Wednesday, February 28, 2018

Catatan HSI - Belajar Tauhid - Si1.H08




Bertabaruk atau Mencari Barokah


Barokah adalah banyaknya kebaikan dan langgengnya, Allah Subhanahu wa Ta'ala adalah dzat yang berbarokah, artinya dzat yang banyak kebaikannya, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman “Dialah Allah yang banyak barokahnya, Rabb semesta alam” surat Al A’rraf ayat ke 54, Allah jugalah dzat yang memberikan kebaikan atau keberkahan kepada sebagian mahluknya, sehingga mahluk tersebut menjadi mahluk yang berbarokah dan banyak kebaikannya. 

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman “sesunguhnya rumah yang pertama yang diletakkan bagi manusia untuk beribadah adalah rumah yang ada di mekkah yang berbarokah dan petunjuk bagi seluruh alam” surat Al Imron ayat ke 96, Ka’bah diberikan barokah oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dan cara  mendapatkan barokahnya adalah dengan melakukan 
ibadah disana, Allah Subhanahu wa Ta'ala juga berfirman “sesungguhnya kami telah menurunkannya yaitu Al Quran pada malam yang berbarokah, sesungguhnya kami memberi peringatan” surat Ad Dukhan ayat yang ke 3.

Malam Lailatul Qadar adalah malam yang berbarokah cara mendapatkan barokah dan kebaikannya adalah dengan melakukan ibadah dimalam tersebut, seorang ulama berbarokah dengan ilmunya dan dakwahnya, cara mendapatkan berkahnya dan kebaikannya adalah dengan menimba ilmu darinya, disana ada barokah yang sifatnya dzatiah yaitu dzatnya yang berbarokah, dimana barokah seperti ini bisa berpindah, barokah jenis ini hanya Allah Subhanahu wa Ta'ala berikan kepada para nabi dan rasul, oleh karena itu dahulu para sahabat Nabi Shalallahu Alaihi Wassalam bertabaruk dengan bekas air wudhu beliau, rambut beliau keringat beliau dan lain-lain.

Sepeninggal Beliau Shalallahu Alaihi Wassalam mereka tidak melakukannya terhadap Abu Bakar dan Umar dan para sahabat mulia yang lain, hal itu menunjukkan bahwa ini adalah kekhususan para Nabi dan Rasul, meminta barokah hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan cara yang disyariatkan, adapun meminta barokah pada Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan sebab yang tidak disyariatkan seperti mengusap dinding masjid tertentu, atau mengambil tanah kuburan tertentu dan lain-lain, maka ini termasuk syirik kecil.    

Tuesday, February 27, 2018

Catatan HSI - Belajar Tauhid - Si1.H07




Allah Subhanahu wa Ta'ala adalah dzat yang memberikan manfaat atau mudharat, kalau Allah menghendaki memberikan manfaat kepada seseorang maka tidakakan ada yang bisa mencegahnya, demikian juga sebaliknya apabila Allah menghendaki untuk menimpakan musibah kepada seseorang maka tidak akan ada yang bisa menolaknya, keyakinan tersebut melazimkan kita sebagai seorang muslim untuk hanya bergantung kepada Alah Subhanahu wa Ta'ala semata, dan merasa cukup dengan Allah, didalam usaha mendapatkan manfaat dan menghindari mudharat, seperti didalam mencari rejeki, mencari keselamatan, kesembuhan dari penyakit dan lain lain, serta tidak bergantung sekali-kali kepada benda-benda yang dikeramatkan seperti jimat, wafaq, susuk dan yang sejenisnya.

Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam mengingatkan “barang siapa yang menggantungkan tamimah yaitu jimat dan yang semisalnya maka sungguh dia telah berbuat syirik” hadist riwayat Ahmad dan di shahihkan syekh Al Albani rahimahullah, apabila seseorang meyakini bahwa barang tersebut adalah sebab saja, maka hal itu termasuk syirik kecil, karena dia telah menjadikan sesuatu yang bukan sebab sebagai sebab, padahal yang berhak menentukan sesuatu sebagai sebab ataukah tidak adalah dzat yang menciptakannya yaitu Allah.

