Ia berkata, "Sungguh, saya telah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidaklah seorang yang keluar dari rumahnya untuk menuntut ilmu, kecuali para malaikat akan meletakkan sayap untuk menaunginya karena ia ridla terhadap apa yang dilakukannya ... [Hadits Ahmad Nomor 17398]
عَنْ أَبي هُرَيْرَةَ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – : (( إنَّ للهِ تَعَالَى مَلائِكَةً يَطُوفُونَ فِي الطُّرُقِ يَلْتَمِسُونَ أهْلَ الذِّكْرِ ، فِإِذَا وَجَدُوا قَوْمَاً يَذْكُرُونَ اللهَ – عَزَّ وَجَلَّ – ، تَنَادَوْا : هَلُمُّوا إِلَى حَاجَتِكُمْ ، فَيَحُفُّونَهُمْ بِأَجْنِحَتِهِم إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا ، فَيَسْألُهُمْ رَبُّهُمْ – وَهُوَ أعْلَم – : مَا يَقُوْلُ عِبَادِي ؟ قَالَ : يَقُوْلُوْنَ : يُسَبِّحُونَكَ ، ويُكبِّرُونَكَ ، وَيَحْمَدُونَكَ ، ويُمَجِّدُونَكَ ، فَيَقُوْلُ : هَلْ رَأَوْنِي ؟ فَيَقُوْلُوْنَ : لاَ وَاللهِ مَا رَأَوْكَ . فَيَقُوْلُ : كَيْفَ لَوْ رَأوْنِي ؟! قَالَ : يقُولُونَ : لَوْ رَأوْكَ كَانُوا أَشَدَّ لَكَ عِبَادَةً ، وَأَشَدَّ لَكَ تَمْجِيداً ، وَأَكْثَرَ لَكَ تَسْبِيحاً . فَيقُولُ : فَمَاذَا يَسْأَلُونَ ؟ قَالَ : يَقُولُونَ : يَسْألُونَكَ الجَنَّةَ . قَالَ : يَقُوْلُ : وَهَلْ رَأَوْها ؟ قَالَ : يَقُوْلُوْنَ : لاَ وَاللهِ يَا رَبِّ مَا رَأَوْهَا . قَالَ : يَقُوْلُ : فَكيفَ لَوْ رَأوْهَا ؟ قَالَ : يَقُوْلُوْنَ : لَوْ أنَّهُمْ رَأوْهَا كَانُوا أشَدَّ عَلَيْهَا حِرْصاً ، وَأَشَدَّ لَهَا طَلَباً ، وَأَعْظَمَ فِيهَا رَغْبَةً . قَالَ : فَمِمَّ يَتَعَوَّذُونَ ؟ قَالَ : يَقُوْلُوْنَ : يَتَعَوَّذُونَ مِنَ النَّارِ ؛ قَالَ : فَيَقُوْلُ : وَهَلْ رَأوْهَا ؟ قَالَ : يَقُوْلُوْنَ : لاَ وَاللهِ مَا رَأوْهَا . فَيَقُولُ : كَيْفَ لَوْ رَأوْهَا ؟! قَالَ : يَقُوْلُوْنَ : لَوْ رَأوْهَا كَانُوا أَشَدَّ مِنْهَا فِرَاراً ، وَأَشَدَّ لَهَا مَخَافَةً . قَالَ : فَيَقُوْلُ : فَأُشْهِدُكُمْ أَنِّي قَدْ غَفَرْتُ لَهُم ، قَالَ : يَقُوْلُ مَلَكٌ مِنَ المَلاَئِكَةِ : فِيْهِمْ فُلاَنٌ لَيْسَ مِنْهُمْ ، إنَّمَا جَاءَ لِحَاجَةٍ ، قَالَ : هُمُ الجُلَسَاءُ لاَ يَشْقَى بِهِمْ جَلِيسُهُمْ )) . مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah memiliki malaikat yang berkeliling jalan-jalan mencari ahli dzikir. Jika mereka menemukan satu kaum yang sedang mengingat Allah, mereka berseru, ‘Marilah kalian menuju kebutuhan kalian.’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Lalu para malaikat itu mengelilingi mereka dengan sayap-sayapnya sampai langit dunia.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan, “Kemudian Rabb mereka bertanya kepada mereka,–dan Dia lebih tahu dari mereka–, ‘Apa yang dikatakan hamba-hamba-Ku?’ Mereka berkata, ‘Mereka bertasbih memahasucikan-Mu, bertakbir mengagungkan-Mu, bertahmid memuji-Mu, dan memuliakan-Mu.’ Lalu Allah berkata, ‘Apakah mereka melihat-Ku?’ Mereka menjawab, ‘Tidak, demi Allah, mereka tidak melihat-Mu.’ Allah berkata, ‘Bagaimana seandainya mereka melihat-Ku?’ Mereka menjawab, ‘Seandainya mereka melihat-Mu, pasti mereka sangat bersungguh-sungguh beribadah kepada-Mu, sangat bersungguh-sungguh memuliakan-Mu, dan lebih banyak bertasbih kepada-Mu.’”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan, “Allah berkata, ‘Lalu apa yang mereka minta kepada-Ku?’ Mereka menjawab, ‘Mereka meminta surga kepada-Mu.’ Allah berkata, ‘Apakah mereka melihat surga?’ Mereka menjawab, “Tidak, demi Allah, wahai Rabb, mereka tidak melihatnya.’ Allah berkata, ‘Bagaimana seandainya mereka melihatnya?’ Mereka menjawab, ‘Seandainya mereka melihatnya, mereka pasti sangat bersungguh-sungguh untuk mendapatkannya, sangat bersungguh-sungguh untuk memintanya, dan sangat menginginkannya.’”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Allah berkata, ‘Lalu dari apa mereka meminta perlindungan?’ Mereka menjawab, ‘Dari api neraka.’ Allah berkata, ‘Apakah mereka melihatnya?’ Mereka menjawab, ‘Tidak, demi Allah, mereka tidak melihatnya.’ Allah berkata, ‘Bagaimana seandainya mereka melihatnya?’ Mereka menjawab, ‘Seandainya mereka melihatnya, pasti mereka sangat bersungguh-sungguh lari darinya dan sangat takut kepadanya.’”
Beliau melanjutkan, “Allah berkata, ‘Maka Aku persaksikan kepada kalian sesungguhnya Aku telah mengampuni mereka.’ Salah satu malaikat pun berkata, ‘Namun, di antara mereka ada si fulan dan ia bukan bagian dari mereka. Ia datang hanya karena ada keperluan.’ Allah menjawab, ‘Mereka semua adalah teman duduk, dan tidak ada sengsara orang yang duduk bermajelis bersama dengan mereka.’” (Muttafaqun ‘alaih) (HR. Bukhari, no. 6408 dan Muslim, no. 2689)
Dari hadist diatas bahkan orang yang datang karena ada hajat tertentu bukan untuk menuntut ilmu pun mendapatkan faidah ampunan dari Allah.
مَْن سَلَكَ طَرِْيقًا َيلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ طَرِيْقًا ِإلىَ اْلجَنَّةِ
Barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga (HR Muslim).
Barakallahu fiikum.
Saturday, November 25, 2023
Tazqiyatun Nafs - Keutamaan Ilmu & Ulama - Pertemuan 1
﷽
Ustadz AHMAD BAZHER hafizahullahu ta'ala
Pembahasan Kitab: Tazqiyatun Nafs (Penyucian Jiwa Dalam Islam) - Pertemuan 1
Karya: DR AHMAD FARID hafizahullahu ta'ala.
KEUTAMAAN ILMU & ULAMA
Sabtu, 25 November 2023
11 Jumadal Ula 1445H
https://www.youtube.com/live/Yv8HiqKX7ZM?si=jaKIhI2WpEYD6Grn
Ilmu yang dimaksud adalah ilmu agama atau ilmu syar'i, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
”Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim”. (HR. Ibnu Majah. Dinilai shahih oleh Syaikh Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Ibnu Majah no. 224).
Ibnul Qayyim Al Jauzi mengatakan ada 100 lebih keutamaan mempelajari ilmu agama, dalam kitab disebutkan diantaranya :
1. Allah berfirman dalam Surah Ali Imron 18 :
شَهِدَ ٱللَّهُ أَنَّهُۥ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ وَٱلْمَلَٰٓئِكَةُ وَأُو۟لُوا۟ ٱلْعِلْمِ قَآئِمًۢا بِٱلْقِسْطِ ۚ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْحَكِيمُ
Artinya: Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Ayat diatas mengandung 4 hal mengenai keutamaan ilmu dan ulama :
a) Allah mengambil persaksian orang yang berilmu dari kalangan manusia dan tidak mengambil selainnya dari manusia.
b) Allah menggandengkan persaksian antara orang yang berilmu dan persaksian antara Allah dan para malaikat.(hal ini bermakna pentingnya hal ini).
c) Allah menjamin dan merekomendasikan(mentazkiah) tentang kesucian dan keadilan orang-orang yang berilmu.
d) Allah mengambil persaksian orang-orang yang berilmu dalam suatu perkara yang paling besar dan agung dijagat-raya ini yaitu tentang mentauhidkan Allah.
