Thursday, July 3, 2025

Tawassul & Syafaah

 ﷽

📗 Kitab Mukhtashar Aqidah Islamiyyah minal Kitāb was-Sunnah ash-Ṣaḥīḥah

Ustadz Abdullah Amir Maretan حفظه الله

https://www.youtube.com/live/y1mljKOm5oI?si=yNHC9I4aNfF48nR6

🏠 Masjid Al-Aziz
📍 Jl. Soekarno Hatta No. 662, Bandung

Syafā‘at adalah pertolongan agung yang kelak diberikan kepada sebagian hamba di hari kiamat, hanya dengan izin Allah. Sebuah keutamaan besar yang menunjukkan keluasan rahmat-Nya bagi mereka yang menjaga tauhid dan istiqamah di atas ketaatan. Mari pelajari hakikat syafā‘at, syarat-syaratnya, dan bagaimana meraih sebab-sebabnya.

Didalam kitab dipertanyakan apa yang dimaksud dengan Wasitatu Rasul - وسيط الرسول ? Rasul sebagai perantara disini dengan cara :

Dengan cara At Tabligh, dengan cara menyampaikan apa yang diturunkan Allah kepada Rasulullah dan hamba-nya. Dalilnya surah Al-Ma’idah (5): 67

يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ ۖ

Wahai Rasul! Sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu.
Agama ini telah sempurna karena Rasulullah telah menyampaikan seluruh syariat yang Allah turunkan, dalilnya :

Hadist :

 أَلَا هَلْ بَلَّغْتُ؟
اللَّهُمَّ فَاشْهَدْ

“Ketahuilah, sudahkah aku menyampaikan (risalah)?”
“Ya Allah, saksikanlah!”
(HR. Al-Bukhari, no. 1623, HR. Muslim, no. 1218)

Surah Al-Ma'idah (5): 3

... ٱلْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِى وَرَضِيتُ لَكُمُ ٱلْإِسْلَٰمَ دِينًۭا ...

"... Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu ..."

Rasulullah memiliki 2 syafaat :
1. Syafaat Dunyawiyah, syafaat yang Nabi berikan saat beliau masih hidup, contohnya pada sahabiyyah Barirah dan suaminya.
2. Syafaat Ukhrowiyah, syafaat ini yang kita mohonkan pada Allah di akhirat kelak. Dalilnya Surah Az-Zumar ayat 44

قُل لِّلَّهِ ٱلشَّفَـٰعَةُ جَمِيعًۭا ۖ

"Katakanlah: 'Hanya milik Allah segala syafaat.'"

Hadits riwayat al-Bukhari no. 7439

مَنْ قَالَ حِينَ يَسْمَعُ ٱلنِّدَاءَ: اللَّهُمَّ رَبَّ هَذِهِ ٱلدَّعْوَةِ ٱلتَّامَّةِ، وَٱلصَّلَاةِ ٱلْقَائِمَةِ، آتِ مُحَمَّدًا ٱلْوَسِيلَةَ وَٱلْفَضِيلَةَ، وَٱبْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُودًا ٱلَّذِي وَعَدْتَهُ، حَلَّتْ لَهُ شَفَاعَتِي يَوْمَ ٱلْقِيَامَةِ.

"Barang siapa yang mengucapkan (doa) ketika mendengar azan: 'Ya Allah, Tuhan pemilik seruan yang sempurna ini dan shalat yang ditegakkan, berikanlah kepada Muhammad wasilah (kedudukan di surga) dan keutamaan, dan bangkitkanlah dia pada tempat terpuji yang telah Engkau janjikan', maka ia akan mendapatkan syafaatku pada hari kiamat."

Tidak semua umat Rasulullah mendapatkan syafaat beliau, sehingga masuk neraka dahulu dan paling akhir masuk ke surga, dalilnya :
HR. Bukhari no. 99 & Muslim no. 196

> قَالَ ﷺ: لِكُلِّ نَبِيٍّ دَعْوَةٌ مُسْتَجَابَةٌ، فَتَعَجَّلَ كُلُّ نَبِيٍّ دَعْوَتَهُ، وَإِنِّي ٱخْتَبَأْتُ دَعْوَتِي شَفَاعَةً لِأُمَّتِي يَوْمَ ٱلْقِيَامَةِ، فَهِيَ نَائِلَةٌ إِنْ شَاءَ ٱللَّهُ لِمَنْ مَاتَ مِنْ أُمَّتِي لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا.

"Setiap nabi memiliki satu doa yang pasti dikabulkan. Semua nabi telah mempercepat doanya, namun aku menyimpan doaku sebagai syafaat untuk umatku di hari kiamat. Dan itu, insya Allah, akan diberikan kepada siapa saja dari umatku yang mati dalam keadaan tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu pun."

HR. At-Tirmidzi no. 2435, Abu Dawud no. 4721 – Hadits Hasan Sahih
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: شَفَاعَتِي لِأَهْلِ الْكَبَائِرِ مِنْ أُمَّتِي.

Rasulullah ﷺ bersabda: "Syafaatku diperuntukkan bagi orang-orang yang melakukan dosa besar dari umatku."

Syarat mendapatkan syafaat Allah :
1. Allah izinkan.
2. Allah ridho.

Beberapa amalan yang dapat mendatangkan syafaat Allah :
1. Membaca dan mengamalkan Qur'an 
2. Memperbanyak Shalat dan Sujud.
3. Sholawat kepada Nabi.
4. Shaum.
5. Sholat jenazah.
6. Menuntut ilmu syari'ah.
7. Tinggal dan bersabar di Madinah.
8. Sabar dan mengharapkan pahala dari Allah (dalam hal khusus kehilangan anak yang belum baligh).
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ:
"مَا مِنْ مُسْلِمٍ تَمُوتُ لَهُ ثَلَاثَةٌ مِنَ الْوَلَدِ لَمْ يَبْلُغُوا الْحِنْثَ، إِلَّا أَدْخَلَهُ اللَّهُ الْجَنَّةَ بِفَضْلِ رَحْمَتِهِ إِيَّاهُمْ."

رواه البخاري (1249) ومسلم (2635).

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, ia berkata:
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Tidaklah seorang Muslim yang tiga anaknya meninggal sebelum baligh, kecuali Allah akan memasukkannya ke dalam surga karena rahmat-Nya kepada anak-anak itu.” (HR. Bukhari no. 1249 dan Muslim no. 2635).
9. Bersahabat dengan orang yang beriman.

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رضي الله عنه،
أنَّ رسولَ اللَّهِ ﷺ قالَ:

"فَيُقَالُ لِلْمُؤْمِنِينَ: انْطَلِقُوا، فَيُقَالُ لَهُمْ: أَخْرِجُوا مَنْ عَرَفْتُمْ، فَيُخْرِجُونَ خَلْقًا كَثِيرًا، قَدْ أَصَابَتْهُمُ النَّارُ، فَيُقُولُونَ: رَبَّنَا قَدْ أَخْرَجْنَا مَنْ أَمَرْتَنَا، قَالَ: وَيَشْفَعُ النَّبِيُّونَ، وَيَشْفَعُ الْمَلَائِكَةُ، وَيَشْفَعُ الْمُؤْمِنُونَ، فَيَقُولُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: بَقِيَتْ شَفَاعَتِي..."

 رواه مسلم (183)

Dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:
"Lalu dikatakan kepada orang-orang beriman: 'Pergilah dan keluarkan dari neraka siapa saja yang kalian kenal.' Maka mereka mengeluarkan banyak orang yang telah terkena api neraka. Lalu mereka berkata: 'Wahai Rabb kami, kami telah mengeluarkan siapa yang Engkau perintahkan kepada kami.' Maka para nabi memberi syafaat, para malaikat memberi syafaat, dan orang-orang mukmin juga memberi syafaat. Maka Allah ﷻ berfirman: 'Sekarang tinggal syafaat-Ku (yang tersisa)...'" (HR. Muslim no. 183)


Barakallahu fiikum
Wa jazakumullahu khair.

Sunday, June 29, 2025

Bedah kitab Syarhus Sunnah (Bagian 2)

 ﷽

Ustadz Abu Qotadah hafizahullohuta'ala.

https://www.youtube.com/live/weYaeaj8Lu4?si=0e-v4M3AFd7RxJxG

Kita mengimani bahwa Allah telah menetapkan dan memberikan nikmat waktu dan hidup pada kita agar kita beribadah kepada Allah, berkaitan dengan tujuan hidup, yang pertama kita ajarkan kepada anak kita adalah tentang tujuan hidup.

Adz-Dzariyat (الذاريات) ayat 56 :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.

Ketika kita tahu bahwa karunia waktu adalah untuk ibadah, Allah dengan hikmah mengatur waktu-waktu tertentu yang memiliki keutamaan untuk beribadah, sehingga kita harus mengetahui waktu dan tempat yang utama untuk beribadah.
Salah satu keutamaan ibadah ditentukan dengan waktu.

QS. At-Taubah: 36

> إِنَّ عِدَّةَ ٱلشُّهُورِ عِندَ ٱللَّهِ ٱثْنَا عَشَرَ شَهْرًۭا فِى كِتَـٰبِ ٱللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ مِنْهَآ أَرْبَعَةٌ حُرُمٌۭ ۚ ذَٰلِكَ ٱلدِّينُ ٱلْقَيِّمُ ۚ فَلَا تَظْلِمُوا۟ فِيهِنَّ أَنفُسَكُمْ ۚ وَقَـٰتِلُوا۟ ٱلْمُشْرِكِينَ كَآفَّةًۭ كَمَا يُقَـٰتِلُونَكُمْ كَآفَّةًۭ ۚ وَٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلْمُتَّقِينَ
Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya dirimu dalam bulan yang empat itu; dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa.

Diantara bulan-bulan tersebut adalah bulan Muharram, dalil haditsnya.

أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ، صِيَامُ شَهْرِ اللهِ الْمُحَرَّمِ، وَأَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ، صَلَاةُ اللَّيْلِ
HR. Muslim (no. 1163)

Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah yaitu Muharram. Dan salat yang paling utama setelah salat wajib adalah salat malam (tahajud).

Keutamaan bulan Muharram :
1. Tanggal 10 AsSyura, adalah hari kemenangan nabi Musa dari Fir'aun.
2. Tanggal 10 AsSyura, dijadikan waktu shaum oleh Rasulullah, puasa ini awalnya bersifat wajib sebelum datang syariat puasa Ramadlan.

صِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ، أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ

HR. Muslim no. 1162
Puasa pada hari 'Asyura, aku berharap kepada Allah agar dapat menghapus dosa setahun yang lalu.

3. Puasa AsSyura dianjurkan pada tanggal 9 dan 10 AsSyura. Rasulullah ﷺ juga bersabda:

لَئِنْ بَقِيتُ إِلَىٰ قَابِلٍ لَأَصُومَنَّ التَّاسِعَ

Jika aku masih hidup sampai tahun depan, pasti aku akan berpuasa juga pada hari kesembilan (Tasu’a)."
(HR. Muslim no. 1134)


Hal yang perlu diperhatikan :
1. Ada sejumlah hadist palsu yang menyebutkan kekhususan keutamaan pada tanggal 1 dan 30 bulan Muharram.
2. Kita dianjurkan puasa Asyura, dengan kaifiatnya :
  1) Mencukupkan dengan hari ke 10 saja.
  2) Menambahkan dengan hari ke 9 dan 10.
  3) Puasa pada hari ke 9,10 dan 11.
3. Terdapat 2 bid'ah yang terkenal pada kaum muslimin, yaitu :
  1) Bid'ah hari berkabung pada 10 AsSyura yang dilakukan oleh orang-orang Syi'ah karena kematian Syadina Hussein pada hari tersebut.
  2) Bid'ah hari bergembira pada 10 AsSyura yang dilakukan kaum An-Nawashib yang mengkafirkan Ahlul bait.
4. Ghadir khum, keyakinan orang syi'ah 18 Dzulhijah sebagai hari pengangkatan Ali R.A menjadi Khalifah setelah Rasulullah.

Ketika menerima musibah :
1. Sabar, hukumnya wajib.
2. Ridho, hukumnya mustahab.
3. Bersyukur, karena terdapat hikmah dibalik musibah ; 1) menghapuskan dosa, 2) mengangkat derajat.

Yang dilarang ketika menerima musibah :
1. An-niyahah, meratapi histeris.
2. Tidak ridho terhadap ketetapan / takdir Allah.

Kembali kepada kitab Syarhus Sunnah 

Beriman kepada Takdir :
1. Ilmu Allah meliputi segala sesuatu.
2. Tidak ada yang terjadi kecuali dengan kehendak Allah.
3. Semua yang Allah kehendaki terjadi telah tertulis di Lauhil Mahfudz.

Semua yang terjadi di alam semesta berada dalam pengetahuan Allah, dan Allah telah menjalankan semuanya sesuai dengan takdirnya yang Allah tuliskan di Lauhil Mahfudz.

Hukum beriman pada Qada dan Qodar, merupakan bagian dari rukun iman yang enam.
Al-Qamar ayat 49

إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ

Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut takdir (yang telah Kami tetapkan).

Hadist Jibril – HR. Muslim no. 8

أن تؤمن بالله، وملائكته، وكتبه، ورسله، واليوم الآخر، وتؤمن بالقدر خيره وشره

Yaitu engkau beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan engkau beriman kepada takdir, yang baik maupun yang buruk.


Bagaimana beriman kepada takdir ?
1. Beriman pada takdir adalah bagian beriman kepada Allah : 
1) Beriman kepada Allah adalah bagian beriman kepada Rububiyah Allah, meliputi : 1) mengesakan Allah dalam penciptaan, 2) iman pada Allah dalam pengendalian dan kepemilikan. 3) iman bahwa Allah yang maha mengatur segala sesuatu.
2) Beriman kepada setiap nama Allah yang menunjukkan pada zat Allah dan sifat Allah.