Perlu diketahui bahwa dosa syirik kecil tidak bisa disepelekan, karena dosa syirik kecil tetap lebih besar daripada dosa-dosa besar seperti dosa zina, dosa membunuh dan lain lain, kemudian apabila seseorang meyakini bahwa barang tersebut dengan sendirinya memberikan manfaat dan memberikan mudharat maka hal itu termasuk syirik besar yang mengeluarkan seseorang dari islam. 

Monday, February 26, 2018

Catatan HSI - Belajar Tauhid - Si1.H06




Apa itu Tauhid


Tauhid secara bahasa adalah meng-esakan, adapun secara istilah tauhid adalah meng-esakan Allah didalam beribadah, seseorang tidak dinamakan bertauhid sehingga meninggalkan peribadatan kepada selain Allah Subhanahu wa Ta'ala, seperti berdoa kepada selain Allah, bernadzar untuk Allah, menyembelih untuk selain Allah dan lain-lain, apabila seseorang beribadah kepada Allah dan menyerahkan sebagian ibadah kepada selain Allah, siapapun dia baik kepada seorang nabi, malaikat atau selainnya maka inilah yang dinamakan syirik, yaitu menyekutukan Allah didalam beribadah.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman “dan ingatlah ketika ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kalian sembah, kecuali dari zat yang telah menciptakanku” surat Az Zukhruf ayat 26-27, Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda “barangsiapa yang mengatakan Laa illaha ilallah, dan mengingkari segala sesuatu yang disembah selain Allah, maka haram harta dan darahnya yaitu tidak boleh diganggu dan perhitungannya atas Allah” hadist riwayat Muslim. 

Oleh karena itu rukun kalimat tauhid Laa illaha ilallah ada dua yaitu sebagai berikut :
  1. Nafi atau pengingkaran, yaitu pada kalimat Laa illaha, yang artinya tidak ada tuhan yang berhak disembah, ini adalah kalimat pengingkaran yakni mengingkari tuhan-tuhan selain Allah Subhanahu wa Ta'ala.
  2. Itsbats yaitu penetapan, pada kalimat ilallah yang artinya kecuali Allah, ini adalah kalimat penetapan yakni menetapkan Allah Subhanahu wa Ta'ala sebagai satu-satunya sesembahan.


Friday, February 23, 2018

Catatan HSI - Belajar Tauhid - Si1.H05




Taubat Dari Kesyirikan


Orang yang berbuat syirik dan meninggal dunia tanpa bertaubat kepada Allah, maka dosa syiriknya tidak akan diampuni, namun apabila dia bertaubat sebelum meninggal maka Allah akan mengampuni dosanya bagaimanapun besar dosa tersebut, taubat nasuha adalah taubat yang terpenuhi didalamnya tiga syarat berikut :
1. Menyesal
2. Meninggalkan perbuatan tersebut.
3. Bertekad kuat untuk tidak mengulangi lagi.

Allahu Subhanahu wa Ta'ala berfirman “katakanlah wahai hamba-hambaku yang telah melampaui batas terhadap dirinya sendiri dengan berbuat dosa janganlah berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya Allah mengampuni dosa semuanya, sesungguhnya  Dia maha pengampun lagi maha penyayang” surat Az Zumar ayat ke 53, Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda “sesungguhnya Allah menerima taubat seorang hamba selama ruh belum sampai ke tenggorokan” hadist riwayat At-Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Abdullah Ibnu Umar Radhiallahuanhuma dan dihasankan oleh Syaikh Al Albani rahimahullah.

Para sahabat Nabi Shalallahu Alaihi Wassalam tidak semuanya lahir dalam keadaan islam, bahkan banyak diantara mereka yang masuk islam ketika sudah besar dan sebelumnya bergelimang dengan kesyirikan, supaya tidak terjerumus kembali dalam ksesyirikan maka seseorang harus mempelajari tauhid dan memahaminya dengan baik, serta mengetahui jenis-jenis kesyirikan  sehingga bisa menjauhinya.