Hal ini menggambarkan pentingnya ilmu agama bagi seluruh muslim, maka hendaknya setiap orangtua memperhatikan dan mengusahakan ilmu agama pada setiap anak-anaknya.
2. Allah tidak pernah menyuruh nabinya untuk meminta tambahan mengenai hal-hal dunia, namun Allah memerintahkan nabinya untuk minta tambahan ilmu (ilmu agama), dalam surat Thaha 114 :
فَتَعَٰلَى ٱللَّهُ ٱلْمَلِكُ ٱلْحَقُّ ۗ وَلَا تَعْجَلْ بِٱلْقُرْءَانِ مِن قَبْلِ أَن يُقْضَىٰٓ إِلَيْكَ وَحْيُهُۥ ۖ وَقُل رَّبِّ زِدْنِى عِلْمًا
Artinya: Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al qur'an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan".
Diantara doa yang disunnahkan dari Rasulullah adalah :
إنِّي أَسْأَلُكَ عِلْماً نَافِعاً، وَرِزْقاً طَيِّباً، وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً
3. Dalam surat Al mujadilah ayat 11 Allah berfirman :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا۟ فِى ٱلْمَجَٰلِسِ فَٱفْسَحُوا۟ يَفْسَحِ ٱللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ ٱنشُزُوا۟ فَٱنشُزُوا۟ يَرْفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ دَرَجَٰتٍ ۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Artinya: Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Allah akan mengangkat atau meninggikan derajat orang-orang yang berilmu didunia dan diakhirat.
عن عمرَ بن الخطابِ رضي اللَّه عنهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قال : « إِنَّ اللَّه يرفَعُ بِهذَا الكتاب أَقواماً ويضَعُ بِهِ آخَرين » رَوَاهُ مُسْلِمُ
Dari Umar bin Khatab ra. Rasulullah saw. bersabda,: “Sesungguhnya Allah SWT. akan mengangkat derajat suatu kaum dengan kitab ini (Al-Qur’an), dengan dengannya pula Allah akan merendahkan kaum yang lain.” (HR. Muslim).
Dicontohkannya 2 orang terkait dengan kemuliaan ilmu agama :
a) Muhammad bin Abdurrahman Al Auqas, Qadhi di kota Mekah, terlahir memiliki kekurangan pada pundaknya yang tinggi.
b) Atha’ bin Abi Rabah, adalah seorang budak dari habasyah milik seorang wanita penduduk Makkah bernama Habibah binti Maisaroh bin Abi Hutsaim, diantara para gurunya adalah Abu Hurairah, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Zubair, dan para sahabat lainnya.
4. Allah mengkhususkan hanya orang yang berilmu yang takut kepada Allah, Allah berfirman dalam surat Fathir 28 :
وَمِنَ ٱلنَّاسِ وَٱلدَّوَآبِّ وَٱلْأَنْعَٰمِ مُخْتَلِفٌ أَلْوَٰنُهُۥ كَذَٰلِكَ ۗ إِنَّمَا يَخْشَى ٱللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ ٱلْعُلَمَٰٓؤُا۟ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ
Artinya: Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.
Abdullah ibnu Mas'ud berkata :
Cukuplah rasa takut kepada Allah itu disebut ilmu, dan cukuplah tertipu dengan tidak mengingat Allah disebut sebagai suatu kebodohan.
Imam Syafi’i memiliki nasehat berharga di mana beliau berkata,
العلم ما نفع، ليس العلم ما حفظ
“Ilmu adalah yang bermanfaat dan bukan hanya dihafalkan” (Siyar A’lamin Nubala, 10: 89).
5. Allah menyebutkan bahwa orang yang memiliki ilmu berarti telah diberikan nikmat dan kebaikan yang besar dan banyak.
Surat Al Baqarah 201 :
وَمِنْهُم مَّن يَقُولُ رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِى ٱلدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى ٱلْءَاخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ
Artinya: Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka".
Imam Hasan Al Basri menyebutkan kebaikan didunia ( فِى ٱلدُّنْيَا حَسَنَةً ) ini maknanya adalah ilmu agama yang bermanfaat dan amalan-amalan shalih(didunia).