Kedudukan iman kepada takdir ?
Merupakan syarat sahnya iman, tidaklah sah iman seseorang sehingga beriman kepada takdir.

Kita jelaskan tentang 2 hadist :

Hadist dari ‘Abdullah bin Mas’ud – Riwayat Muslim no. 144

ثلاثة لا يدخلون الجنة: مدمن الخمر، وقاطع الرحم، ومصدق بالسحر

Artinya:
Tiga golongan yang tidak akan masuk surga:
1) Pemabuk, 2) Pemutus tali silaturahmi, 3) Orang yang mempercayai sihir.

— (HR. Muslim no. 144)

Hadits Abdullah bin Umar tentang Qadariyah (orang yang tidak percaya takdir):

Riwayat Muslim (no. 8):

> عَنْ يُحْيَى بْنِ يَعْمَرَ قَالَ: كَانَ أَوَّلَ مَنْ قَالَ فِي الْقَدَرِ بِالْبَصْرَةِ مَعْبَدٌ الْجُهَنِيُّ، فَانْطَلَقْتُ أَنَا وَحُمَيْدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْحِمْيَرِيُّ حَاجَّيْنِ أَوْ مُعْتَمِرَيْنِ، فَقُلْنَا: لَوْ لَقِينَا أَحَدًا مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ فَسَأَلْنَاهُ عَمَّا يَقُولُ هَؤُلَاءِ فِي الْقَدَرِ، فَوُفِّقَ لَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ دَاخِلًا الْمَسْجِدَ، فَاكْتَنَفْتُهُ أَنَا وَصَاحِبِي، أَحَدُنَا عَنْ يَمِينِهِ وَالْآخَرُ عَنْ شِمَالِهِ، فَظَنَنْتُ أَنَّ صَاحِبِي سَيَكِلُ الْكَلَامَ إِلَيَّ، فَقُلْتُ: أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ، إِنَّهُ قَدْ ظَهَرَ قِبَلَنَا أُنَاسٌ يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ وَيَتَقَفَّرُونَ الْعِلْمَ – وَذَكَرَ مِنْ شَأْنِهِمْ – وَيَزْعُمُونَ أَنْ لَا قَدَرَ وَأَنَّ الْأَمْرَ أُنُفٌ.
قَالَ: إِذَا لَقِيتَ أُولَئِكَ فَأَخْبِرْهُمْ أَنِّي بَرِيءٌ مِنْهُمْ، وَأَنَّهُمْ بُرَآءُ مِنِّي، وَالَّذِي يَحْلِفُ بِهِ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ، لَوْ أَنَّ لِأَحَدِهِمْ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا فَأَنْفَقَهُ مَا قَبِلَ اللَّهُ مِنْهُ حَتَّى يُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ.


Yahya bin Ya’mar berkata:
"Orang pertama yang berkata tentang penolakan takdir di Bashrah adalah Ma’bad Al-Juhani. Maka aku dan Humaid bin Abdurrahman pergi ke Makkah untuk haji atau umrah, dan kami berkata: 'Andai saja kita bisa bertemu salah satu sahabat Rasulullah ﷺ agar kita bisa menanyakan pendapat orang-orang itu tentang takdir.'

Kami pun bertemu Abdullah bin Umar di dalam masjid, lalu aku dan temanku mengapit beliau. Aku berkata: 'Wahai Abu Abdurrahman (kunyah Ibnu Umar), di wilayah kami muncul orang-orang yang membaca Al-Qur’an dan belajar ilmu, namun mereka berkata bahwa tidak ada takdir, dan bahwa segala sesuatu terjadi baru (tanpa ketetapan sebelumnya).'

Maka Abdullah bin Umar berkata: 'Jika engkau bertemu mereka, katakan bahwa aku berlepas diri dari mereka dan mereka berlepas diri dariku. Demi Allah, jika salah seorang dari mereka menginfakkan emas sebesar Gunung Uhud, maka tidak akan diterima oleh Allah hingga mereka beriman kepada takdir.'

Pelajaran yang dapat diambil dari hadist diatas :
1. Tidak sah iman seseorang hingga beriman pada takdir.
2. Orang yang tidak beriman pada takdir (sekte qodariyah) adalah kafir dan keluar dari islam.
3. Keutamaan menuntut ilmu.

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا، سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
(رواه مسلم، رقم 2699)
Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga. (HR. Muslim 2699)
4. Mengambil ilmu dari orang yang mengetahui.

 إِنَّ اللَّهَ لَا يَنْزِعُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ العِبَادِ، وَلَكِنْ يَنْزِعُ العِلْمَ بِقَبْضِ العُلَمَاءِ، حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا، اتَّخَذَ النَّاسُ رُؤُوسًا جُهَّالًا، فَسُئِلُوا، فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ، فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا
(رواه البخاري، رقم 100)
Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dari manusia dengan mencabutnya langsung dari hati mereka. Akan tetapi, Allah mencabut ilmu dengan mewafatkan para ulama. Sehingga apabila tidak tersisa satu pun ulama, maka manusia akan mengangkat orang-orang bodoh sebagai pemimpin. Lalu mereka ditanya, dan mereka memberi fatwa tanpa ilmu. Maka mereka sesat dan menyesatkan. (HR. Bukhari, no. 100)
5. Ilmu diberikan kepada semua orang oleh ulama.

Fadhilah iman kepada takdir :
1. Menimbulkan karakteristik mukmin yang sempurna.
a) Nilai bertawakal dan ketergantungan diri pada Allah, karena meyakini semua adalah ketetapan Allah dengan tidak meninggalkan menempuh sebab.
b) Hidayah datang bukan hanya sekedar dari menuntut ilmu semata, namun sesuai dengan yang telah Allah takdirkan.
2. Menimbulkan tumakninah, karena meyakini semua telah Allah tetapkan.
يَا غُلَامُ، إِنِّي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ: احْفَظِ اللَّهَ يَحْفَظْكَ، احْفَظِ اللَّهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ، إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللَّهَ، وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ، وَاعْلَمْ أَنَّ الْأُمَّةَ لَوِ اجْتَمَعُوا عَلَىٰ أَنْ يَنْفَعُوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ لَكَ، وَإِنِ اجْتَمَعُوا عَلَىٰ أَنْ يَضُرُّوكَ بِشَيْءٍ، لَمْ يَضُرُّوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ عَلَيْكَ، رُفِعَتِ الْأَقْلَامُ وَجَفَّتِ الصُّحُفُ
(رواه الترمذي، رقم 2516، وقال: حديث حسن صحيح)

Wahai anak muda, aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat: Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya kamu akan mendapati-Nya di hadapanmu. Jika kamu meminta, maka mintalah kepada Allah. Jika kamu memohon pertolongan, maka mohonlah kepada Allah. Ketahuilah, seandainya seluruh umat berkumpul untuk memberikan suatu manfaat kepadamu, mereka tidak akan mampu memberikannya kecuali sesuatu yang telah Allah tetapkan untukmu. Dan seandainya mereka berkumpul untuk mencelakakanmu, mereka tidak akan mampu mencelakakanmu kecuali sesuatu yang telah Allah tetapkan atasmu. Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering (takdir telah ditetapkan)." (HR. Tirmidzi no. 2516 – Hasan Shahih)
3. Seseorang akan sampai pada derajat Ridho terhadap segala ketetapan Allah, namun dilarang Ridho atau bersabar dalam musibah didalam agama, sebab ; 1) Allah telah memberikan manusia pilihan untuk menempuh jalan keselamatan, 2) Allah telah memberikan qudrah kemampuan untuk memilih, 3) takdir adalah Rahasia Allah, dan Allah telah memerintahkan melakukan kebaikan dan menghindari kemaksiatan.

Barakallahu fikum 
Wa Jazakumullahu khair.

Wednesday, June 25, 2025

Kitab Al-Wasiyyah Ash-Shughra (Bag. 4)

 ﷽

Ustadz Yusuf Abu Ubaidah As-Sidawi hafizahullohuta'ala

Masjid Al-Aziz  Jl. Soekarno Hatta No. 662 Bandung

https://www.youtube.com/live/zB6dYVH7NDo?si=7nDdHjo1ACStErnG

PEKERJAAN PALING UTAMA

Adapun pekerjaan terbaik maka tawakkal kepada Allah dan percaya bahwa Allah akan mencukupi serta berbaik sangka kepada-Nya.

Tawakkal : bergantungnya / bersandarnya hati kepada Allah, disertai melakukan sebab.

Dalil hadist :

قال الله تبارك وتعالى:

> "يا عبادي، إني حرّمت الظلم على نفسي، وجعلته بينكم محرّما، فلا تظالموا،
يا عبادي، كلكم ضالٌّ إلا من هديته، فاستهدوني أهدكم،
يا عبادي، كلكم جائعٌ إلا من أطعمته، فاستطعموني أطعمكم،
يا عبادي، كلكم عارٍ إلا من كسوته، فاستكسوني أكسكم،
يا عبادي، إنكم تخطئون بالليل والنهار، وأنا أغفر الذنوب جميعاً، فاستغفروني أغفر لكم،
يا عبادي، إنكم لن تبلغوا ضري فتضروني، ولن تبلغوا نفعي فتنفعوني،
يا عبادي، لو أن أولكم وآخركم، وإنسكم وجنكم، كانوا على أتقى قلب رجلٍ واحد منكم، ما زاد ذلك في ملكي شيئاً،
يا عبادي، لو أن أولكم وآخركم، وإنسكم وجنكم، كانوا على أفجر قلب رجلٍ واحد، ما نقص ذلك من ملكي شيئاً،
يا عبادي، لو أن أولكم وآخركم، وإنسكم وجنكم، قاموا في صعيدٍ واحدٍ فسألوني، فأعطيت كل إنسان مسألته، ما نقص ذلك مما عندي، إلا كما ينقص المخيط إذا أُدخل البحر،
يا عبادي، إنما هي أعمالكم أُحصيها لكم، ثم أُوفيكم إياها،
فمن وجد خيراً فليحمد الله،
ومن وجد غير ذلك فلا يلومنّ إلا نفسه."

— رواه مسلم

Allah Ta‘ala berfirman:

“Wahai hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan Aku jadikan kezaliman itu haram di antara kalian, maka janganlah kalian saling menzalimi.
Wahai hamba-Ku, kalian semua sesat kecuali orang yang Aku beri petunjuk, maka mintalah petunjuk kepada-Ku, niscaya Aku beri petunjuk kepada kalian.
Wahai hamba-Ku, kalian semua lapar kecuali orang yang Aku beri makan, maka mintalah makan kepada-Ku, niscaya Aku beri makan kepada kalian.
Wahai hamba-Ku, kalian semua telanjang kecuali orang yang Aku beri pakaian, maka mintalah pakaian kepada-Ku, niscaya Aku beri pakaian kepada kalian.
Wahai hamba-Ku, sesungguhnya kalian berbuat dosa siang dan malam, dan Aku mengampuni semua dosa, maka mintalah ampun kepada-Ku, niscaya Aku akan mengampuni kalian.
Wahai hamba-Ku, sesungguhnya kalian tidak akan mampu membahayakan-Ku sehingga kalian bisa membahayakan-Ku, dan kalian juga tidak akan bisa memberi manfaat kepada-Ku sehingga kalian bisa memberi manfaat kepada-Ku.
Wahai hamba-Ku, seandainya orang pertama dan orang terakhir dari kalian, dari kalangan manusia dan jin, semuanya berada di atas hati orang yang paling bertakwa di antara kalian, maka itu tidak akan menambah sedikit pun dalam kerajaan-Ku.
Wahai hamba-Ku, seandainya orang pertama dan orang terakhir dari kalian, dari kalangan manusia dan jin, semuanya berada di atas hati orang yang paling jahat di antara kalian, maka itu tidak akan mengurangi sedikit pun dari kerajaan-Ku.
Wahai hamba-Ku, seandainya orang pertama dan orang terakhir dari kalian, dari kalangan manusia dan jin, semuanya berdiri di satu tempat lalu meminta kepada-Ku, kemudian Aku beri setiap orang apa yang ia minta, maka itu tidak mengurangi apa yang ada pada-Ku, kecuali seperti jarum yang dicelupkan ke laut.
Wahai hamba-Ku, sesungguhnya itu semua adalah amal perbuatan kalian, Aku catat untuk kalian, kemudian Aku balas kepada kalian dengan sempurna.
Maka siapa yang mendapati kebaikan, hendaklah ia memuji Allah.
Dan siapa yang mendapati selain itu, maka janganlah ia menyalahkan kecuali dirinya sendiri.”

(HR. Muslim, no. 2577)


قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ:

> لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ، لَرُزِقْتُمْ كَمَا يُرْزَقُ الطَّيْرُ، تَغْدُو خِمَاصًا، وَتَرُوحُ بِطَانًا

— رواه الترمذي (2344) وقال: حديث حسن

Seandainya kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakkal, niscaya kalian akan diberi rezeki sebagaimana burung diberi rezeki : ia pergi di pagi hari dalam keadaan lapar, dan pulang sore hari dalam keadaan kenyang.

(HR. Tirmidzi 2344)

قال رسول الله ﷺ:

إنّ الرزق لَيَطْلُبُ العبدَ كما يطلبه أَجَلُه، ولو أن ابن آدم هرب من رزقه كما يهرب من الموت، لأدركه رزقه كما يدركه الموت.

Sesungguhnya rezeki itu akan mendatangi seorang hamba sebagaimana ajalnya mendatanginya. Dan seandainya anak Adam lari dari rezekinya sebagaimana ia lari dari kematian, niscaya rezekinya akan tetap mendatanginya sebagaimana kematian akan menjemputnya.