Thursday, February 22, 2018

Catatan HSI - Belajar Tauhid - Si1.H04




Syirik Membatalkan Amal


Pernahkah anda kehilangan file data berharga hasil kerja keras anda selama berhari-hari atau berbulan-bulan atau bertahun-tahun ? bagaimanakah perasaan anda saat itu ? sedih bukan ? terkadang seseorang untuk berani membayar jutaan rupiah asal file tersebut kembali. Syirik adalah dosa besar, yang bisa membatalkan amal seseorang.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman “dan sungguh-sungguh telah diwahyukan kepadamu wahai Muhammad dan orang-orang sebelummu, bahwa apabila kamu berbuat syirik maka sungguh akan batal amalanmu dan jadilah kamu termasuk orang-orang yang merugi maka sembahlah Allah saja dan jadilah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur” Az Zumar 65-66, didalam ayat ini disebutkan seorang Nabi pun akan batal amalannya apabila dia berbuat syirik, oleh karena itu jagalah amalan yang sudah anda tabung bertahun-tahun jangan biarkan amalan anda hilang begitu saja karena kejahilan anda terhadap tauhid dan syirik.
Terkadang sebuah perbuatan yang kita anggap biasa bisa menghancurkan amalan sebesar gunung dan belum tentu ada waktu lagi menabung kembali.

Wednesday, February 21, 2018

Catatan HSI - Belajar Tauhid - Si1.H03




Bahaya Kesyirikan


Tauhid adalah amalan yang paling Allah cintai, sebaliknya syirik yaitu menyekutukan Allah didalam beribadah adalah amalan yang sangat Allah murkai, Allah Subhanahu wa Ta'ala memang maha pengampun akan tetapi apabila seseorang meninggal dunia dalam keadaan berbuat syirik besar kepada Allah, maka Allah tidak akan mengampuni dosa syirik tersebut, akibatnya dia kekal didalam neraka selama-lamanya dan tidak ada harapan baginya untuk masuk kedalam surga Allah Azawajala, dan sungguh ini adalah kerugian yang tidak ada kerugian yang lebih besar daripada kerugian tersebut. 

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman “sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik dan mengampuni dosa yang lain bagi siapa yang dikehendaki” surat An Nisa ayat yang ke 48. Allah Subhanahu wa Ta'ala juga berfirman “sessungguhnya barangsiapa yang menyekutukan Allah, Allah mengharamkan baginya surga, dan tempat kembalinya adalah neraka dan tidak ada penolong bagi orang orang-orang yang dzolim” surat Al Maidah ayat ke 72.

Oleh karena itu berhati-hatilah terhadap dosa yang satu ini, terkadang seseorang terjerumus kedalamnya sedangkan dia tidak menyadarinya, bentengi diri dengan perisai ilmu agama, belajarlah dan berdoalah kepada Allah dengan sejujur-jujurnya, semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala melindungi kita dan keluarga kita dari perbuatan syirik.  

x

Tuesday, February 20, 2018

Sayyidul istighfar

Dzikir sayyidul istighfar disebutkan dalam hadis dari Syaddad bin Aus Radhiyallahu anhu, dimana Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya Sayidul Istighfâr (pemimpin istighfar) adalah seseorang hamba mengucapkan,
اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ ، لَا إِلٰـهَ إِلاَّ أَنْتَ خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمتِكَ عَلَيَّ ، وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ ، فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أَنْتَ
ALLAHUMMA ANTA RABBII LÂ ILÂHA ILLÂ ANTA KHALAQTANII WA ANA ‘ABDUKA WA ANA ‘ALA ‘AHDIKA WA WA’DIKA MASTATHA’TU A’ÛDZU BIKA MIN SYARRI MÂ SHANA’TU ABÛ`U LAKA BINI’MATIKA ‘ALAYYA WA ABÛ`U BIDZANBII FAGHFIRLÎ FA INNAHU LÂ YAGHFIRU ADZ DZUNÛBA ILLÂ ANTA
(Ya Allâh, Engkau adalah Rabbku, tidak ada Ilah yang berhak diibadahi dengan benar selain Engkau. Engkau yang menciptakan aku dan aku adalah hamba-Mu. Aku menetapi perjanjian untuk taat kepada-Mu dan janji balasan-Mu sesuai dengan kemampuanku. Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan perbuatanku, aku mengakui nikmat-Mu kepadaku dan aku mengakui dosaku kepada-Mu, maka ampunilah aku. Sebab tidak ada yang dapat mengampuni dosa selain Engkau).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, menyebutkan keutamaan sayyidul istighfar,
مَنْ قَالَهَا مِنَ النَّهَارِ مُوْقِنًا بِهَا ، فَمَـاتَ مِنْ يوْمِهِ قَبْل أَنْ يُمْسِيَ ، فَهُو مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ ، وَمَنْ قَالَهَا مِنَ اللَّيْلِ وَهُوَ مُوْقِنٌ بِهَا فَمَاتَ قَبْلَ أَنْ يُصْبِحَ ، فَهُوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ
“Barangsiapa mengucapkannya di waktu siang dengan penuh keyakinan lalu meninggal pada hari itu sebelum waktu sore, maka ia termasuk penghuni surga. Barangsiapa membacanya di waktu malam dengan penuh keyakinan lalu meninggal sebelum masuk waktu pagi, maka ia termasuk penghuni surga. (Muttafaq alaih).