6. Allah berfirman dalam surat Al Maidah ayat 4 :
يَسْـَٔلُونَكَ مَاذَآ أُحِلَّ لَهُمْ ۖ قُلْ أُحِلَّ لَكُمُ ٱلطَّيِّبَٰتُ ۙ وَمَا عَلَّمْتُم مِّنَ ٱلْجَوَارِحِ مُكَلِّبِينَ تُعَلِّمُونَهُنَّ مِمَّا عَلَّمَكُمُ ٱللَّهُ ۖ فَكُلُوا۟ مِمَّآ أَمْسَكْنَ عَلَيْكُمْ وَٱذْكُرُوا۟ ٱسْمَ ٱللَّهِ عَلَيْهِ ۖ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ سَرِيعُ ٱلْحِسَابِ
Artinya: Mereka menanyakan kepadamu: "Apakah yang dihalalkan bagi mereka?". Katakanlah: "Dihalalkan bagimu yang baik-baik dan (buruan yang ditangkap) oleh binatang buas yang telah kamu ajar dengan melatih nya untuk berburu; kamu mengajarnya menurut apa yang telah diajarkan Allah kepadamu. Maka makanlah dari apa yang ditangkapnya untukmu, dan sebutlah nama Allah atas binatang buas itu (waktu melepaskannya). Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah amat cepat hisab-Nya.
Dalam ayat ini Allah membedakan kedudukan seekor anjing yang dilatih dan diucapkan Bismillah saat dilepaskan berburu maka hasil buruannya menjadi halal, dan hal ini berbeda halnya dengan anjing yang tidak dilatih. Dari hal ini terlihat perbedaan hasil akibat ilmu yang diberikan pada hewan, apalagi dibandingkan dengan manusia yang memiliki ilmu agama Allah.
Dalam surat At Taubah 122 :
وَمَا كَانَ ٱلْمُؤْمِنُونَ لِيَنفِرُوا۟ كَآفَّةً ۚ فَلَوْلَا نَفَرَ مِن كُلِّ فِرْقَةٍ مِّنْهُمْ طَآئِفَةٌ لِّيَتَفَقَّهُوا۟ فِى ٱلدِّينِ وَلِيُنذِرُوا۟ قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوٓا۟ إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ
Artinya: Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.
Dalam ayat ini Allah memerintahkan adanya yang berjihad dengan fisiknya dan berjihad dengan ilmunya (menuntut ilmu). Belajar ilmu agama ini adalah termasuk berjihad dijalan Allah.
Barakallahu fiikum.
Sunday, November 12, 2023
Kekuatan Iman
﷽
Ustadz Nizar Sa'ad Jabar LC MPD
Sabtu 11 November 2023
https://www.youtube.com/live/OOteoPM6e9s?si=is8b8Dkl5_Szqy9U
Bagi mereka yang memiliki iman yang kuat, apapun yang terjadi mereka tetap bahagia, tentu hal ini sulit karena menginjak duripun kita akan menyalahkan si fulan dan fulan, inilah kekuatan iman.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
“Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR. Muslim, no. 2999)
Dalam Al Qur'an :
فَقَالُوا رَبَّنَا بَاعِدْ بَيْنَ أَسْفَارِنَا وَظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ فَجَعَلْنَاهُمْ أَحَادِيثَ وَمَزَّقْنَاهُمْ كُلَّ مُمَزَّقٍ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ
Maka mereka berkata: "Ya Tuhan kami jauhkanlah jarak perjalanan kami", dan mereka menganiaya diri mereka sendiri; maka Kami jadikan mereka buah mulut dan Kami hancurkan mereka sehancur-hancurnya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi setiap orang yang sabar lagi bersyukur. [QS Saba 19].
Setiap orang pasti akan mendapatkan nikmat dan musibah, nikmat dan musibah akan mengarah pada satu titik yaitu syukur dan sabar. Ketika mendapatkan nikmat kita memiliki kewajiban untuk bersabar dan bersyukur, bersabar adalah dengan menjaga tidak melakukan maksiat agar nikmat itu tidak hilang, sedangkan bersyukur adalah memanfaatkan nikmat untuk mendapatkan nikmat yang lain dengan memanfaatkan nikmat untuk beribadah kepada Allah.
Ketika mendapatkan musibah level paling rendah adalah ridho dan diam inilah bentuk bersabar ketika tertimpa musibah, kemudian level selanjutnya tertimpa musibah dan bersyukur, kita dapat melaksanakan kewajiban beribadah dalam keadaan susah maupun senang, dan melakukan ibadah dalam keadaan mendapatkan musibah adalah salah satu bentuk bersyukur.
Dari Ma’qal bin Yasar Radhiallahu ‘anhu secara marfu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam,
أفضل الإيمان الصبر والسماحة
“Sebaik-baik iman adalah sabar dan as-samahah.” (HR. Ad-Dailami [1/1/128], Abdullah bin Ahmad dalam Az Zuhd [10], disahihkan Al-Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah [1495]).