لِيَسْأَلْ أَحَدُكُم رَبَّهُ حَاجَتَهُ كُلَّهَا، حَتَّى شِسْعَ نَعْلِهِ إِذَا انْقَطَعَ.

Hendaklah salah seorang di antara kalian meminta kepada Rabb-nya segala hajatnya, bahkan jika tali sandalnya putus sekalipun.
(HR. Tirmidzi)

- Yakin dan optimis bahwa Allah telah menanggung rizki seluruh mahluk.
- Banyak berdoa kepada Allah, termasuk dalam hal meminta rizki, bahkan untuk hal yang terlihat remeh.

(QS. An-Nisa: 32):

> وَلَا تَتَمَنَّوْا مَا فَضَّلَ ٱللَّهُ بِهِۦ بَعْضَكُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ ۚ لِلرِّجَالِ نَصِيبٌۭ مِّمَّا ٱكْتَسَبُوا۟ ۖ وَلِلنِّسَآءِ نَصِيبٌۭ مِّمَّا ٱكْتَسَبْنَ ۚ وَسْـَٔلُوا۟ ٱللَّهَ مِن فَضْلِهِۦٓ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمًۭا

Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain. (Karena) bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi perempuan (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan. Dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

(QS. Al-Jumu’ah: 10):

> فَإِذَا قُضِيَتِ ٱلصَّلَوٰةُ فَٱنتَشِرُوا۟ فِى ٱلۡأَرۡضِ وَٱبۡتَغُوا۟ مِن فَضۡلِ ٱللَّهِ وَٱذۡكُرُوا۟ ٱللَّهَ كَثِيرًۭا لَّعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُونَ

Apabila salat telah ditunaikan, maka bertebaranlah kamu di bumi; carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung.

- Jadikan pekerjaan sebagai penunjang kita untuk beribadah kepada Allah.
- Berdoa ketika memasuki masjid.


 اللَّهُمَّ افْتَحْ لِي أَبْوَابَ رَحْمَتِكَ

Ya Allah, bukakanlah untukku pintu-pintu rahmat-Mu.
(HR. Imam Muslim dalam Shahih Muslim, no. 713)

- Jangan hanya mengandalkan kemampuan kita semata, bergantung pada Allah dalam setiap hal.
- Bila tawakkal pada Allah maka kita akan merasa tenang.

AGAR HARTAMU BERKAH 

Niatkan mencari harta untuk tujuan :
1. Untuk kebutuhan dunia.
2. Untuk menafkahi keluarga

> كَفَى بِالْمَرْءِ إِثْمًا أَنْ يُضَيِّعَ مَنْ يَعُولُ
(HR. Abu Dawud no. 1692, Ahmad no. 6902)
Cukuplah seseorang dikatakan berdosa apabila ia menelantarkan orang yang menjadi tanggungannya.

3. Untuk beramal shaleh.

Hendaknya bersikap qonaah terhadap harta.

 لَوْ كَانَ لِابْنِ آدَمَ وَادِيَانِ مِنْ ذَهَبٍ، لأَحَبَّ أَنْ يَكُونَ لَهُ ثَالِثٌ، وَلَنْ يَمْلَأَ فَاهُ إِلَّا التُّرَابُ، وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ
(HR. Bukhari no. 6439, Muslim no. 1048)

Seandainya anak Adam memiliki dua lembah emas, pasti dia akan menginginkan yang ketiga. Dan tidak ada yang dapat memenuhi (mengenyangkan) mulutnya selain tanah (yakni kematian). Namun Allah menerima taubat siapa saja yang bertaubat.

Jadikan ambisi kita terhadap dunia sekedarnya, seperti kebutuhan kita terhadap toilet.

 إِنَّ أَطْيَبَ الطَّعَامِ صَارَ إِلَى مَا تَعْلَمُونَ
(HR. Ahmad, no. 6907; al-Mu’jam al-Kabir oleh Ath-Thabrani)

Sesungguhnya selezat-lezat makanan akan berakhir sebagaimana yang kalian ketahui (yakni menjadi kotoran).

مَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ فَرَّقَ اللهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ، وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ، وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلَّا مَا كُتِبَ لَهُ، وَمَنْ كَانَتِ الْآخِرَةُ نِيَّتَهُ جَمَعَ اللهُ لَهُ أَمْرَهُ، وَجَعَلَ غِنَاهُ فِي قَلْبِهِ، وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ
(HR. Ibnu Majah, no. 4105; dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’, no. 6510)

Barangsiapa yang menjadikan dunia sebagai tujuan utamanya, maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya, menjadikan kefakiran di depan matanya, dan dunia tidak akan datang kepadanya kecuali sekadar yang telah ditetapkan. Namun barangsiapa yang menjadikan akhirat sebagai niat utamanya, maka Allah akan menyatukan urusannya, menjadikan kekayaan dalam hatinya, dan dunia akan datang kepadanya dalam keadaan hina.

Kenikmatan akhirat lebih baik dari kenikmatan dunia, maka orang cerdas adalah yang tidak tertipu dengan gemerlap dunia.


لَوْ كَانَتِ الدُّنْيَا تَعْدِلُ عِندَ اللَّهِ جَنَاحَ بَعُوضَةٍ، مَا سَقَى كَافِرًا مِنْهَا شَرْبَةَ مَاءٍ
(HR. Tirmidzi no. 2320, Ibnu Majah no. 4110)

Seandainya dunia itu sebanding dengan sayap nyamuk di sisi Allah, maka Allah tidak akan memberi minum kepada orang kafir walaupun seteguk air darinya.

وَاللَّهِ مَا الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا مِثْلُ مَا يَجْعَلُ أَحَدُكُمْ إِصْبَعَهُ فِي الْيَمِّ، فَلْيَنْظُرْ بِمَ يَرْجِعُ؟
(HR. Muslim no. 2858)

Demi Allah, tidaklah dunia dibandingkan dengan akhirat kecuali seperti salah seorang dari kalian mencelupkan jarinya ke laut, maka lihatlah apa yang tersisa pada jarinya ketika ia mengangkatnya.

MENENTUKAN PROFESI TERTENTU

Adapun menentukan profesi tertentu baik produksi, berdagang, bangunan, atau bertani dan lain sebagainya maka hal ini berbeda-beda sesuai perbedaan manusia. Saya tidak mendapati patokan umum tentang hal itu, tetapi bila seorang bingung 
menentukan profesi tertentu maka hendaknya dia istikharah kepada Allah dengan do’a istikharah yang diajarkan oleh Nabi Muhammad, karena di dalamnya terdapat keberkahan yang tak terbatas. Kemudian pekerjaan yang mudah baginya hendaknya dia tidak berpaling kepada pekerjaan lainnya kecuali jika pekerjaan tersebut terlarang oleh syariat.

Kita akan ditanya dari dua sisi terkait harta :
1. Darimana kita mendapatkan harta ?
2. Bagaimana kita membelanjakan harta ?

ما أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ، وَإِنَّ نَبِيَّ اللَّهِ دَاوُدَ كَانَ يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ
(HR. Bukhari no. 2072)

Tidaklah seseorang memakan makanan yang lebih baik daripada dari hasil usahanya sendiri. Dan sesungguhnya Nabi Allah Dawud 'alaihis salam makan dari hasil kerja tangannya sendiri.

Barakallahu fiikum
Wa jazakumullahu khair.

Thursday, May 29, 2025

Tawassul & Syafaah



📗 Kitab Mukhtashar Aqidah Islamiyyah minal Kitāb was-Sunnah ash-Ṣaḥīḥah

TAWASSUL & SYAF‘AH
Meniti jalan yang lurus dalam memahami perantara ibadah dan pertolongan akhirat, sesuai tuntunan Rasul ﷺ.

Ustadz Abdullah Amir Maretan حفظه الله

🏠 Masjid Al-Aziz
📍 Jl. Soekarno Hatta No. 662, Bandung

https://www.youtube.com/live/zL_H0af0JlA?si=M5ab2pbxJJS7zn5Z

Apa saja macam ibadah / perkara yang disebut dengan tawassul :

1. Tawassul disyariatkan, adalah tawassul dengan :

a) Nama-nama dan sifat Allah.

Surat Al Araf 180 :

وَلِلَّهِ ٱلْأَسْمَآءُ ٱلْحُسْنَىٰ فَٱدْعُوهُ بِهَا ۖ وَذَرُوا۟ ٱلَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِىٓ أَسْمَآئِهِۦ ۚ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ
Dan Allah memiliki nama-nama yang terbaik (Asma’ul Husna), maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut nama-nama itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.

Menjadikan nama-nama Allah menjadi sebab doa diijabah. Sekaligus menjadi dalil bertawassul dengan sifat Allah karena setiap nama Allah memiliki sifat.

Surat Al Maidah 35 :

يَا أَيُّهَا ٱلَّذِينَ آمَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَٱبْتَغُوٓا۟ إِلَيْهِ ٱلْوَسِيلَةَ وَجَٰهِدُوا۟ فِى سَبِيلِهِۦ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah di jalan-Nya, agar kamu beruntung.

Mendekatkan diri pada Allah dengan mentaati Allah, kemudian beramal dengan amal yang diridhoi Allah.
Penggalan ayat ini dinukil oleh Imam Qatadah (Kibarut Tabiin) murid dari sahabat Abdullah Ibnu Abbas.

اللَّهُمَّ إِنِّي عَبْدُكَ، وَابْنُ عَبْدِكَ، وَابْنُ أَمَتِكَ، نَاصِيَتِي بِيَدِكَ، مَاضٍ فِيَّ حُكْمُكَ، عَدْلٌ فِيَّ قَضَاؤُكَ،
أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ، سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ، أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِي كِتَابِكَ، أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ، أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِي عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ،
أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيعَ قَلْبِي، وَنُورَ صَدْرِي، وَجَلَاءَ حُزْنِي، وَذَهَابَ هَمِّي

Ya Allah, aku adalah hamba-Mu, anak dari hamba laki-laki-Mu, anak dari hamba perempuan-Mu. Ubun-ubunku berada di tangan-Mu, keputusan-Mu berlaku padaku, takdir-Mu adil terhadapku.
Aku memohon kepada-Mu dengan setiap nama yang menjadi milik-Mu, yang Engkau namakan diri-Mu dengannya, atau yang Engkau turunkan dalam kitab-Mu, atau yang Engkau ajarkan kepada salah seorang dari makhluk-Mu, atau yang Engkau simpan dalam ilmu ghaib di sisi-Mu :
Jadikanlah Al-Qur’an sebagai penyejuk hatiku, cahaya dadaku, penghilang kesedihanku, dan pengusir kegelisahanku.

Doa tersebut diatas menjadi dalil bahwa nama Allah tidak terbatas pada 99 dan ada nama Allah yang tersembunyi.

b) Amal shaleh.

عَنْ رَبِيعَةَ بْنِ كَعْبٍ الأَسْلَمِيِّ، قَالَ:
كُنْتُ أَبِيتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ، فَأَتَيْتُهُ بِوَضُوئِهِ وَحَاجَتِهِ، فَقَالَ لِي: سَلْ.
فَقُلْتُ: أَسْأَلُكَ مُرَافَقَتَكَ فِي الْجَنَّةِ
فَقَالَ: أَوَ غَيْرَ ذَلِكَ؟
قُلْتُ: هُوَ ذَاكَ.
قَالَ: فَأَعِنِّي عَلَى نَفْسِكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ.

— رواه مسلم (رقم: 489)

Dari Rabi'ah bin Ka'ab al-Aslami, ia berkata:

"Aku pernah bermalam bersama Rasulullah ﷺ, lalu aku membawakan air wudhu dan keperluannya. Maka beliau bersabda: ‘Mintalah (apa yang kamu inginkan).'

Aku menjawab: 'Aku ingin menemanimu di surga.'
Beliau bersabda: ‘Apakah tidak ada permintaan lain?’
Aku berkata: ‘Itu saja.’
Beliau bersabda: ‘Kalau begitu, bantulah aku untuk mewujudkan keinginanmu itu dengan memperbanyak sujud.’”

Dari hadist diatas amal Sholeh dapat dipergunakan sebagai jalan tawassul yaitu dengan sholat, dan sholat adalah amal shaleh yang paling afdhal.

Demikian juga bertawassul dengan amal Sholeh yang dilakukan dalam bentuk lain, sebagaimana hadist berikut :

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، قَالَ:

سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ يَقُولُ:

"انْطَلَقَ ثَلَاثَةُ نَفَرٍ مِمَّنْ كَانَ قَبْلَكُمْ، حَتَّى أَوَاهُمُ الْمَبِيتُ إِلَى غَارٍ، فَدَخَلُوهُ، فَانْحَطَّتْ صَخْرَةٌ مِنَ الْجَبَلِ، فَسَدَّتْ عَلَيْهِمُ الْغَارَ، فَقَالُوا: إِنَّهُ لَا يُنْجِيكُمْ مِنْ هَذِهِ الصَّخْرَةِ إِلَّا أَنْ تَدْعُوا اللَّهَ بِصَالِحِ أَعْمَالِكُمْ."

فَقَالَ رَجُلٌ مِنْهُمْ: اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنِّي كَانَ لِي أَبَوَانِ شَيْخَانِ كَبِيرَانِ، وَكُنْتُ لَا أَغْبِقُ قَبْلَهُمَا أَهْلًا وَلَا مَالًا، فَنَأَى بِي فِي طَلَبِ شَيْءٍ يَوْمًا، فَلَمْ أَرِحْ عَلَيْهِمَا حَتَّى نَامَا، فَحَلَبْتُ لَهُمَا غَبُوقَهُمَا، فَوَجَدْتُهُمَا نَائِمَيْنِ، فَكَرِهْتُ أَنْ أُوقِظَهُمَا، وَأَنْ أَغْبِقَ قَبْلَهُمَا أَهْلًا أَوْ مَالًا، فَلَبِثْتُ وَالْقَدَحُ عَلَى يَدِي، أَنْتَظِرُ اسْتِيقَاظَهُمَا حَتَّى بَرَدَ الْفَجْرُ، فَاسْتَيْقَظَا، فَشَرِبَا غَبُوقَهُمَا.
اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنِّي فَعَلْتُ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ، فَفَرِّجْ لَنَا مِنْ هَذِهِ الصَّخْرَةِ، فَانْفَرَجَتْ شَيْئًا لَا يَسْتَطِيعُونَ الْخُرُوجَ.