Read more https://konsultasisyariah.com/31223-inilah-istighfar-terbaik.html

Catatan HSI - Belajar Tauhid - Si1.H02




Tauhid Syarat Mutlak Masuk Surga


Saadaraku, orang yang menginginkan memiliki kebahagiaan disurga maka dia harus memiliki modal yang satu ini yaitu tauhid, tidak akan masuk surga kecuali orang orang yang bertauhid, orang yang bertauhid pasti akan masuk surga meskipun mungkin sebelumnya dia diadzab terlebih dahulu didalam neraka kerena dosa-dosa yang pernah dia lakukan didunia.

Nabi Shalallahulaihiwassalam bersabda “Barangsiapa yang bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah saja, tidak ada sekutu baginya dan bersaksi bahwa Muhammad adalah hambanya dan rasulnya dan bahwasannya Isa adalah hamba Allah dan rasulnya dan kalimatnya yang dia tiupkan kepada Maryam, dan ruh darinya dan dia bersaksi bahwa surga benar adanya, dan neraka benar adanya, maka Allah akan memasukkannya kedalam surga bagaimanapun amalan yang telah dia amalkan“ hadist riwayat Al-Bukhari dan Muslim. 

Didalam hadist yang lain Nabi Shalallahulaihiwassalam bersabda “maka sesungguhnya  Allah telah mengharamkan neraka bagi orang orang yang mengatakan Laailahaillallah yang mengharap dengannya wajah Allah” hadist riwayat Al-Bukhari dan Muslim, oleh karena itu tidak heran jika prioritas dakwah para rasul dan orang-orang yang mengikuti mereka adalah tauhid.

Monday, February 19, 2018

Catatan HSI - Belajar Tauhid - Si1.H01





Mengapa Kita Wajib Belajar Tauhid

Belajar tauhid merupakan kewajiban setiap muslim baik laki-laki maupun wanita, karena Allah Subhanahu wa Ta'ala menciptakan manusia dan jin yaitu hanya untuk bertauhid, yaitu mengesakan ibadah kepada Allah, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman “dan tidaklah aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaku” QS. Ad Dzariyat 56. 

Oleh karena itu Allah Subhanahu wa Ta'ala mengutus para rasul kepada setiap umat, tujuannya adalah untuk mengajak mereka kepada tauhid, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman “dan sungguh telah kami utus kepada setiap umat seorang rasul yang berkata kepada kaumnya : sembahlah Allah dan jauhilah taghut” QS. An Nahl 36.

Makna at-taghut adalah segala sesembahan selain Allah Subhanahu wa Ta'ala, oleh karena itu seorang muslim yang tidak memahami tauhid yang merupakan inti ajaran islam, maka sebenarnya dia tidak memahami agamanya meskipun telah mengaku mempelajari ilmu yang banyak.  

Friday, February 16, 2018

Catatan HSI - Pengagungan Terhadap Ilmu - H05




17. Membela ilmu dan menolongnya.

Ilmu memiliki kehormatan yang mengharuskan penuntutnya dan ahlinya untuk membela dan menolongnya, bila ada yang berusaha untuk merusaknya, oleh karena itu para ulama membantah orang yang menyimpang, bila jelas penyimpangannya dari syariat siapapun dia, yang demikian untuk menjaga agama dan menasihati kaum muslimin, mereka memboikot seorang mubtadi’ yaitu seorang yang membuat bid’ah didalam agama, tidak mengambil ilmu dari mereka kecuali dalam keadaan terpaksa dan lain lain. Semuanya dilakukan untuk menjaga ilmu dan membelanya.