Sabar itu menahan diri dari berbuat maksiat,
As-samahah itu maknanya tetap melaksanakan perintah Allah.
وَمَنْ يَسْتَعْفِفْ يُعِفَّهُ اللَّهُ ، وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللَّهُ ، وَمَنْ يَتَصَبَّرْ يُصَبِّرْهُ اللَّهُ ، وَمَا أُعْطِيَ أَحَدٌ عَطَاءً خَيْرًا وَأَوْسَعَ مِنْ الصَّبْرِ
Artinya: "Barangsiapa yang berusaha menjaga diri, maka Allah menjaganya, barangsiapa yang berusaha merasa cukup, maka Allah mencukupinya. Barangsiapa yang berusaha bersabar, maka Allah akan menjadikannya bisa bersabar dan tidak ada seorang pun yang dianugerahi sesuatu yang melebihi kesabaran." (HR Bukhari No 1469).
Kiat untuk mendapatkan kedudukan iman yang tinggi yaitu dengan cara berdoa, diantara doa yang diajarkan Rasulullah pada Mu'adz bin Jabal :
عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ رضي الله عنه أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخَذَ بِيَدِهِ وَقَالَ: يَا مُعَاذُ ! وَاللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّكَ، فَقَالَ : أُوصِيكَ يَا مُعَاذُ لَا تَدَعَنَّ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ تَقُولُ : اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
Artinya: "Dari Mu'adz bin Jabal radliyallahu anhu, sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengambil tangannya, lalu bersabda, ’Hai Muadz, demi Allah, sesungguhnya aku mencintaimu.’
Setelah mengatakan demikian, Rasulullah bersabda kembali, ‘Aku berpesan kepadamu, wahai Mu'adz: Jangan sampai kamu meninggalkan setiap melaksanakan shalat :
اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
Artinya: 'Ya Allah, semoga Engkau memberi pertolongan kepada kami untuk bisa selalu ingat (dzikir) kepada-Mu, syukur kepada-Mu, dan beribadah dengan baik kepada-Mu’." (Al-Hâfidz Abȗ Dâwud bin al-Asy'ats al-Azdiy as-Sijistâniy, Sunan Abî Dâwud, Dârur Risâlah al-Alamiyyah, Beirut, 2009, juz 2, halaman 631).
Al Aziz adalah nama Allah, pada nama Allah melekat sifat izzah didalamnya ( setiap nama-nama Allah adalah Husna / baik dan memiliki sifat yang melekat pada nama tersebut), yang artinya tidak ada yang dapat menghalangi atau mencegah apa yang Allah tentukan, dan setiap keputusan Allah adalah yang terbaik.
Kesabaran nabi Yusuf saat digoda oleh istri Raja lebih afdhal dan mulia dibandingkan kesabaran nabi Yusuf saat dilemparkan kedalam sumur oleh saudara-saudaranya, karena saat digoda oleh istri Raja nabi Yusuf memilih untuk bersabar tidak mau berbuat maksiat pada Allah.
Inilah yang disebut sebagai kekuatan iman, dan inilah yang menjadikan iman semakin kuat, yaitu bersyukur dalam kaitan ketaatan pada Allah dan bersabar dari berbuat maksiat pada Allah.
Thursday, October 26, 2023
SSH error no matching host key type found
﷽
Have you ever encountered difficulties accessing the SSH service from your Linux operating system to a PaloAlto Network device (Next Generation Firewall) with an error message similar to the following ? :
Unable to negotiate with 17.XX.XX.X.5 port 22: no matching host key type found. Their offer: ssh-rsa
This issue can be easily resolved by adding the appropriate host key algorithms parameter to the SSH client configuration as follows:
$ sudo echo "HostKeyAlgorithms +ssh-rsa" >> ~/.ssh/config
After adding the above configuration, please try accessing the SSH service again
Barakallahu fiikum.
40 Hadist Seputar Keluarga Samawa (Bagian 3)
﷽ Ustadz Yusuf Abu Ubaidah As-Sidawi hafizahullohuta'ala Masjid Al-Aziz Jl. Soekarno Hatta No. 662 Bandung Hadist 11 : Doa Orangtua Bu...
-
﷽ This is just a 5 minutes article on howto install Anydesk on Debian based Linux (Kali/Parrot/Ubuntu). # Update and preparation : $ s...
-
﷽ Walkthrough WebGoat Assignment Crypto Basics #8 : First run the docker as requested : docker run -d webgoat/assignments:findthesecret ...