وَقَالَ الْآخَرُ: اللَّهُمَّ إِنَّهُ كَانَتْ لِي ابْنَةُ عَمٍّ، كَانَتْ أَحَبَّ النَّاسِ إِلَيَّ، فَرَاوَدْتُهَا عَنْ نَفْسِهَا، فَأَبَتْ إِلَّا أَنْ آتِيَهَا بِمِائَةِ دِينَارٍ، فَطَلَبْتُهَا حَتَّى قَدِرْتُ، فَجِئْتُهَا بِهَا، فَلَمَّا قَعَدْتُ بَيْنَ رِجْلَيْهَا، قَالَتْ: يَا عَبْدَ اللَّهِ، اتَّقِ اللَّهَ، وَلَا تَفُضَّ الْخَاتَمَ إِلَّا بِحَقِّهِ، فَقُمْتُ وَتَرَكْتُهَا، وَإِنَّهَا كَانَتْ أَحَبَّ النَّاسِ إِلَيَّ، وَتَرَكْتُ الذَّهَبَ الَّذِي أَعْطَيْتُهُ إِيَّاهَا.

اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنِّي فَعَلْتُ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ، فَفَرِّجْ لَنَا، فَانْفَرَجَتِ الصَّخْرَةُ غَيْرَ أَنَّهُمْ لَا يَسْتَطِيعُونَ الْخُرُوجَ مِنْهَا.

وَقَالَ الثَّالِثُ: اللَّهُمَّ إِنِّي اسْتَأْجَرْتُ أُجَرَاءَ، وَأَعْطَيْتُهُمْ أَجْرَهُمْ، غَيْرَ رَجُلٍ وَاحِدٍ، تَرَكَ الَّذِي لَهُ وَذَهَبَ، فَثَمَّرْتُ أَجْرَهُ حَتَّى كَثُرَتْ مِنْهُ الْأَمْوَالُ، فَجَاءَنِي بَعْدَ حِينٍ، فَقَالَ: يَا عَبْدَ اللَّهِ، أَدِّ إِلَيَّ أَجْرِي، فَقُلْتُ: كُلُّ مَا تَرَى مِنْ أَجْرِكَ، مِنَ الْإِبِلِ وَالْبَقَرِ وَالْغَنَمِ وَالرَّقِيقِ، فَقَالَ: يَا عَبْدَ اللَّهِ، لَا تَسْتَهْزِئْ بِي، فَقُلْتُ: لَا أَسْتَهْزِئُ بِكَ، فَأَخَذَهُ كُلَّهُ، فَاسْتَاقَهُ، فَلَمْ يَتْرُكْ مِنْهُ شَيْئًا.

اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنِّي فَعَلْتُ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ، فَفَرِّجْ عَنَّا، فَانْفَرَجَتِ الصَّخْرَةُ، فَخَرَجُوا يَمْشُونَ.

📚 (رواه البخاري ومسلم)

Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhuma, Rasulullah ﷺ bersabda:

"Tiga orang dari umat sebelum kalian berjalan hingga mereka terpaksa bermalam dalam sebuah gua. Tiba-tiba sebuah batu besar jatuh dari atas gunung lalu menutupi pintu gua itu. Maka mereka berkata: 'Tidak ada yang bisa menyelamatkan kita dari batu ini kecuali kita bertawassul kepada Allah dengan amal saleh kita.'

Orang pertama berkata:
'Ya Allah, aku dahulu memiliki kedua orang tua yang sudah tua renta. Aku tidak pernah memberi minum susu (hasil perahan) kepada keluarga dan budakku sebelum kepada mereka berdua. Suatu hari aku pergi mencari kayu bakar hingga aku tidak pulang sampai malam. Ketika aku pulang, kudapati mereka telah tertidur. Maka aku berdiri di samping mereka sambil membawa wadah susu, aku tidak ingin membangunkan mereka dan aku juga tidak ingin memberi minum kepada keluarga atau budakku sebelum mereka. Aku terus berdiri di samping mereka hingga fajar menyingsing.'
‘Ya Allah, jika Engkau tahu bahwa aku melakukan itu karena mengharap wajah-Mu, maka bukalah jalan untuk kami dari batu ini.’
Maka batu itu bergeser sedikit, tapi mereka belum bisa keluar.

Orang kedua berkata:
‘Ya Allah, dahulu aku mencintai sepupuku seperti cintanya seorang pria kepada wanita. Aku ingin berzina dengannya, tetapi dia menolak hingga aku memberinya seratus dinar. Aku bekerja keras hingga mendapatkan uang itu. Ketika aku hampir menidurinya, dia berkata: "Takutlah kepada Allah, dan jangan kau rusak keperawananku kecuali dengan haknya." Maka aku bangkit dan meninggalkannya, padahal dia adalah orang yang paling aku cintai, dan aku juga membiarkan uang itu.’
‘Ya Allah, jika Engkau tahu bahwa aku melakukan itu karena mengharap wajah-Mu, maka bukalah jalan untuk kami.’
Maka batu itu kembali bergeser, namun mereka masih belum bisa keluar.

Orang ketiga berkata:
‘Ya Allah, dahulu aku mempekerjakan beberapa orang buruh dan aku membayar mereka kecuali satu orang yang pergi tanpa mengambil upahnya. Maka aku investasikan uangnya itu hingga berkembang menjadi harta yang banyak berupa ternak dan budak. Setelah sekian lama, orang itu kembali dan berkata: "Wahai hamba Allah, berikan upahku." Aku berkata: "Semua yang kamu lihat ini adalah milikmu." Ia berkata: "Wahai hamba Allah, jangan engkau mengejekku!" Aku katakan: "Aku tidak mengejekmu." Maka ia mengambil semuanya tanpa menyisakan sedikit pun.’
‘Ya Allah, jika Engkau tahu bahwa aku melakukan itu karena mengharap wajah-Mu, maka bukalah jalan untuk kami.’
Maka batu itu pun bergeser seluruhnya dan mereka keluar berjalan.”

Demikian juga disyariatkan bertawassul dengan kecintaan terhadap Allah, Rasulullah dan orang-orang sholeh.


> اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ حُبَّكَ، وَحُبَّ مَنْ يُحِبُّكَ، وَالْعَمَلَ الَّذِي يُبَلِّغُنِي حُبَّكَ، اللَّهُمَّ اجْعَلْ حُبَّكَ أَحَبَّ إِلَيَّ مِنْ نَفْسِي وَأَهْلِي وَمِنَ الْمَاءِ الْبَارِدِ



— رواه الترمذي (حديث حسن)

"Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu cinta-Mu, dan cinta orang-orang yang mencintai-Mu, dan (aku memohon) amalan yang dapat menyampaikan aku kepada cinta-Mu. Ya Allah, jadikanlah cinta-Mu lebih aku cintai daripada diriku sendiri, keluargaku, dan air yang dingin."

c) Meminta doa dari orang sholeh yang masih hidup.

2. Tawassul terlarang.
Adalah bertawassul dengan orang-orang yang telah mati, dikarenakan pada zaman ini orang benar-benar meminta dari orang-orang yang telah mati.

Surat Yunus 106 :

> وَلَا تَدْعُ مِن دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنفَعُكَ وَلَا يَضُرُّكَ ۖ فَإِن فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إِذًا مِّنَ الظَّالِمِينَ
Dan janganlah engkau menyeru (berdoa) kepada selain Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat kepadamu dan tidak (pula) memberi mudarat kepadamu. Jika engkau melakukannya, maka sesungguhnya engkau termasuk orang yang dzalim.

Hal ini bermula dari berlebihan (ghuluw) terhadap orang-orang yang shaleh, sampai pada titik ketika orang yang shaleh tersebut mati maka dijadikan sebagai tandingan Allah.

2 dalil memuliakan orang sholeh :

Surah Al-Hujurat ayat 13 :
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ

Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa.
(QS. Al-Hujurat: 13)

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: قَالَ اللَّهُ تَعَالَى:
مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ،
وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ،
وَلَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ،
فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ،
وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ،
وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا،
وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا،
وَلَئِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ،
وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ.



— (رواه البخاري، رقم: 6502)

Rasulullah ﷺ bersabda: Allah Ta’ala berfirman:
"Barangsiapa memusuhi wali-Ku, maka sungguh Aku telah menyatakan perang terhadapnya.
Dan tidaklah seorang hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada apa yang telah Aku wajibkan atasnya.
Dan hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan sunnah hingga Aku mencintainya.
Jika Aku telah mencintainya, maka Aku menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar,
penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat,
tangannya yang ia gunakan untuk memukul,
dan kakinya yang ia gunakan untuk berjalan.
Jika ia meminta kepada-Ku, niscaya Aku beri,
dan jika ia memohon perlindungan kepada-Ku, pasti Aku lindungi."

Barakallahu fiikum
Wa jazakumullahu khair.



Saturday, May 24, 2025

Ciri hati yang mati




📘 Al-Bahrur Raa’iq fi Az-Zuhd war-Raqaa’iq karya Syaikh Dr. Ahmad Farid
Ustadz Ahmad Bazher hafizhahullahu ta’ala

Musibah kematian hati adalah musibah yang memutuskan diri seseorang dari Allah, dan ini adalah musibah yang paling besar. Kita mempelajari agar kita dapat menjaga diri dari keburukan tersebut.

Imam Ibnul Qayyim :
Hati yang mati adalah hati yang tidak mengenal rabbnya.
Hati yang mati adalah hati yang tidak ada kehidupan didalamnya.
Dan dia tidak menyembah Allah dengan cara yang Allah cintai dan ridhoi.
Bahkan hati ini akan terus mengikuti syahwat dan keinginan buruknya.
Walaupun hal tersebut dapat mendatangkan kemurkaan dan kemarahan Allah.
Dan hati yang mati ini beribadah kepada selain Allah dan menghamba pada selain Allah.
Bergaul dengan orang seperti ini beracun bagi hati kita dan menemaninya adalah sebuah kebinasaan.

Ciri-ciri hati yang mati :

1) Tidak ada kehidupan didalamnya. Ketika disebutkan ayat Allah hatinya tidak tergerak, bahkan meninggalkan perintah Allah dan bahkan menyepelekan perintah Allah, tidak pernah bertawakal pada Allah dan bergantung pada mahluk.

QS. Al Anfal 2 :

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakal.

مَثَلُ الَّذِي يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالَّذِي لَا يَذْكُرُ رَبَّهُ، مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ
Perumpamaan orang yang mengingat Rabb-nya dan orang yang tidak mengingat Rabb-nya adalah seperti orang yang hidup dan orang yang mati.
(Imam Bukhari dalam Shahih al-Bukhari, no. 6407, dan juga oleh Imam Muslim)

QS. At Taubah 124 - 125 :

وَإِذَا مَا أُنزِلَتْ سُورَةٌ فَمِنْهُم مَّن يَقُولُ أَيُّكُمْ زَادَتْهُ هَـٰذِهِ إِيمَانًا ۖ فَأَمَّا ٱلَّذِينَ آمَنُوا۟ فَزَادَتْهُمْ إِيمَـٰنًا وَهُمْ يَسْتَبْشِرُونَ
Dan apabila diturunkan suatu surat (Al-Qur'an), maka di antara mereka (orang munafik) ada yang berkata, “Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turunnya) surat ini?” Adapun orang-orang yang beriman, maka surat itu menambah imannya dan mereka merasa gembira.

وَأَمَّا ٱلَّذِينَ فِى قُلُوبِهِم مَّرَضٌ فَزَادَتْهُمْ رِجْسًا إِلَىٰ رِجْسِهِمْ وَمَاتُوا۟ وَهُمْ كَـٰفِرُونَ
Tetapi orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka di samping kekafirannya (yang telah ada), dan mereka mati dalam keadaan kafir.

2) Hati yang tidak mengenal rabbnya tidak menyembahnya dengan menjalankan perintahnya sesuai yang Allah cintai dan ridhoi.

QS. Al Kahfi 57 :

وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ ذُكِّرَ بِـَٔايَـٰتِ رَبِّهِۦ فَأَعْرَضَ عَنْهَا وَنَسِىَ مَا قَدَّمَتْ يَدَاهُ ۚ إِنَّا جَعَلْنَا عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ أَكِنَّةً أَن يَفْقَهُوهُ وَفِىٓ ءَاذَانِهِمْ وَقْرًۭا ۚ وَإِن تَدْعُهُمْ إِلَى ٱلْهُدَىٰ فَلَن يَهْتَدُوٓا۟ إِذًۭا أَبَدًۭا
Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya, lalu dia berpaling darinya dan melupakan apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya? Sesungguhnya Kami telah menjadikan tutupan di atas hati mereka (sehingga mereka) tidak memahaminya dan di telinga mereka ada sumbatan; dan jika engkau menyeru mereka kepada petunjuk, niscaya mereka tidak akan mendapat petunjuk selama-lamanya.

Maka jangan pernah kita menolak syariat Allah, bila kita tidak mampu melakukan maka hendaknya kita bertaubat.

3) Syahwat dan hawa nafsu buruknya menjadi Tuhannya.