18. Berhati hati dalam bertanya kepada para ulama.

Seorang penuntut ilmu hendaknya memperhatikan 4 perkara didalam bertanya :
  1. Bertanya untuk belajar, bukan ingin beradu argumen, karena orang yang niatnya tidak baik didalam bertanya akan dijauhkan dari berkah ilmu itu sendiri.
  2. Bertanya tentang sesuatu yang bermanfaat.
  3. Melihat keadaan gurunya, tidak bertanya pada seorang guru apabila guru dalam keadaan tidak kondusif untuk menjawab pertanyaan.
  4. Memperbaiki cara bertanya, seperti menggunakan kata-kata yang baik mendoakan untuk sang guru sebelum bertanya, menggunakan panggilan penghormatan dan lain-lain.



19. Cinta yang sangat kepada ilmu.

Tidak mungkin seseorang mencapai derajat ilmu, kecuali apabila kelezatan dia yang paling besar ada didalam ilmu, dan kelezatan ilmu bisa didapatkan dengan 3 perkara :
1. Mengeluarkan segenap tenaganya dan kesungguhannya untuk belajar.
2. Kejujuran didalam belajar.
3. Keikhlasan niat.

20. Menjaga waktu didalam ilmu.

Seorang penuntut ilmu tidak menyianyiakan waktunya sedikitpun, menggunakan waktu untuk ibadah dan mendahulukan yang afdhol diantara amalan-amalan, sebagian salaf dahulu ada yang muridnya membaca kitab kepada beliau, sedangkan beliau dalam keadaan makan, yang demikian adalah untuk menjaga waktunya jangan sampai tersia-sia dari menuntut ilmu.

Thursday, February 15, 2018

Catatan HSI - Pengagungan Terhadap Ilmu - H04




13. Berusaha keras didalam menghapal ilmu, bermudzakaroh dan bertanya.

Belajar dari seorang guru tidak banyak manfaatnya jika tidak menghafal, bermudzakaroh dan bertanya. Menghafal berkaitan dengan diri sendiri, bermudzakaroh adalah mengulang kembali bersama teman dan bertanya maksudnya adalah bertanya kepada sang guru, berkata Syekh Utsaimin Rahimahullah “kami menghafal sedikit dan membaca banyak maka kami mengambil manfaat dari apa yang kami hafal lebih banyak daripada apa yang kami baca”, dan dengan mudzakaroh akan hidup ilmu didalam jiwa, dan dengan bertanya akan terbuka perbendaharaan ilmu.

14. Menghormati ahli ilmu.

Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda “Bukan termasuk umatku orang yang tidak menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda, dan mengetahui hak bagi seorang alim” hadist hasan diriwayatkan oleh Imam Ahmad didalam musnad beliau, maka seorang murid harus memiliki rasa tawadhu kepada gurunya, menghadap beliau tidak menoleh, menjaga adab berbicara, tidak berlebih-lebihan didalam memuji beliau, mendoakan beliau, mengucapkan terima kasih kepada beliau atas pengajaran beliau, menampakkan rasa butuhnya terhadap ilmu beliau, tidak menyakiti beliau dengan ucapan dan perbuatan, serta berlemah lembut ketika mengingatkan kesalahan beliau, disana ada 6 perkara yang harus dia jaga apabila melihat kesalahan seorang guru :
1. Meneliti terlebih dahulu apakah benar kesalahan tersebut keluar dari seorang guru.
2. Meneliti apakah itu memang sebuah kesalahan, dan ini adalah tugas ahlul ilmi.
3. Tidak boleh mengikuti kesalahan tersebut.
4. Memberikan udzur kepada sang guru dengan alasan yang benar.
5. Memberikan nasihat dengan lembut dan rahasia.
6. Menjaga kehormatan seorang guru dihadapan kaum muslimin yang lain.

15. Mengembalikan sebuah permasalahan kepada ahlinya.

Orang yang mengagungkan ilmu mengembalikan sebuah permasalahan kepada ahli ilmu, dan tidak memaksakan dirinya atas sesuatu yang dia tidak mampu, karena dikhawatirkan takut berbicara tanpa ilmu khususnya peristiwa-peristiwa yang besar yang terjadi yang berkaitan dengan urusan ummat dan orang banyak, mereka para ulama memiliki ilmu dan pengalaman maka hendaklah kita khusnudzan kepada mereka, dan apabila ulama berselisih maka lebih hati-hatinya seseorang mengambil ucapan mayoritas mereka.