QS. Al Kahfi 28 :

وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ ٱلَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُم بِٱلْغَدَاةِ وَٱلْعَشِىِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُۥ ۖ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا ۖ وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُۥ عَن ذِكْرِنَا وَٱتَّبَعَ هَوَىٰهُ وَكَانَ أَمْرُهُۥ فُرُطٗا
Dan bersabarlah kamu(Muhammad) bersama orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti keinginannya dan keadaannya sudah melewati batas.

QS. Al Jasiyah 23 :

أَفَرَأَيْتَ مَنِ ٱتَّخَذَ إِلَٰهَهُۥ هَوَىٰهُ وَأَضَلَّهُ ٱللَّهُ عَلَىٰ عِلْمٖ وَخَتَمَ عَلَىٰ سَمْعِهِۦ وَقَلْبِهِۦ وَجَعَلَ عَلَىٰ بَصَرِهِۦ غِشَٰوَةٗۚ فَمَن يَهْدِيهِ مِنۢ بَعْدِ ٱللَّهِۚ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ
Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat)? Maka tidakkah kamu mengambil pelajaran?.

Syaikh Abdurrahman As Sa'di ketika menafsirkan ayat ini Allah jadikan manusia tersebut menjadikan hawa nafsunya menjadi jalan hidupnya dan tidak peduli apakah ini melanggar perintah dan larangan Allah atau tidak.

Salah satu hukman terbesar Allah terhadap seorang hamba adalah membiarkan seseorang dalam keadaan berbuat maksiat dan dosa, bahkan hingga dalam keadaan tidak mampu, namun syahwat buruknya masih menginginkan melakukan perbuatan-perbuatan dosa dan maksiat tersebut.

4) Dadanya(hatinya) selalu terasa sempit, sedih, gelisah dan galau.

QS. Al Anam 125 :

فَمَن يُرِدِ ٱللَّهُ أَن يَهْدِيَهُۥ يَشْرَحْ صَدْرَهُۥ لِلْإِسْلَـٰمِ ۖ وَمَن يُرِدْ أَن يُضِلَّهُۥ يَجْعَلْ صَدْرَهُۥ ضَيِّقٗا حَرَجٗا كَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِي ٱلسَّمَآءِ ۚ كَذَٰلِكَ يَجْعَلُ ٱللَّهُ ٱلرِّجْسَ عَلَى ٱلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ
Maka barang siapa yang dikehendaki Allah akan mendapat petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (menerima) Islam. Dan barang siapa yang dikehendaki-Nya menjadi sesat, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seakan-akan ia sedang mendaki ke langit. Begitulah Allah menimpakan azab kepada orang-orang yang tidak beriman.

Salah satu nikmat Allah yang seluruh manusia didunia ini cari saat ini adalah "Ketenangan Hati", maka bersyukurlah pada Allah ketika Allah berikan ketenangan dalam hati kita.

5) Tidak dapat mengenal dan membedakan perbuatan Ma'aruf dan Munkar.

تُعْرَضُ الْفِتَنُ عَلَى الْقُلُوبِ كَالْحَصِيرِ عُوْدًا عُوْدًا، فَأَيُّ قَلْبٍ أُشْرِبَهَا نُكِتَتْ فِيهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ، وَأَيُّ قَلْبٍ أَنْكَرَهَا نُكِتَتْ فِيهِ نُكْتَةٌ بَيْضَاءُ، حَتَّى تَصِيرَ الْقُلُوبُ عَلَى قَلْبَيْنِ: قَلْبٍ أَسْوَدَ مُرْبَادًّا كَالْكُوزِ مُجَخِّيًا، لَا يَعْرِفُ مَعْرُوفًا وَلَا يُنْكِرُ مُنْكَرًا، إِلَّا مَا أُشْرِبَ مِنْ هَوَاهُ، وَقَلْبٍ أَبْيَضَ لَا تَضُرُّهُ فِتْنَةٌ مَا دَامَتِ السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ.
Fitnah-fitnah itu akan dipaparkan pada hati sebagaimana anyaman tikar seutas demi seutas. Maka hati mana saja yang menerima (fitnah itu), akan ditorehkan padanya satu titik hitam. Dan hati mana saja yang menolaknya, akan ditorehkan padanya satu titik putih. Sehingga jadilah hati itu dua macam: hati yang putih bersih, tidak akan membahayakannya fitnah selama langit dan bumi masih ada; dan hati yang hitam legam, seperti bejana terbalik, tidak mengenal kebaikan dan tidak mengingkari kemungkaran, kecuali apa yang telah dicampur dengan hawa nafsunya. (HR. Muslim, no. 144).

6) Tidak terpengaruh hatinya dengan ayat-ayat Alqur'an yang dibacakan kepadanya.

QS. Al A'raf 50 - 51 :

وَنَادَىٰٓ أَصْحَٰبُ ٱلنَّارِ أَصْحَٰبَ ٱلْجَنَّةِ أَنْ أَفِيضُوا۟ عَلَيْنَا مِنَ ٱلْمَآءِ أَوْ مِمَّا رَزَقَكُمُ ٱللَّهُ ۚ قَالُوٓا۟ إِنَّ ٱللَّهَ حَرَّمَهُمَا عَلَى ٱلْكَٰفِرِينَ
Dan penghuni neraka menyeru penghuni surga, “Tuangkanlah kepada kami sedikit air atau rezeki yang telah diberikan Allah kepadamu.” Mereka (penghuni surga) menjawab, “Sesungguhnya Allah telah mengharamkan keduanya bagi orang-orang kafir,”

ٱلَّذِينَ ٱتَّخَذُوا۟ دِينَهُمْ لَهْوًا وَلَعِبًا وَغَرَّتْهُمُ ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَا ۚ فَٱلْيَوْمَ نَنسَىٰهُمْ كَمَا نَسُوا۟ لِقَآءَ يَوْمِهِمْ هَـٰذَا وَمَا كَانُوا۟ بِـَٔايَٰتِنَا يَجْحَدُونَ
(yaitu) orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai permainan dan senda gurau, dan kehidupan dunia telah menipu mereka. Maka pada hari ini Kami melupakan mereka sebagaimana dahulu mereka melupakan pertemuan hari ini, dan karena mereka mengingkari ayat-ayat Kami.

Imam Hasan Al Basri ketika akan berbuka puasa disediakan air dan kurma, ketika akan meneguk air teringat akan ayat diatas.

Imam Ibnul Jauzi berkata carilah hatimu pada 3 keadaan ini :
Carilah hatimu pada tiga tempat:
1. Ketika engkau mendengarkan Al-Qur’an.
2. Di dalam majelis dzikir.
3. Dan di saat-saat engkau menyendiri bersama Allah (berkhalwat).
Jika engkau tidak menemukannya di tempat-tempat itu, maka mohonlah kepada Allah agar menganugerahkan hati (yang hidup) kepadamu, karena sesungguhnya engkau tidak memiliki hati.

7) Lebih mencintai dunia ketimbang akhirat.

QS. Hud 15 - 16 :

مَن كَانَ يُرِيدُ ٱلْحَيَوٰةَ ٱلدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَٰلَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ
Barang siapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna, dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan.

أُو۟لَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِى ٱلْـَٔاخِرَةِ إِلَّا ٱلنَّارُ ۖ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا۟ فِيهَا وَبَٰطِلٌۭ مَّا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ
Mereka itulah orang-orang yang tidak memperoleh (apa-apa) di akhirat kecuali neraka. Dan lenyaplah apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.

 لَيَأْتِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لاَ يُبَالِي الْمَرْءُ بِمَا أَخَذَ الْمَالَ، أَمِنَ الْحَلاَلِ أَمْ مِنَ الْحَرَامِ
Akan datang suatu zaman di mana manusia tidak lagi peduli dari mana ia mendapatkan harta, apakah dari yang halal atau dari yang haram.(HR. Bukhari, no. 2083)

Salah satu doa Rasulullah :

اللَّهُمَّ لَا تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا، وَلَا مَبْلَغَ عِلْمِنَا
Allāhumma lā taj‘alid-dunyā akbara hammīnā, wa lā mablagha ‘ilminā.
Ya Allah, janganlah Engkau jadikan dunia sebagai tujuan terbesar kami dan puncak dari ilmu kami.

QS. Isra 18 - 19 :

مَّن كَانَ يُرِيدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهُ فِيهَا مَا نَشَاءُ لِمَن نُّرِيدُ ثُمَّ جَعَلْنَا لَهُ جَهَنَّمَ يَصْلَاهَا مَذْمُومًا مَّدْحُورًا
Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia yang segera (sementara), Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang Kami kehendaki bagi siapa yang Kami kehendaki. Kemudian Kami sediakan baginya Neraka Jahannam; ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir.

وَمَنْ أَرَادَ الْآخِرَةَ وَسَعَىٰ لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُو۟لَـٰٓئِكَ كَانَ سَعْيُهُم مَّشْكُورًا
Dan barang siapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang dia beriman, maka mereka itulah orang-orang yang usahanya dibalas dengan baik (dihargai).


Barakallahu fiikum
Wa jazakumullahu khair.

Wednesday, May 7, 2025

Kitab Al-Wasiyyah Ash-Shughra (Bag. 2)

 



Ustadz Yusuf Abu Ubaidah As-Sidawi hafizahullohuta'ala

Masjid Al-Aziz  Jl. Soekarno Hatta No. 662 Bandung

https://www.youtube.com/live/dNlq9yx2tt4

Dosa-dosa bisa terhapus dengan beberapa faktor berikut:

(1) Taubat.

(2) Istighfar tanpa taubat, karena Allah terkadang mengampuni seseorang atas doanya (meminta ampun) meskipun belum bertaubat (belum menyesal dan belum berhenti).[9] Jika taubat dan istighfar terkumpul maka ia sempurna.

(3) Amal sholih sebagai pelebur dosa baik dari :

a) Amalan penghapus dosa yang telah ditentukan kafarahnya seperti kafarahnya orang yang jima pada bulan ramadhan demikian juga orang zhihar (menyamakan istri dengan punggung ibunya).

b) Amalan penghapus dosa yang tidak ditentukan kafarahnya.

Amal sholeh terbagi menjadi 2 :

1) Amalan-amalan pelebur dosa yang khusus, contohnya : puasa berturut-turut untuk yang jima pada siang hari bulan ramadhan.

2) Amalan-amalan pelebur dosa yang umum, contohnya : sholat 5 waktu, sholat Jum'at ke Jum'at berikutnya, duduk pada majelis ilmu, membaca doa kafaratul majelis, puasa arafah, sujud, thawaf.

Ilmu yang bermanfaat membuahkan rasa takut kepada Allah, maka tujuan menuntut ilmu adalah agar menambah ketakwaan pada Allah. Tanda ilmu yang bermanfaat menurut para ulama :

1. Membuahkan rasa takut pada Allah.

2. Membuahkan amal shaleh.

3. Mengingatkan kita kepada kematian.

4. Semakin baik adab dan ahlaknya.

5. Mengikis 2 jenis penyakit dalam hati (syubhat dan syahwat).

6. Ilmu tersebut menjadikan kita berlapang dada dan sayang terhadap manusia.

Dan ketahuilah bahwa perhatian dengan masalah ini termasuk hal yang sangat dibutuhkan sekali oleh manusia, karena  manusia semenjak baligh, khususnya di zaman ini saat Islam lemah, menyerupai Jahiliyyah dari sebagian segi sehingga manusia yang tumbuh diantara ahli ilmu dan agama saja bisa  tercemar oleh perkara jahiliyyah dalam beberapa hal, lantas  bagaimana dengan selainnya ?.

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:

لَتَتَّبِعُنَّ سُنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ، وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ، حَتَّى لَوْ دَخَلُوا جُحْرَ ضَبٍّ لَدَخَلْتُمُوهُ

قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى؟

قَالَ: فَمَنْ؟

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

"Sungguh kalian akan mengikuti jejak orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, hingga seandainya mereka masuk ke lubang dhabb (sejenis biawak), niscaya kalian akan mengikutinya."

Para sahabat bertanya: "Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud itu adalah Yahudi dan Nasrani?"

Beliau menjawab: "Lalu siapa lagi?"

Sumber Hadis:

Hadis ini diriwayatkan oleh Al-Bukhari (no. 7320) dan Muslim (no. 2669) dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu.

Penting bagi kita untuk mengenali dan menghindari perilaku jahiliyyah.

قَالَ سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ رَحِمَهُ اللَّهُ:

"مَنْ فَسَدَ مِنْ عُلَمَائِنَا فَفِيهِ شَبَهٌ مِنَ الْيَهُودِ، وَمَنْ فَسَدَ مِنْ عُبَّادِنَا فَفِيهِ شَبَهٌ مِنَ النَّصَارَى."

Sufyan bin ‘Uyainah rahimahullah berkata:

"Barang siapa yang rusak dari kalangan ulama kita, maka dia menyerupai orang-orang Yahudi. Dan barang siapa yang rusak dari kalangan ahli ibadah kita, maka dia menyerupai orang-orang Nasrani."

Orang yahudi dikenal dalam Al-Qur’an sebagai kaum yang memiliki ilmu, tetapi tidak mengamalkannya. Sedangkan orang nasrani dikenal sebagai kaum yang beribadah dan beramal, tetapi tidak berdasarkan ilmu yang benar.

Ilmu yang paling penting adalah ilmu yang dapat menjernihkan hati kita dari kotoran hati (syubhat dan syahwat) baik bagi orang awam maupun bagi penuntut ilmu.

Beberapa penyakit yang banyak menimpa penuntut ilmu untuk diwaspadai :

1. Riya', maka untuk menghindarinya sedapat mungkin menyembunyikan amal shaleh.

2. Ghibah.

3. An Namimah (adu domba).

4. Al Kibr (sombong), maka untuk menghindarinya dengan bersikap tawadhu.

5. Dzalim (melampaui batas).

6. Al Hasad (iri), maka untuk menghindarinya hendaknya menekan rasa hasadnya.

7. Tidak mengamalkan ilmunya.

8. Berfatwa tanpa ilmu.

9. Berburuk sangka.

10. Debat kusir.

Barakallahu fiikum

Wa jazakumullahu khair.

Sunday, February 9, 2025

Anti FOMO Club

 ﷽

Kajian Kak Yogi.

Parenting Bandung ISlamic Club. (BiSC)

Apakah benar apabila seorang ayah tidak memiliki peran yang besar dalam pendidikan anak maka akan memberikan dampak yang besar ? Menurut Ibnul Qayyim al-Jauziyyah, seorang ulama dan ahli fikih terkenal dalam Islam, peran seorang ayah dalam pendidikan anak sangatlah penting. Dalam kitabnya, Tuhfatul Maudud bi Ahkamil Maulud, Ibnul Qayyim menekankan bahwa tanggung jawab mendidik anak tidak hanya dibebankan pada ibu, tetapi juga pada ayah. Ayah memiliki peran krusial dalam membentuk karakter, akhlak, dan kepribadian anak.

Ibnul Qayyim menjelaskan bahwa jika seorang ayah mengabaikan perannya dalam pendidikan anak, hal ini dapat memberikan dampak negatif yang signifikan. Anak mungkin kehilangan figur yang kuat dan bijaksana dalam hidupnya, yang dapat memengaruhi perkembangan emosional, spiritual, dan sosialnya. Ayah adalah sosok yang seharusnya memberikan bimbingan, perlindungan, dan teladan dalam hal kebaikan dan ketakwaan.

Apabila anak telah menginjak usia remaja maka peran ayah akan semakin penting, adapun tema hari ini adalah Parents Team Work, Dalam kitab "Kaifa Turabbi Abnaaka" (كيف تربي أبناءك) salah satu karya yang membahas tentang metode pendidikan anak dalam Islam. Penulis kitab ini adalah Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu :
1. Bermain pada 7 tahun yang pertama.
2. Didiklah pada 7 tahun yang kedua.
3. Bersahabat pada 7 tahun berikutnya.

Pada fase ke 3 ini tidak dikekang namun diajarkan, ditemani dan didampingi, pada tahap ini juga kapasitas sexual setiap anak berkembang, ini yang harus menjadi perhatian dari orangtua, mereka harus dipenuhi kebutuhan perhatian dan cinta dari orangtuanya dan dipahamkam aqidah untuk mengetahui hal yang haram, dan hal yang berbahaya apabila mereka mencari kebahagiaan melalui media sosial yang banyak memberikan dampak negatif pada pola pikirnya (Brain Rooting).

Pada hasil journal 2024 kecanduan pornografi terjadi dari usia 10 tahun, dalam hasil survey yang lain udia 9 - 11 tahun sudah pernah melihat pornografi.

Fase tumbuh kembang remaja terdapat beberapa kebutuhan :

1. Fase membentuk harga diri dan identitas diri.

Hal ini dapat dicapai dengan membangun komunikasi yang baik dalam keluarga, membangun kepercayaan dengan anak, dan bersikap konsisten dalam kehidupan sehari-hari. Apabila tidak mampu mendapatkan hal ini mereka akan kehilangan kemampuan mengenal identitas dirinya / misidentity. Bagaimana membangun karakter ini pada anak ? :
1) Membangun komunikasi yang baik.
2) Memberikan bahasa-bahasa cinta, perhatian dan "act of service".
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:  
**خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لِأَهْلِهِ، وَأَنَا خَيْرُكُمْ لِأَهْلِي**  
(رواه الترمذي وابن ماجه وأحمد)
Dari Abdullah bin Amr radhiyallahu 'anhuma, dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya, dan aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku." (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad)
3) Menunjukkan kebanggaan terhadap anak. Apresiasi terhadap fase setiap keberhasilan anak sekecil apapun.
4) Komitmen dan disiplin terhadap aturan.
5) Fokus menemukan keterampilan dan minat mereka. Lakukan test dengan : ¹Membangun afirmasi & ²Mendorong minat mereka.

2. Fase intimacy / kedekatan personal.

Jurnal yang dipublish tahun 2024 kementrian kesehatan Indonesia angka bunuh diri yang tinggi didunia, bunuh diri merupakan pembunuh nomor 2 di Indonesia, dari penelitian pencetusnya adalah karena faktor percintaan. Berarti banyak masalah pemenuhan cinta dari keluarga yang kurang.

Intimacy harus diciptakan dan dibangun.
1) Orangtua kompak dalam berkomunikasi dan menunjukkan cinta.
2) Meningkatkan kualitas pembangunan diri anak.

Ajak anak berdiskusi dengan menanyakan :
1. Ceritakan tentang ayah dan bunda.
2. Ceritakan kelebihan dirinya.
3. Kelak apa yang mereka inginkan / cita-citakan.

Penggunaan gadget terbagi menjadi 2 hal yang perlu diperhatikan orangtua :
1. Safety : waktu, do and don't dan pemilihan konten.
2. Professional : penggunaan gadget menghasilkan konten yang baik dan tidak melanggar syariat.

Barakallahu fikum
Wa Jazakumullahu khair.


Wednesday, February 5, 2025

40 Hadist Seputar Keluarga Samawa (Bagian 6)

 ﷽

Ustadz Yusuf Abu Ubaidah As-Sidawi hafizahullohuta'ala

Masjid Al-Aziz  Jl. Soekarno Hatta No. 662 Bandung

Hadist 26 : Kewajiban Berbakti Kepada  Orang Tua

عن ابن مسعود رضي الله عنه قال: سألت النبي صلى الله عليه وسلم: "أي العمل أحب إلى الله؟" فقال: "الصلاة على وقتها". قلت: ثم أي؟ قال: "بر الوالدين". قلت: ثم أي؟ قال: "الجهاد في سبيل الله".
Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Aku bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Amalan apa yang paling dicintai oleh Allah?” Beliau menjawab, “Shalat pada waktunya.” Aku bertanya lagi, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Berbakti kepada kedua orang tua.” Aku bertanya lagi, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Jihad di jalan Allah.”  (HR. Bukhari no. 5970 dan Muslim no. 85)

Ibnu Mas'ud termasuk sabiqunal awalin, dan dari golongan muhajirin, dalam hal ini dicontohkan oleh beliau bertanya bila tidak mengetahui.

فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

"Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan (ahli dzikir) jika kamu tidak mengetahui." (QS. An-Nahl: 43)

Pertanyaan pada hadist ini menanyakan "amalan apa yang paling dicintai" tujuannya agar dapat memprioritaskan amalan tersebut.

Faidah pada hadist ini :
1. Amal bertingkat-tingkat.
2. Penetapan sifat cinta pada Allah. Namun sifat Allah tidaklah sama dengan mahluk.
3. Keutamaan 3 amalan yang paling dicintai Allah.
4. Keutamaan berbakti kepada kedua orang tua dengan lebih mendahulukan amalan ini dari jihad.

Hadist 27 : Adil Terhadap Anak.

عن النعمان بن بشير رضي الله عنهما قال: أَتَانِي أَبِي بِعَطِيَّةٍ، فَقَالَتْ عَمْرَةُ بِنْتُ رَوَاحَةَ: لَا أَرْضَى حَتَّى تُشْهِدَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَأَتَى رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: إِنِّي أَعْطَيْتُ ابْنِي مِنْ عَمْرَةَ بِنْتِ رَوَاحَةَ عَطِيَّةً، فَأَمَرَتْنِي أَنْ أُشْهِدَكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أَعْطَيْتَ سَائِرَ وَلَدِكَ مِثْلَ هَذَا؟» قَالَ: لَا، قَالَ: «فَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْدِلُوا بَيْنَ أَوْلَادِكُمْ».

Dari Nu’man bin Basyir d berkata: Ayahku pernah memberiku suatu pemberian, lalu ‘Amrah binti Rawahah berkata: Saya  tidak ridha hingga engkau meminta Rasulullah n sebagai saksi atas pemberian tersebut, maka beliau datang kepada Rasulullah n seraya mengatakan: Saya memberi putraku namun  Amrah binti Rawahah menyuruhku untuk meminta engkau  sebagai saksi, lalu Nabi n bersabda: “Apakah engkau memberi  semua anakmu hal yang serupa seperti ini?” Dia menjawab:  Tidak. Maka Nabi bersabda: “Bertaqwalah kepada Allah dan  berbuat adilah kepada anak-anak kalian”. Akhirnya diapun pulang dan mengembalikan pemberiannya”. (HR. Bukhari 2587 dan Muslim 1623).

Hadist ini menunjukkan wajibnya berbuat adil terhadap anak-anak kita.

Hadist 28 : Berbuat Baik Kepada Kerabat dan  Tetangga.

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ:
"صِلَةُ الرَّحِمِ، وَحُسْنُ الْخُلُقِ، وَحُسْنُ الْجِوَارِ، يَعْمُرْنَ الدِّيَارَ، وَيَزِدْنَ فِي الْأَعْمَارِ."

Dari Aisyah bahwasanya Nabi bersabda: “Menyambung  silaturahmi dengan kerabat, berakhlak mulia dan berbuat baik kepada tetangga, memakmurkan rumah dan menambah panjang umur”.(HR. Ahmad 25259 dan dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah 519)
Pada hadist ini terdapat 3 perbuatan :

1) Menjaga dan menyambung kekerabatan/ kekeluargaan.

2) Berahlak mulia dengan 3 hal :
1. Berbuat baik.
2. Tidak menyakiti.
3. Ramah pada orang.

3) Berbuat baik pada tetangga dengan 3 hal :
1. Berbuat baik dengan tetangga.
2. Memberi hadiah.
3. Bersabar terhadap kekurangan tetangga.

Hadist 29 : Menjaga Rahasia Rumah Tangga.

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ:

"إِنَّ مِنْ أَشَرِّ النَّاسِ عِنْدَ اللَّهِ مَنْزِلَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ، الرَّجُلَ يُفْضِي إِلَى امْرَأَتِهِ وَتُفْضِي إِلَيْهِ، ثُمَّ يَنْشُرُ سِرَّهَا."

Dari Abu Sa’id Al Khudri dari Nabi beliau bersabda:  “Termasuk manusia yang paling jelek kedudukannya di sisi  Allah di hari kiamat kelak adalah seorang suami istri yang bercumbu atau berhubungan badan kemudian dia menyebarkan  rahasianya”(HR. Muslim 1437)

Hadist ini menunjukkan wajibnya menjaga rahasia rumah tangga, termasuk didalamnya menjaga rahasia dan aib pasangan, terutama dalam hadist ini adalah rahasia terkait hubungan badan, suami-istri digambarkan pada Al Qur'an sebagai pakaian dengan 3 fungi :
1. Fungsi pakaian untuk menutupi aurat.
2. Fungsi pakaian untuk melindungi.
3. Fungsi pakaian sebagai perhiasan atau keindahan.

Hadist 30 : Senda Gurau Bersama Keluarga.

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ:
"خَرَجْتُ مَعَ النَّبِيِّ ﷺ فِي سَفَرٍ وَأَنَا جَارِيَةٌ لَمْ أَحْمِلِ اللَّحْمَ، فَقَالَ لِأَصْحَابِهِ: تَقَدَّمُوا، ثُمَّ قَالَ لِي: تَعَالَيْ حَتَّى أُسَابِقَكِ، فَسَابَقْتُهُ فَسَبَقْتُهُ، فَسَكَتَ عَنِّي، حَتَّى إِذَا حَمَلْتُ اللَّحْمَ وَبَطُؤْتُ وَخَرَجْتُ مَعَهُ فِي سَفَرٍ، قَالَ لِأَصْحَابِهِ: تَقَدَّمُوا، ثُمَّ قَالَ: تَعَالَيْ حَتَّى أُسَابِقَكِ، فَسَابَقْتُهُ فَسَبَقَنِي، فَجَعَلَ يَضْحَكُ وَهُوَ يَقُولُ: هَذِهِ بِتِلْكَ السَّبْقَةِ."

Dari Aisyah bahwasanya dia bersama Nabi dalam suatu  safar. Nabi mengajakku balapan lari dan aku pun memenangkannya. Namun tatkala aku lebih gemuk beliau yang me­menangkan. Lalu Nabi n bersabda: “Ini balasan perlombaan  yang sebelumnya”(HR. Abu Dawud 2578 dan Ibnu Majah 1979 dan dishahihkan Al Albani).

Hadist ini menunjukkan pentingnya bersenda gurau dengan keluarga. Dan Rasulullah adalah contoh terbaik dalam berahlak pada keluarga.

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ قَالَ:
"خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لِأَهْلِهِ، وَأَنَا خَيْرُكُمْ لِأَهْلِي."

"Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya, dan aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku." (HR. Tirmidzi No. 3895, Ibnu Majah No. 1977, dan dishahihkan oleh Al-Albani)

Fadhillah hadist :
1. Baik dan berlemah lembut dengan keluarga.
2. Mencontoh Nabi dalam berahlak pada keluarga.

Hadist 31 : Menundukkan Pandangan dari Hal Hal Haram.

عن جرير بن عبد الله قال: سألت رسول الله صلى الله عليه وسلم عن نظر الفجاءة، فأمرني أن أصرف بصري.

Dari Jarir bin Abdillah berkata : Saya bertanya Rasulullah tentang pandangan spontanitas maka beliau memerintahkan  kepadaku untuk menundukkan pandanganku. (HR. Muslim 2159)

Menjaga pandangan dari memandang hal yang haram adalah hal yang berat, terutama pada masa kini adalah dalam kesendirian dengan gadget.

Hadist 32 : Bila Suami Tergoda.