16. Menghormati majelis ilmu dan kitab.

Hendaklah beradab ketika bermajelis, melihat kepada gurunya dan tidak menoleh tanpa keperluan, tidak banyak bergerak dan memainkan tangan dan kakinya, tidak bersandar dihadapan seorang guru, tidak bersandar dengan tangannya, tidak berbicara dengan orang yang ada disampingnya, dan apabila bersin berusaha untuk merendahkan suaranya, apabila menguap berusaha untuk meredamnya atau menutup dengan mulutnya, dan hendaknya juga menjaga kitab dan memuliakannya, tidak menjadikan kitab sebagai tempat simpanan, tidak bersandar diatas kitab, tidak meletakkan kitab dikakinya, dan apabila dia membaca kitab dihadapan seorang guru hendaklah dia mengangkat kitab tersebut dan tidak meletakkan kitab tersebut ditanah.

Wednesday, February 14, 2018

Catatan HSI - Pengagungan Terhadap Ilmu - H03




9. Sabar dalam menuntut ilmu dan menyampaikan ilmu.

Menghafal membutuhkan kesabaran, memahami membutuhkan kesabaran, menghadiri majelis ilmu membutuhkan kesabaran, demikian pula menjaga hak seorang guru membutuhkan kesabaran, berkata Yahya Ibnu Abi Katsirin “tidak didapatkan ilmu dengan badan yang berleha leha”, demikian pula menyampaikan dan mengajarkan perlu kesabaran, duduk bersama para penuntu ilmu perlu kesabaran, dan memahamkan mereka perlu kesabaran demikian pula menghadapi kesalahan-kesalahan mereka perlu kesabaran.

10. Memperhatikan adab-adab ilmu.

Ilmu yang bermanfaat didapatkan diantaranya dengan memperhatikan adab, dan adab disini mencakup adab terhadap diri didalam pelajaran, adab terhadap guru dan teman dan lain-lain, orang yang beradab didalam ilmu berarti dia mengagungkan ilmu maka dia dipandang sebagai seorang yang berhak mendapatkan ilmu tersebut, adapun orang yang tidak beradab maka dikhawatirkan ilmu akan sia-sia bila disampaikan kepadanya, berkata Ibnu Sirin “dahulu mereka mempelajari adab sebagaimana mereka mempelajari ilmu” bahkan sebagian salaf mendahulukan mempelajari adab
sebelum mempelajari ilmu, dan banyak diantara penuntut ilmu yang tidak mendapatkan ilmu karena dia menyianyiakan adab.

11. Menjaga ilmu dari apa yang menjelekkannya.

Hendaknya seorang penuntut ilmu menjaga wibawanya, karena apabila dia melakukan sesuatu yang merusak wibawanya sebagai seorang penuntut ilmu berarti dia telah merendahkan ilmu, seperti terlalu banyak menoleh dijalan, berteman akrab dengan orang orang fasik dan lain lain.

12. Memilih teman yang sholeh.

Seorang penuntut ilmu perlu teman yang membantu untuk mendapatkan ilmu dan bersungguh-sungguh, teman yang tidak baik akan memberi pengaruh yang tidak baik, Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda “Seseorang berada diatas  agama teman akrabnya, maka hendaklah salah seseorang diantara kalian melihat dengan siapa dia berteman akrab” hadist hasan diriwayatkan oleh Abu Dawud dan At Tirmidzi.

Tuesday, February 13, 2018

Catatan HSI - Pengagungan Terhadap Ilmu - H02




5. Menempuh jalan yang benar dalam menuntut ilmu agama

Orang yang salah cara didalam menuntut ilmu, maka ia tidak akan mendapatkan keinginannya atau mendapatkan 
sedikit disertai rasa lelah yang sangat. Dan cara yang benar didalam mempelajari satu cabang ilmu :
1. Dengan menghafal sebuah matan kitab yang menyeluruh dan dia mengumpulkan perkara-perkara yang rajih atau yang dikuatkan menurut para ulama dibidang tersebut.
2. Mempelajari ilmu tersebut dari seorang yang ahli, yang bisa dijadikan teladan dan dia mampu mengajar.

6. Mendahulukan ilmu yang paling penting kemudian yang setelahnya dan setelahnya.

Dan ilmu yang paling penting adalah ilmu yang berkaitan dengan ibadah seseorang kepada Allah, dan ilmu yang paling penting adalah ilmu yang berkaitan dengan ubudiyah seseorang kepada Allah Aza wa jalla seperti ilmu akidah kemudian tata cara wudhu, tata cara sholat dan lain lain.

7. Bersegera untuk mendapatkan ilmu dan memanfaatkan waktu muda.

Karena waktu muda waktu yang emas untuk mempelajari ilmu agama, berkata Al Hasan Al Basri rahimahullah “Menuntut ilmu di waktu kecil seperti mengukir di batu”, adapun apabila sudah tua maka kebanyakan manusia memiliki banyak kesibukan pikiran dan memiliki banyak koneksi, kalau ia bisa mengatasi itu semua maka ia insyaAllah akan mendapatkan ilmu. Para sahabat Nabi Shalallahu Alaihi Wassalam dahulu mempelajari agama dan mereka sudah berumur.

8. Pelan pelan didalam menuntut ilmu.

Karena menuntut ilmu tidak bisa dilakukan serta merta sekali jalan, tetapi diambil ilmu secara pelan-pelan dengan memulai kitab-kitab yang ringkas, menghafal dan memahami maknanya, dan jangan kita memulai menuntut ilmu dengan membaca kitab-kitab yang panjang 


Monday, February 12, 2018

Catatan HSI - Pengagungan Terhadap Ilmu - H01




Syekh Dr Shaalih Bin Abdullah bin Hamd Al Ushoimiy Hafidzahullah didalam mukadimah kitab beliau “Khulasatu Ta’dzimil Ilm” bahwa Banyak sedikitnya ilmu seseorang adalah sesuai dengan pengagungan dia terhadap ilmu itu sendiri, barang siapa hatinya penuh dengan pengagungan terhadap ilmu, maka hati tersebut pantas menjadi tempat bagi ilmu tersebut, sebaliknya barangsiapa yang berkurang pengagungannnya terhadap ilmu maka akan semakin berkurang bagiannya. Kemudian beliau menyebutkan 20 perkara yang merupakan bentuk pengagungan terhadap ilmu :

1. Membersihkan tempat ilmu yaitu hati.

Diantara bentuk pengagungan terhadap ilmu adalah membersihkan tempat ilmu, apabila hati kita bersih maka ilmu akan berkenan masuk dan semakin bersih maka semakin mudah menerima ilmu tersebut, dan hal yang mengotori hati dan menjadikan ilmu sulit masuk adalah kotoran syahwat dan syubhat.

2. Mengikhlaskan niat karena Allah didalam menuntutnya.

Sesuai dengan keikhlasan seseorang maka dia akan mendapatkan ilmu. Niat yang ikhlas dalam menuntu ilmu adalah apabila niatnya :
1. Mengangkat kebodohan dari diri sendiri.
2. Mengangkat kebodohan dari orang lain.
3. Menghidupkan ilmu dan mejaganya.
4. Mengamalkan ilmu.

3. Mengumpulkan tekad untuk menuntutnya dan meminta pertolongan pada Allah dan tidak merasa lemah.

Bersungguh-sungguhlah pada perkara-perkara yang bermanfaat bagimu, mintalah pertolongan kepada Allah dan janganlah kamu bersikap lemah.(HR. Ahmad 9026, Muslim 6945)

Imam Ahmad bin Hambal pergi menghadiri majelis ilmu pada gurunya sebelum datang waktu subuh. Sebagian yang lain membaca Shahih Bukhari dalam 3 pertemuan (3 halaqah ilmu), ini menunjukkan semangat para pendahulu dalam menuntut ilmu.

4. Memusatkan semangat untuk mempelajari Al Quran dan Al Hadist.

Karena Al Quran dan Al Hadist adalah sumber ilmu itu sendiri.

40 Hadist Seputar Keluarga Samawa (Bagian 3)

 ﷽ Ustadz Yusuf Abu Ubaidah As-Sidawi hafizahullohuta'ala Masjid Al-Aziz  Jl. Soekarno Hatta No. 662 Bandung Hadist 11 : Doa Orangtua Bu...