عن جابر قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: إن المرأة تُقبل في صورة شيطان، وتُدبر في صورة شيطان، فإذا أبصر أحدكم امرأة فليأت أهله، فإن ذلك يرد ما في نفسه.

Dari Jabir berkata: Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya  wanita datang dalam bentuk syetan/menggoda dan pergi dengan bentuk syetan/menggoda. Maka bila seorang diantara kalian melihat wanita yang bisa menggoda imannya maka hendaknya dia mendatangi istrinya karena pada istrinya terdapat  hal yang bisa meredam gejolak syahwat pada dirinya.”(HR. Muslim 1403)

Apabila seseorang tergoda syahwat maka hendaknya segera melampiaskan syahwatnya kepada pasangannya.

عَنْ أَبِي ذَرٍّ رضي الله عنه، أَنَّ نَاسًا مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ ﷺ قَالُوا لِلنَّبِيِّ ﷺ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، ذَهَبَ أَهْلُ الدُّثُورِ بِالأُجُورِ، يُصَلُّونَ كَمَا نُصَلِّي، وَيَصُومُونَ كَمَا نَصُومُ، وَيَتَصَدَّقُونَ بِفُضُولِ أَمْوَالِهِمْ. قَالَ: «أَوَلَيْسَ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لَكُمْ مَا تَصَّدَّقُونَ؟ إِنَّ بِكُلِّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةً، وَكُلِّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةً، وَكُلِّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةً، وَكُلِّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةً، وَأَمْرٌ بِمَعْرُوفٍ صَدَقَةٌ، وَنَهْيٌ عَنْ مُنْكَرٍ صَدَقَةٌ، وَفِي بُضْعِ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ». قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيَأْتِي أَحَدُنَا شَهْوَتَهُ وَيَكُونُ لَهُ فِيهَا أَجْرٌ؟ قَالَ: «أَرَأَيْتُمْ لَوْ وَضَعَهَا فِي حَرَامٍ، أَكَانَ عَلَيْهِ وِزْرٌ؟ فَكَذَلِكَ إِذَا وَضَعَهَا فِي الْحَلاَلِ كَانَ لَهُ أَجْرٌ».

Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, bahwa beberapa sahabat Nabi ﷺ berkata kepada beliau:
"Wahai Rasulullah, orang-orang kaya telah membawa semua pahala! Mereka shalat sebagaimana kami shalat, mereka berpuasa sebagaimana kami berpuasa, dan mereka bersedekah dengan kelebihan harta mereka."
Rasulullah ﷺ bersabda: "Bukankah Allah telah menjadikan bagi kalian sesuatu yang bisa kalian sedekahkan? Sesungguhnya setiap tasbih adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, amar ma’ruf adalah sedekah, nahi munkar adalah sedekah, dan di dalam hubungan suami-istri kalian juga terdapat sedekah."
Para sahabat bertanya: "Wahai Rasulullah, apakah jika salah seorang dari kami memenuhi syahwatnya, ia mendapat pahala?"
Rasulullah ﷺ menjawab: "Bagaimana menurut kalian jika dia menyalurkannya di jalan yang haram, bukankah ia mendapatkan dosa? Maka demikian pula jika ia menyalurkannya di jalan yang halal, ia mendapatkan pahala." (HR. Muslim, No. 1006)

Barakallahu fikum.
Wa Jazakumullahu khair.

Saturday, February 1, 2025

Pendidikan Dalam Bingkai Syariat - Kuttab Labib

 ﷽

Ustadz Hafidz Abdurrahman hafizahullohuta'ala.

Pendidikan dalam bingkai syariat.

Membentuk dan mempersiapkan seorang muslim dalam segala aspek dalam bingkai syariat untuk kehidupan dunia dan akhirat.
Hati berada dalam pengaturan Allah, sebagaimana hadits :

إِنَّ قُلُوبَ بَنِي آدَمَ كُلَّهَا بَيْنَ إِصْبَعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ الرَّحْمَٰنِ كَقَلْبٍ وَاحِدٍ يُصَرِّفُهُ كَيْفَ يَشَاءُ

"Sesungguhnya hati-hati anak Adam semuanya berada di antara dua jari dari jari-jari (Allah) Ar-Rahman, seperti satu hati. Dia membolak-balikkannya sesuai dengan yang Dia kehendaki." (HR. Muslim, no. 2654)

Salah satu doa yang diajarkan Nabi ﷺ adalah :

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ

"Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu." (HR. Tirmidzi, no. 2140)

Aspek penting dalam tarbiyah anak :

1. Tarbiyah Imaniyah (keimanan).
Pada dasarnya setiap anak lahir dalam keadaan fitrah yaitu islam, maka tugas orangtua adalah menjaga fitrah ini.

مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ، أَوْ يُنَصِّرَانِهِ، أَوْ يُمَجِّسَانِهِ

"Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi."
(HR. Bukhari No. 1358, Muslim No. 2658)

Tugas orangtua adalah menjaga fitrah anak dan memberikan pendidikan yang baik bagi anak dalam 3 tempat ; ¹ Keluarga, ²Sekolah dan ³Masyarakat.

2. Tarbiyah Ahlak.
Ahlak adalah potret yang melekat pada jiwa seseorang, yang mendorong seseorang melakukan perbuatan alamiah.
Agar anak memiliki karakter islami maka perlu dididik dari awal saat masih kecil karena ketika telah dewasa maka akan susah untuk dibentuk. Pendidikan yang dilakukan secara berkesinambungan akan melekat pada jiwa dan kepribadian anak melalui alam bawah sadarnya dari apa yang dilihat, diajarkan dan dirasakan.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

"Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka, serta selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (QS. At-Tahrim: 6)

3. Tarbiyah Jismiyah (Jasmani).
Pendidikan jasmani, pada umumnya banyak orangtua lebih fokus memperhatikan pada jasmani anak dibandingkan keimanan anak.

إِنَّ اللَّهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ

"Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa dan harta kalian, tetapi Dia melihat hati dan amal kalian."
(HR. Muslim No. 2564)

Maka sebagai orangtua hendaknya menekankan perhatian lebih besar pada keimanan anak dengan tidak mengabaikan kondisi jasmani anak.

4. Tarbiyah Akliyah (Akal).
Mendidik dan merangsang kemampuan anak untuk berkembang dengan melatih akal mereka, check apa yang dilakukan, dipelajari dan ditonton anak karena hal tersebut memberikan pengaruh pada akal anak.

5. Tarbiyah Nafs (Nafsu)
Mendidik anak untuk berempati, belajar memaafkan sehingga jiwanya terdidik dan tumbuh menjadi anak yang memiliki jiwa yang besar dan mampu bertahan dalam menempuh kesulitan.

6. Tarbiyah Istimaiah (Sosial)
Mendidik anak dalam kehidupan dan interaksi sosialnya. Memberikan batasan yang cukup agar anak dapat bersosialisasi dengan baik dengan kerasnya kehidupan.

7. Tarbiyah Jinsiyah (Seksual)
Mengajarkan anak cara berpakaian yang benar, mengajarkan anak batasan pergaulan mana yang mahrom dan mana yang bukan, seperti apa batasan sexual yang diatur dalam syariat.

Barakallahu fiikum.
Jazakumullahu khair



Sunday, January 26, 2025

Bedah kitab Syarhus Sunnah (Bagian 1)

 ﷽

Ustadz Abu Qotadah hafizahullohuta'ala.

Download Kitab : https://drive.google.com/file/d/1vgp_V1fsYliV8k1gNZSNPJCWSGf9LjEI/view?usp=drivesdk

https://www.youtube.com/live/q1Bt9z_2RBo?si=Tw-Jw8lWvRGklKhU

1. Mengenal Penulis kitab.

Penulis kitab adalah imam Al Muzani salah satu murid kibar dari Imam Syafi'i dan merupakan salah satu salafus sholeh ahlu sunnah yang wara.
Diantara kelebihan beliau adalah profesi khusus memandikan jenazah, salah satu bentuk kedekatan beliau dengan Imam Syafi'i adalah beliau adalah orang yang memandikan jenazah Imam Syafi'i.
Beliau juga termasuk orang yang sangat tahu dengan pendapat Imam Syafi'i dalam perkara fiqih.

2. Latar Belakang Penulisan Ktab.

Tujuan ulama-ulama dalam menulis kitab, diantaranya :
1) Karena menganggap penting untuk mengumpulkan keilmuan atau disebarkan.
2) Membantah penyimpangan dan menyampaikan kebenaran.
3) Karena adanya permintaan.
Dan tujuan kitab ini dibuat adalah karena tujuan yang ketiga, pada saat itu ulama sering bermajlis membahas ilmu, dan disebutlah nama-nama ulama, Imam Malik, Imam Syafi'i dan disebutlah nama Imam Muzani, dan ada yang mencegah disebutkan nama imam Muzani, diantara alasannya:
1. Tertuduh berpemahaman Qodariyah.
2. Tertuduh ahlul kalam karena mentakwil ayat Quran dengan akal.
3. Fitnah yang muncul masa itu yaitu "Ucapan yang keluar dari Al Qur'an adalah mahluk".
Ada yang kemudian menyanggah ucapan tersebut, dan diutuslah untuk mendatangi Imam Muzani untuk menjelaskan akidahnya, dengan latar belakang inilah beliau menyusun kitab untuk menjelaskan pokok-pokok akidah.

3. Nama dari Kitab Syarhus Sunnah.

Kitab ini disusun dengan 2 kalimat Syarhun dan Sunnah, ¹ Syarah dalam makna yang paling sederhana adalah penjelasan dari makna yang dimaksud, dan ² Sunnah dalam makna lughowi adalah jalan yang ditempuh sedangkan secara istilah para ulama berbeda tergantung keilmuan yang sedang dibahas, contohnya menurut fiqih ; segala perintah yang tidak wajib, menurut ulama hadist ; segala yang dinisbatkan kepada nabi baik perbuatan, ucapan maupun persetujuan, menurut ushul ; sumber hukum kedua setelah Qur'an.
Sunnah menurut ulama aqidah adalah pokok-pokok agama sesuai rukun iman, dan termasuk dalam pokok akidah adalah sikap terhadap sahabat, ahlul bait dan pemimpin.
Sunnah adalah semua perkara agama yang berkesesuaian dengan dalil al Qur'an dan Hadits, dan kebalikannya adalah bid'ah. Sunnah yang dimaksud dalam kitab ini adalah pokok agama, sehingga yang dimaksud dengan sunni adalah semua orang yang lurus akidahnya.
Berkata Imam Syufyan Atsauri sunnah adalah 10 point barang siapa yang sesuai maka ia adalah ahlussunah dan yang menyelisihi sebagiannya maka ia bukan ahlussunah.
1. Beriman pada takdir dengan urutannya.(Membantah Jahmiyah)
2. Mendahulukan kedudukan Abu Bakar dan Umar bin Khattab.(Membantah Syi'ah)
3. Al Qur'an kalam Allah(membantah jahmiyah, yang mengatakan Qur'an mahluk)
4. Iman bertambah dan berkurang.(Membantah Qodariyah)
5. Beriman pada adzab kubur.
6. Beriman hari kebangkitan.
7. Beriman adanya telaga nabi.
8. Beriman adanya timbangan mizan.
9. Beriman adanya shiroth.
10. Beriman manusia melihat wajah Allah pada hari kiamat.

Terdapat4 Penyimpangan utama dalam aqidah ;
1. Khawarij.
2. Murjiah.
3. Qodariyah.
4. Rafidhah.

4. Isi Kitab Syarhus Sunnah.

Kitab ini dibuka dengan Basmallah karena :
1) Mengikuti Al Qur'an.
2) Mengikuti sunnah Rasulullah.
3) Bertabaruk dengan istianah (memohon pertolongan) kepada Allah.
4) Mengikuti ulama terdahulu.

Mualif (penulis kitab) memulai dengan doa, sifat yang paling penting dalam guru adalah sifat kasih sayang, maka kitab dimulai dengan mendoakan murid atau pembacanya dengan 3 perkara :
1) Doa agar selalu dalam ketaatan dan jauh dari maksiat.
2) Doa untuk berada dalam hidayah dan tidak tersesat.
3) Doa agar terjaga dan berpegang teguh pada Allah, Itisham kepada Allah : ¹ Bertawakal pada Allah, ² Berpegangan teguh pada petunjuk Allah.

Kitab ini menjelaskan pokok-pokok agama, dan berkata pada muridnya apabila memahami kitab ini maka insyaAllah menjamin :
1) Cukup bagi kalian untuk berpegang teguh pada ushul-ushul sunnah.
2) Jika memahami kitab ini maka akan mampu membentengi diri dan membantah propaganda syubhat dari sekte yang menyimpang.

Selanjutnya mualif mengucapkan Alhamdulillah, mengapa ? karena Allah adalah Al Khaliq, Al Maliq, Al Mudzabbir, Al Ula yang maha terpuji dan maha sempurna nama-nama, sifat dan dzatnya yang telah memberikan berbagai macam kenikmatan kepada kita.

Memulai bahasan dengan sifat-sifat Allah dan nama-nama Allah, yang pertama dibahasa adalah sifat Ulu (Allah yang maha tinggi) :
1) Sifat Allah maha tinggi - maha sempurna.
2) Sifat Allah maha berkuasa.
3) Dzat Allah tinggi diatas mahluknya, dan Allah beristiwa diatas arsy.

Ahlussunah meyakini tauhid terbagi 3 berdasar penelitian Al Qur'an dan Sunnah, Tauhid Rububiyah, Tauhid Uluhiyah dan Tauhid Asma wa Sifat. Tauhid secara makna artinya keyakinan bahwa Allah itu esa.
¹ Tauhid Rububiyah : Mengesakan Allah dalam menciptakan, kepemilikan dan pengaturan.
² Tauhid Uluhiyah : Mengesakan Allah dalam ibadah.
³ Tauhid Asma wa Sifat : Beriman Allah punya nama dan sifat, nama dan sifat Allah sesuai dengan keagungan Allah, dan tidak ada yang menandingi dengan nama dan sifat Allah, dan tidak ada yang serupa dengan Allah.

Dalam kitab ini hanya dibahas pada point akidah Asma wa Sifat, karena pada masa itu kaum falasifah menerjemahkan kitab Aristoteles kedalam bahasa arab yang membawa pembahasan nama dan sifat Allah kedalam pembahasan ilmu umum.
1. Mumatillah : Menetapkan sifat Allah serupa sifat mahluk, Terbagi 3 kelompok : ¹ Mengingkari nama dan sifat Allah (Kaum Jahmiyah ; Jahm Ibnu Dirham as Samarkandi), ² Menetapkan nama Allah namun mengingkari sifat, ³ Mengimani nama dan sifat Allah namun mengingkari sebagiannya (Kulabiyah Maturidiyah).

Setiap orang yang berpegang teguh dengan sunnah Nabi maka ia akan berseteru dengan 3 kekuatan, yang kita tidak akan mampu berpegang teguh kecuali melawan 3 kekuatan ini.
1. Sayathinul jinni, was-was yang dibisikkan syaithan kedalam hati kita.
2. Sayathinul insyi, orang orang yang mendakwahkan penyimpangan.
3. Al Hawa nafs, hawa nafsu yang ada dalam diri kita, yang mendorong melakukan penyimpangan.

Kaidah dalam menetap nama dan sifat Allah,
1) Kaidah pertama, sifat Allah terbagi menjadi 2 sifat :
¹ Sifat Musbatah : Semua sifat yang sempurna, sifat yang telah Allah tetapkan dalam Qur'an maupun dalam hadist.
² Sifat Manfiah : Semua sifat yang kurang, sifat yang Allah tiadakan dalam Qur'an maupun dalam hadist.
Contoh dalam ayat Kursi dan surat al Ikhlas.
2) Kaidah kedua, Allah menyebutkan nama-namanya, Allah menyebutkan sifat-sifatnya dan Allah mengkhabarkan nama dan sifatnya. Setiap nama Allah memiliki sifat, namun tidak setiap sifat Allah memiliki nama, syarat mengkhabarkan nama Allah adalah bukan nama yang bermakna kurang.

Bagaimana menetapkan sifat Allah :
1) Semua dalil (al Qur'an dan Hadits) yang menetapkan nama dan sifat Allah.
2) Semua ayat yang menyebutkan secara spesifik sifat Allah.
3) Semua ayat yang menyebutkan perbuatan Allah.

Barakallahu fikum
Wa Jazakumullahu khair.

Wednesday, January 8, 2025

40 Hadist Seputar Keluarga Samawa (Bagian 4)



Ustadz Yusuf Abu Ubaidah As-Sidawi hafizahullohuta'ala

https://www.youtube.com/live/ts-51lTpN5g?si=ObiH9E8Z8YrxkRzm

Masjid Al-Aziz  Jl. Soekarno Hatta No. 662 Bandung

Hadist 16 :  Kewajiban Suami Istri

عَنْ عَمْرِو بْنِ الأَحْوَصِ الْجُشَمِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّهُ شَهِدَ حَجَّةَ الْوَدَاعِ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ فَحَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ، وَذَكَّرَ وَوَعَظَ، ثُمَّ قَالَ: "اسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا، فَإِنَّهُنَّ عِنْدَكُمْ عَوَانٍ، لَيْسَ تَمْلِكُونَ مِنْهُنَّ شَيْئًا غَيْرَ ذَلِكَ، إِلَّا أَنْ يَأْتِينَ بِفَاحِشَةٍ مُبَيِّنَةٍ، فَإِنْ فَعَلْنَ فَاهْجُرُوهُنَّ فِي الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوهُنَّ ضَرْبًا غَيْرَ مُبَرِّحٍ، فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلاَ تَبْغُوا عَلَيْهِنَّ سَبِيلًا. إِنَّ لَكُمْ عَلَيْهِنَّ حَقًّا وَلَهُنَّ عَلَيْكُمْ حَقًّا: أَمَّا حَقُّكُمْ عَلَيْهِنَّ فَلاَ يُوطِئْنَ فُرُشَكُمْ مَنْ تَكْرَهُونَ، وَلاَ يَأْذَنَّ فِي بُيُوتِكُمْ لِمَنْ تَكْرَهُونَ، وَأَمَّا حَقُّهُنَّ عَلَيْكُمْ فَأَنْ تُحْسِنُوا إِلَيْهِنَّ فِي كِسْوَتِهِنَّ وَطَعَامِهِنَّ".

Dari ‘Amr bin Ahwash al-Jusyamiy radhiyallahu ‘anhu, bahwa ia menghadiri Haji Wada' bersama Rasulullah ﷺ, beliau memuji Allah, menyanjung-Nya, memberikan peringatan dan nasihat, kemudian bersabda:
“Berikanlah wasiat yang baik kepada wanita, karena mereka adalah seperti tawanan di sisi kalian. Kalian tidak memiliki kuasa atas mereka selain itu, kecuali jika mereka melakukan perbuatan keji yang nyata. Jika mereka melakukan hal tersebut, maka pisahkanlah tempat tidur kalian dari mereka, dan pukullah mereka dengan pukulan yang tidak melukai. Jika mereka menaati kalian, maka janganlah kalian mencari-cari alasan untuk menyusahkan mereka. Ketahuilah bahwa kalian memiliki hak atas istri-istri kalian, dan istri-istri kalian juga memiliki hak atas kalian. Hak kalian atas mereka adalah mereka tidak boleh memasukkan orang yang kalian tidak sukai ke rumah kalian, dan tidak mengizinkan mereka menginjakkan kaki di tempat tidur kalian. Hak mereka atas kalian adalah kalian memperlakukan mereka dengan baik dalam hal pakaian dan makanan mereka.”
(HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad)

Alhamd maknanya ; Menyebutkan kebaikan dan kesempurnaan Allah atas dasar cinta dan keyakinan.
Haji Wada adalah haji terakhir Rasulullah, dan wasiatnya diabadikan oleh para sahabat dan ulama. Hadist diatas adalah salah satu isi wasiatnya.
Tidak boleh pukulan suami pada istri sampai melukai, tujuannya adalah untuk mendidik bukan untuk melampiaskan amarah.

Faidah hadist :
1. Perhatian islam terhadap masalah rumah tangga dan terhadap wanita.(Secara khusus pada surat An Nisa)
2. Pesan untuk kaum pria sebagai pemimpin dalam rumah tangga, untuk mendidik istri dengan lemah lembut, penuh kesabaran dan kasih sayang.
3. Bahwa membimbing istri dengan beberapa tahapan ; (1) Memberi nasihat (2) Hajr, memboikot (3) Memukul dengan pukulan yang tidak menyakitkan. Bolehnya memukul dengan syarat ; (1) Jika istri melakukan pelanggaran berat (2) Tidak boleh pukulan yang melukai (3) Tidak boleh memukul area wajah (4) Tujuan memukul untuk mendidik bukan melampiaskan emosi.
4. Kewajiban suami berbuat baik pada istri untuk menafkahi, dan patokan nafkah dikembalikan pada urf/kebiasaan/kelaziman.

Hadist 17 : Kewajiban istri untuk taat kepada Suami.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ:
"إِذَا دَعَا الرَّجُلُ امْرَأَتَهُ إِلَى فِرَاشِهِ، فَأَبَتْ، فَبَاتَ غَضْبَانَ عَلَيْهَا، لَعَنَتْهَا الْمَلَائِكَةُ حَتَّى تُصْبِحَ."

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda : "Apabila seorang suami mengajak istrinya ke ranjang (untuk berhubungan badan), namun dia menolak, lalu suami bermalam dalam keadaan marah kepadanya, maka malaikat melaknatnya hingga pagi." (HR. Bukhari dan Muslim)

Laknat : Dijauhkan dari rahmat Allah.
Faidah hadist :

1. Wajibnya seorang istri taat pada suami selama perintah suami bukan hal yang bertentangan dengan syariat.
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم :
"إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا، وَصَامَتْ شَهْرَهَا، وَحَصَّنَتْ فَرْجَهَا، وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا، قِيلَ لَهَا: ادْخُلِي الْجَنَّةَ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ".

Rasulullah ﷺ bersabda: "Apabila seorang wanita menjaga salat lima waktunya, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kehormatannya, dan menaati suaminya, maka dikatakan kepadanya: 'Masuklah ke dalam surga dari pintu mana saja yang engkau kehendaki.'" (HR. Ahmad dan Ibnu Hibban)
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
"لَوْ كُنْتُ آمِرًا أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ لِأَحَدٍ لَأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا، وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ، لَا تُؤَدِّي الْمَرْأَةُ حَقَّ رَبِّهَا حَتَّى تُؤَدِّيَ حَقَّ زَوْجِهَا، وَلَوْ سَأَلَهَا نَفْسَهَا وَهِيَ عَلَى قَتَبٍ لَمْ تَمْنَعْهُ".

Rasulullah ﷺ bersabda: "Seandainya aku diperbolehkan memerintahkan seseorang untuk bersujud kepada orang lain, niscaya aku perintahkan seorang istri untuk bersujud kepada suaminya. Demi Zat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, seorang wanita tidak akan dapat memenuhi hak Rabb-nya hingga ia memenuhi hak suaminya. Sekalipun suaminya meminta dirinya (untuk berhubungan), sementara ia sedang berada di atas pelana unta, ia tidak boleh menolaknya." (HR. Ahmad, Ibnu Majah, dan Tirmidzi)
Ketaatan istri pada suami dipetakan menjadi 3 :
1) Jika perintah suami sesuai dengan syariat. Maka wajib mengikuti meskipun tidak diperintahkan.
2) Jika perintah suami bertentangan dengan syariat. Maka tidak boleh ditaati.
3) Jika perintah suami tidak ada perintah dan larangannya dalam syariat. Maka wajib ditaati.

2. Wajibnya seorang istri memenuhi kebutuhan hasrat suami, selama tidak ada udzur syar'i, karena bila tidak dipenuhi dapat menimbulkan dampak buruk :
1) Dzalim pada suami, karena diantara tujuan pernikahan adalah menjaga farji.
2) Maksiat pada Allah.
3) Membuat marah suami.
4) Mengantarkan suami terjerumus pada kemaksiatan/perzinahan.

Hadist 18 : Waspadalah, jangan mengingkari
Kebaikan pasangan.

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو، قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ ﷺ:
"لَا يَنْظُرُ اللَّهُ إِلَى امْرَأَةٍ لَا تَشْكُرُ لِزَوْجِهَا وَهِيَ لَا تَسْتَغْنِي عَنْهُ".

Dari Abdullah bin ‘Amr dari Nabi ﷺ beliau bersabda : “Allah tidak melihat kepada seorang istri yang tidak berterima kasih kepada suaminya padahal dia sangat butuh kepada suaminya”.

Faidah hadist :
1. Hadist ini peringatan bagi istri untuk tidak kufur pada kebaikan suami, dan ini merupakan salah satu dosa yang menyebabkan banyak wanita terjatuh kedalam neraka.

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ:
"اطَّلَعْتُ فِي النَّارِ فَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا النِّسَاءَ."
فَقَالُوا: "بِمَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟"
قَالَ: "بِكُفْرِهِنَّ."
قِيلَ: "يَكْفُرْنَ بِاللَّهِ؟"
قَالَ: "يَكْفُرْنَ الْعَشِيرَ، وَيَكْفُرْنَ الْإِحْسَانَ، لَوْ أَحْسَنْتَ إِلَى إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ، ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئًا، قَالَتْ: مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ."

Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata:
Rasulullah ﷺ bersabda: “Aku diperlihatkan ke neraka, maka aku melihat mayoritas penghuninya adalah wanita.”
Mereka bertanya: “Mengapa, wahai Rasulullah?”
Beliau menjawab: “Karena kekufuran mereka.”
Lalu ditanyakan lagi: “Apakah mereka kufur kepada Allah?”
Beliau menjawab: “Mereka kufur kepada suami dan mengingkari kebaikan. Jika engkau berbuat baik kepada salah seorang dari mereka sepanjang waktu, lalu ia melihat sesuatu (yang tidak disukainya darimu), ia akan berkata, ‘Aku tidak pernah melihat kebaikan darimu sedikit pun.’”
(HR. Bukhari no. 29 dan Muslim no. 907).

4 dosa yang banyak memasukkan wanita kedalam neraka :
1) Banyak mengeluh.
2) Mengingkari kebaikan suami.
3) Sering mencela.
4) Sering menunda-nunda amal kebaikan.

2. Bersyukur terhadap kebaikan suami.

Hadist 19 : Gembira dengan anak perempuan.


عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ : لَا تَكْرَهُوا الْبَنَاتِ فَإِنَّهُنَّ الْمُؤْنِسَاتُ الْغَالِيَاتُ.

Dari ‘Uqbah bin Amir radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
“Janganlah kalian membenci anak perempuan, karena mereka adalah penghibur yang berharga.”(HR. Ahmad)

Faidah hadist :
1. Larangan membenci anak perempuan, demikian orang jahiliyah dahulu membenci anak-anak perempuan.
2. Anak para nabi dan rasul sebagian besar perempuan.

Barakallahu fikum
Jazakumullahu khair.

Tawassul & Syafaah

 ﷽ 📗 Kitab Mukhtashar Aqidah Islamiyyah minal Kitāb was-Sunnah ash-Ṣaḥīḥah Ustadz Abdullah Amir Maretan حفظه الله https://www.youtube.com/l...